Mohon tunggu...
Shelty Julia
Shelty Julia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bicara tentang Energi Terbarukan

30 Agustus 2017   23:50 Diperbarui: 30 Agustus 2017   23:55 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah 13 hari kemarin saya cerita selalu mengenai sosial, budaya, dan teknis tentang energi terbarukan, rasanya menarik di 2 hari tersisa ini untuk membahas mengenai energi terbarukan dari sisi pemerintah a.k.a kementerian esdm.

Prinsip utama dari pemerintah sekarang ini apa sih? Intinya sederhana, yaitu bagaimana bisa mempercepat penyediaan listrik yang efisien namun jangan sampai membebani anggaran negara (APBN) dan masyarakat bisa menikmati tarif listrik yang lebih baik. Harapannya, subsidi energi dalam APBN harus terus mengarah turun agar pembangunan yang adil dan merata dapat tercapai. Subsidi energi di tahun 2015 dan 2016 sudah turun lebih dari setengahnya dibandingkan di tahun 2014 yang mencapai lebih dari 340 triliun rupiah.

Target di tahun 2017 ini, diharapkan subsidi energi bisa di angka sekitar 77 triliun rupiah. Turun terus dari 119 dan 108 di 2 tahun sebelumnya. Beberapa jenis pembangkit yang saat ini telah diatur pemanfaatannya oleh Peraturan Menteri adalah PLTS, PLTB, PLTA, PTBm, PLTBh, PLTSa, PLTP, dan PLTAL. Pemerintah telah mendata potensi pengembangan Proyek EBT jangka pendek yang didominasi oleh PLTS, PLTB, dan PLTHybrid dengan total 2.032 MW. PLTB diharapkan dapat mendominasi dengan kapasitas mencapai 1.345 MW.

Bagaimana dengan kondisi ebt secara global di dunia? Berdasarkan data dari IRENA, biaya investasi untuk PLTS terus mengalami penurunan menjadi lebih kompetitif. 16 negara dengan harga di bawah 10 cen/kWh dan bahkan di 6 negara mencapai 5 cent/kWh. Keenam negara itu adalah UAE, USA, Chile, Peru, Mexico, dan Saudi Arabia. Dikarenakan perkembangan teknologi pula lah, harga rata-rata PLTS rooftop turun 75% dalam 10 tahun terakhir atau sekitar 13% per tahun. Secara global, harga listrik ebt di tahun 2016 berada di kisaran 2.42-13.5 cent/kWh.

Pemerintah juga telah mencari alternatif strategi pengembangan ebt yaitu dengan pemanfaatan tax allowance berupa pemotongan Pph dari 25% menjadi 20% dalam 6 tahun, penjaminan proyek oleh negara, penjaminan proyek dengan global fund, dan kerjasama pemerintah dengan badan usaha.Semoga dengan alternatif-alternatif tersebut, pengembangan ebt dapat lebih cepat, efektif, dan bisa dilakukan dalam jangka pendek. Semoga saja tidak hanya 35.000 MW dapat tercapai, namun bauram 23% ebt juga bisa terlaksana. Semoga saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun