Mohon tunggu...
Shellyvia Mulia Sutardjo
Shellyvia Mulia Sutardjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Aktor Non-Negara dalam Lingkup Politik Siber sebagai Perspektif Baru Berpolitik di Era Siber

22 Januari 2022   16:09 Diperbarui: 22 Januari 2022   16:11 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keterlibatan aktor non-negara dalam ranah politik siber secara global sangatlah penting untuk membantu negaranya berkembang secara global. Ani Widyani Soetjipto juga menambahkan bahwasannya saat ini internaksi internasional dapat bersifat struktural dan terpusat pada aktor. Perilaku aktor non-negara dalam menangani isu atau masalah internasional didasari logika yang kompleks berupa hubungan yang bersifat intersubjective dalam melihat isu/masalah di antara para aktor. 

Kompetisi antar negara dengan kekuatan masing-masing menjadi penentu bagaimana mereka dapat bersaing dan menjaga rakyatnya ditengah kebutuhan siber, khususnya dalam berproses dalam dinamika multilateral dalam menyusun kebijakan-kebijakan diber yang sangat politis. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar aktor baik aktor negara maupun aktor non-negara dengan cara diplomasi siber untuk menciptakan suatu perdamaian dalam masyarakat baik secara nasional maupun internasional. Hal ini dilakukan semata-mata sebagai upaya meminimalisir gesekan dalam hubungan internasional.

Contoh nyata dari keterlibatan aktor non-negara dalam lingkup politik siber yakni adanya suatu gerakan untuk melakukan galangan dukungan dari publik atas adanya suatu isu/permasalahan. Contohnya saat adanya konflik antara Polri dan KPK Juli 2009 lalu, di mana terjadi penahanan dua komisioner KPK oleh Mabes Polri. Yang mana saat itu KPK memiliki dukungan yang sangat banyak, yang tidak hanya dukungan secara nyata dengan adanya demontrasi di beberapa gedung lembaga negara dan adanya dukungan di dunia maya yang marak muncul thread di media sosial berupa 'Twitter' yakni #cicakvsbuaya. Media sosial sendiri merupakan suatu bentuk nyata dari media siber yang memiliki beragam fasilitas dan fitur untuk berkomunikasi secara praktis dan efisien bagi penggunanya.

Terlebih lagi dimasa pandemi COVID-19 saat ini dimana segala kegiatan dilakukan secara daring melalui media internet yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan tatap muka secara online untuk tetap beraktivitas, Dimana adanya wabah COVID-19 membuat dunia terhenti dari aktivitas sehari-hari yang selalu diadakan secara langsung. Adanya ruang siber sangat membantu dan justru menjadi sentral dari semua permasalahan yang ada. Di mana ruang publik yang terbatas menjadi lebih teratasi dengan adanya ruang siber yang tidak menuntut adanya ruang fisik atau kehadiran di ruang fisik. Oleh karena itu, sekali lagi penulis dapat mengatakan bahwa masa-masa ini sudah mulai dapat dirasakan bahwa politik dan segala aspek kehidupan mulai bergeser dalam ruang siber.

Richard N. Rosecrance, ilmuwan poplitik asal Amerika Serikat (AS), pada 1999 menggambarkan politik bagaimana politik semua negara secara bertahap akan berjalan ke arah virtual dalam bukunya yang berjudul "The Rise of the Virtual State". Menurut Rosencrance, negara-negara maju akan menghilangkan ambisi merebut teritori melalui kekuatan militer dan menggantinya dengan upaya memperoleh dominasi dan sumber daya politik yang intangible (tak berwujud). Siber akan menjadi sebuah bentuk baru dari sistem politik dunia yang virtual.

Nazli Choucri, profesor ilmu politik dari Massachusetts Institute of Technology, AS, juga mengemukakan ada kemungkinan besar bahwa isu-isu politik akan bergeser ke arena baru cyberpolitics, di mana interaksi antara kebijakan dan demokrasi terjadi. Ruang siber politik akan menjadi sarana penyaluran kepuasan dan ketidakpuasan dari masyarakat.

KESIMPULAN

Politik siber terkait erat dengan ruang siber, dimana melalui politik siber dapat tercipta suatu interaksi manusia dalam berpolitik yang sangat dimungkinkan untuk terjadi dalam ruang siber sebagai suatu arena baru bagi para aktor-aktor negara dalam mencapai tujuannya. Penulis berpendapat bahwa politik siber akan menjadi ranah interaksi politik masa depan, dimana semua stakeholder politik akan memanfaatkan media siber secara penuh untuk mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing, baik untuk memilih dan dipilih.

Ruang siber akan menjadi suatu jembatan antara dunia maya dan dunia nyata dengan realita konstruktivisme, dimana politik akan menjadi bagian yang memiliki banyak keuntungan di dalamnya. Hal ini pun menjadikan politik dapat mencakup banyak hal, sehingga akan membawa persepsi dan perspektif baru di dalamnya untuk dipelajari dan dipahami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun