Yah, sekarang belajar mentertawakan sendiri saja, karena memang aku pantas ditertawakan. Ketika berusaha merubah sesuatu yang telah berjalan dengan baik. Siapa aku yang coba-coba menentukan baik buruknya sesuatu. Seperti berusaha menguras lautan dengan sendok,,,, Hahahaaaaaa,,,,tolong bantu aku tertawa. Genggam tanganku dan yakinkan bahwa aku tak perlu berbuat itu. Dua hal. Ketika kita berusaha berbuat Benar di tengah hal yang kita rasa tidak benar. Sesungguhnya aku bertanya, mana yang baik? mana yg tidak baik? Apakah aku salah ketika menempatkan diriku menjadi bagian dari sesuatu yg benar itu? atau tidak benar itu? Dimanapun letaknya, setidaknya aku ada. Aku berarti. Aku dibutuhkan. Aku diinginkan. Aku terlihat. Tidak Diperkecil dan Maya.... Dua hal juga. Ketika aku berusaha tetap Tegak dan tidak tergoyahkan tentang apa aku rasa benar. Sesungguhnya aku yakin aku tidak akan tersakiti ataupun menyakiti orang lain karena hal itu. Tapi mengapa terasa sakit ? Pedih? Membuatku berlari, keletihan, terjatuh dan menyerah? Siapapun yang tersakiti, dimanapun letaknya, setidaknya aku mengaku dan jujur. Aku menunjuk tepat ke muka, bukan mengiris di belakang. Atau seharusnya aku membelakangi semua kebaikan itu sendiri? Seperti mengingkari bahwa matahari terbit di timur dan tenggelam di barat. Seperti mengatakan 'manis' ketika hambar yg aku rasakan di lidahku. bagaimana rasanya? Sejauh mana aku bisa berjalan, hanya 'rumput-yang-bergoyang' yang tahu,,,, Seperti berdiri tepat di depan cermin cembung. Bayangan yang tampak tak pernah akan seperti kelihatannya. Maya. Terlihat lebih kecil dan tak berarti. Diperkecil. Tegak. Tidak bisa lebih tegak lagi, karena hanya akan menyakiti, kamu atau aku. Retak dan pecah. Have fun. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H