"Kamu itu seperti acar dalam piring nasi gorengku. Kalo ada ya gpp, kalo ndak ada,,,,,, yaaaa gpp juga."
Tahu acar kan? Iya betul. Pelengkap makanan atau lauk pauk. Biasanya dari irisan atau potongan mentimun, wortel, cabe dan kadang ada sedikit nanas atau tomat. Mempercantik hidangan? Ndak juga.
Apa kalo hidangan harus cantik? toh nanti diaduk-aduk juga. Apalagi di perut ---ndak bisa mbayangin.
Kalo manusia dianggap kayak acar seperti apa? Mau? Berarti bodoh. Berarti tak punya sikap.
Bukankah ndak berarti? Ndak penting.
Apa penjual nasi goreng yang di pinggir-pinggir jalan itu bakalan ndak laku kalo dia ndak kasih acar dalam nasi goreng jualannya. Ndak. Tetep laku. The show must go on toh? Apakah kalo ndak ada acar, harga nasi gorengnya dikurangi? Ndak juga. Tetep 10.000.
Jadi? Saya ndak tau harus nulis apa lagi. Yang terbersit di benak saya ya cuman itu. Acar.
Kadang kalo ndak dimakan malah disisihkan di pinggir piring, trus dibuang.
"mending jadi sendok, walopun made in China. Setidaknya bisa buat membuang acar. ya kan?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H