Mohon tunggu...
Shelly Dike Ananda
Shelly Dike Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

If we never try, we will never know.

Selanjutnya

Tutup

Film

Dibalik Ambisi Terselip Diskriminasi: Film Gadis Kretek Menuai Perhatian Publik karena Sosok Jeng Yah

14 November 2023   02:40 Diperbarui: 14 November 2023   22:29 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram/ifa_isfansyah

Yogyakarta - Gadis Kretek merupakan film adaptasi dari novel fiksi sejarah yang ditulis oleh Ratih Kumala dengan latar 1960-an. Berisi aktor-aktor papan atas yang sepak terjangnya sudah tidak dapat diragukan, seperti Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, Sheila Dara, Ine Febriyanti, Ibnu Jamil, Tissa Biani, Rukman Rosadi dan masih banyak lagi. Kolaborasi para aktor tersebut sangat cocok, terlebih perihal chemistry.


Digarap oleh dua sutradara sekaligus, yaitu Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Gadis Kretek tayang pada Kamis 2 November 2023 di Netflix. Dibalut dengan sangat apik dan autentik, Gadis Kretek berhasil menjadi bagian dari Busan International Film Festival (BIFF) 2023. Hal tersebut tentunya tak terlepas dari kerjasama para aktor dan tim produksi yang sangat baik dalam berkontribusi menyuguhkan film yang memiliki karakter kuat. Perfilman Indonesia menjadi lebih hidup begitu Gadis Kretek tayang.

sumber: instagram/therealdisastr
sumber: instagram/therealdisastr
Dian Sastrowardoyo menjadi sorotan usai memerankan karakter Dasiyah atau biasa disapa Jeng Yah, yaitu perempuan yang memiliki bakat dalam meracik saus kretek. Ambisinya adalah menciptakan kretek terbaik, tetapi jalan yang ditempuh tidak semudah itu dan cenderung dipersulit. Sebab di dalam industri kretek perempuan hanya boleh menjadi pelinting, dan pada era 1960-an industri karetek didominasi oleh para laki-laki. Sehingga Dasiyah mendapat diskriminasi yang begitu intens dari lingkungannya. Karena Dasiyah selalu berusaha untuk meracik saus, ia percaya pada kemampuannya sendiri. Mau tidak mau Dasiyah harus menulis resep saus kretek secara diam-diam dan membuat kreteknya sendiri guna merealisasikan ambisinya, beruntung ada Soeraja yang membantu dan memberi dukungan penuh untuk Dasiyah.


Gadis Kretek menambah pengetahuan sejarah industri kretek di Indonesia, dari mulai perjuangan membangun kretek yang berkualitas, berbisnis dengan baik, bersaing dengan pengusaha kretek lain, hingga mencari saus racikan kretek yang sempurna. Pada era 1960-an diskriminasi masih begitu lekat, Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Dasiyah tidak diperbolehkan masuk ke ruangan racikan saus kretek, karena ada anggapan jika perempuan memasuki ruangan tersebut rokok yang dihasilkan akan menjadi asam. Walaupun Dasiyah anak dari pemilik usaha kretek, bukan berarti ia berhak seenaknya, justru Dasiyah mendapat pertentangan keras.


Menganut budaya partiarki di negeri tercinta ini terkesan dinormalisasi. Ada pernyataan yang menyebutkan bahwa perempuan itu harusnya memasak saja di dapur, tidak perlu ini tidak perlu itu. Ruang lingkup perempuan cenderung dibatasi, begitupun dengan yang Dasiyah alami. Ia memiliki bakat meracik saus, tapi bakat tersebut harus dipendam karena lingkungan tidak menerimanya. Mimpi yang diperjuangkan, dengan terpaksa harus terkubur dalam-dalam. Namun Dasiyah tidak berhenti sampai disitu, ia tak kenal lelah dalam menemukan racikan saus kretek. Soeraja terus memotivasi Dasiyah untuk menunjukkanya kepada semua orang, bahwa ia sangat berbakat. Berkat usahanya, Dasiyah melaunchingkan kretek andalannya yaitu kretek gadis yang sangat laku pada masa itu. Orang-orang berbondong-bondong membelinya, dan stigma terkait perempuan tidak diperbolehkan meracik saus, menurun seketika meskipun tidak hilang sepenuhnya.

sumber: instagram/therealdisastr
sumber: instagram/therealdisastr
“Filmnya menarik, karena mengangkat realitas sosial yang tabu di masyarakat, yaitu tentang bagaimana perempuan ada di dalam dunia kretek atau rokok. Tahu sendiri kan, sampe sekarang masyarakat masih tabu dan nganggap negatif kalau perempuan ngerokok. Jadi menurutku, ini filmnya berani sih, dan kita juga gak bisa menyoroti hanya dari satu sisi aja, karena banyak nilai-nilai lain yang sebenarnya positif dan bisa kita ambil,” ujar Feni, penonton film Gadis Kretek.


Dian Sastrowardoyo sangat totalitas dalam berakting, sehingga perasaannya dapat sampai ke hati penonton. Pendalaman karakternya sungguh kuat, tak heran jika ia berhenti untuk bersosialisasi, berhenti olahraga, hanya mendengarkan lagu jawa, gamelan dan musik klasik Indonesia. Hal tersebut dilakukannya untuk bisa lebih masuk ke dalam karakter Dasiyah sebagai perempuan pada zaman dahulu. Kualitas sastra dalam Gadis Kretek patut disoroti dan memiliki makna tersendiri, seperti sound yang ramai dipakai oleh pengguna sosial media Tiktok, dimana berbunyi “saya ingin membawa mimpi itu kemanapun saya melangkah”. Hal tersebut dapat memacu semangat seseorang dalam mempertahankan mimpinya.


Dalam film Gadis Kretek terdapat nilai-nilai maupun pesan yang dapat diambil, setidaknya dapat memotivasi diri sendiri agar berusaha mencapai tujuan yang diinginkan.”setiap monolog dari Jeng Yah itu semuanya punya nilai. Tentang impian, keluarga, kesetaraan, cinta, dan kegigihan. Satu pesan yang ngena banget bahwa kalau kita punya mimpi, bawa terus mimpi itu dimanapun kita berada. Usahakan dengan segenap kemampuan walaupun menurut orang lain tidak pantas namun kalau kita yakin sama impian kita, mimpi itu akan menemukan jalannya,” kata Tari, penonton film Gadis Kretek.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun