Mohon tunggu...
Shellya Dirgantari
Shellya Dirgantari Mohon Tunggu... -

SDN Kapas MTsN Pare 1 MAN Kota Kediri 3 ICP PGMI UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum 2013 Sebagai Wujud Dari Teori Gestalt

19 Mei 2014   14:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

** Disiplin merupakan kunci untuk bisa meraih masa depan cerah. Hanya saja, kita harus bisa selalu fokus, teratur dan terarah dengan apa yang dibangun serta jalankan sedari awal, demi mewujudkan masa depan yang cerah!. ~ Ayu Noorma Diana

Kurikulum 2013 Sebagai Wujud Dari Teori Gestalt

Memang ketika belajar tentang teori ini, awalnya sangat sulit untuk dimengerti karena bahasanya yang mungkin terlalu tinggi. Ada beberapa frase kata yang perlu kita telusuri lebih jauh agar sesuai dan pas dengan bidang yang sedang kita geluti sekarang ini.

Dalam teori yang dicetuskan oleh Wheitemer, Koffka serta Kohler ini lebih menekankan kepada Meaningful Learning. Salah satu contohnya yang sudah diterapkan dalam kurikulum 2013. Karena di dalam kurikulum tersebut sudah terdapat insight yang lebih cenderung memaknai antar objek. Peserta didik dituntut untuk memahami secara keseluruhan materi yang diberikan oleh guru, bukan memahami secara per bagian.

Lebih jauh lagi teori ini menekankan pada perilaku bertujuan. Apa itu maksudnya? Semua yang dilakukan oleh seorang siswa harus ada tujuannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak tersebut. Contoh konkritnya, seorang anak bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Berbeda lagi dengan anak lain yang bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Dari dua hal tersebut bisa kita lihat bahwa cara belajar mereka sudah pasti berbeda bukan?

Sementara hal lain dari teori gestalt yang bisa kita terapkan dalam pembelajaran adalah prinsip ruang hidup atau yang biasa disebut life space. Artinya bahwa sebuah proses pembelajaran itu tidak bisa dipaksakan. Bisa kita bayangkan bagaimana ketika dalam proses pembelajaran terdapat sebuah paksaan? Mengingat bahwa tujuan pembelajaran disini adalah kematangan untuk memperoleh pengertian/pemahaman, jadi unsur paksaan harus sebisa mungkin dihilangkan. Yang seperti itu lah yang disebut sebagai belajar yang berhasil.

**Selamat Bermetamorfosa untuk menjadi yang lebih baik :) - she

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun