Mohon tunggu...
Shellya Dirgantari
Shellya Dirgantari Mohon Tunggu... -

SDN Kapas MTsN Pare 1 MAN Kota Kediri 3 ICP PGMI UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teori Piaget: Jangan Hanya Tahu, Mari Kita Terapkan!

28 April 2014   15:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

** Anda mendapat perlakuan buruk dari teman Anda?

Sabar dan ingatlah. Tetap hormati mereka dengan kebaikan hati Anda.

Apa yang kita lakukan terhadap mereka bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita sebenarnya..

Teori Piaget : Jangan Hanya Tahu, Mari Kita Terapkan!

Anda seorang guru profesional? Atau Anda seorang calon guru yang ingin mempunyai sikap profesional? Okay. Bagi Anda yang mengaku senang atau sedang menggeluti dunia psikologi atau pendidikan, pastinya Anda akan sering mendengar teori-teori yang dicetuskan oleh Jean Piaget.

Eits. Hanya mendengar atau sekedar tahu saja tidak cukup untuk mewujudkan mimpi Anda menjadi guru yang profesional. Mengapa demikian? Tentu setelah kita tahu, alangkah baiknya jika kita terapkan teori tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Tujuannya adalah agar kita mengetahui seberapa efektifnya teori tersebut diterapkan dan apa saja kelemahan dari teori tersebut. Sementara itu, penerapan teori ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap dunia psikologi, pendidikan, atau bidang lain yang juga erat kaitannya dengan teori ini. Lalu, bagaimana inti teori Piaget tersebut?

Teori piaget ini mengajarkan kepada kita bahwa mengetahui cara seorang anak beradaptasi dengan lingkungan adalah sangat penting. Seperti yang telah saya jelaskan tadi. Hanya tahu saja itu tidak cukup, maka harus benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi untuk pendidik atau calon pendidik. Di dalam teori ini, Piaget telah membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat fase besar. Yaitu sensori motorik, praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

Tentunya masing-masing fase tersebut mempunyai ciri khas tersendiri. Tahap perkembangan sensori motorik dimulai sejak anak lahir sampai berumur sekitar dua tahun. Di tahap ini anak baru saja berkenalan dengan lingkungan barunya, yaitu dari dunia kandungan ibu kemudian menuju dunia alam semesta. Dengan mengetahui tahap ini, kita bisa sedini mungkin memacu perkembangan bayi agar bisa berkembang secara optimal.

Sementara itu, tahap pra operasional dilalui anak ketika mereka berumur dua sampai tujuh tahun. Pada tahap ini, perkembangan keterampilan bahasa anak mulai muncul serta mereka mempunyai sikap egosentris total. Berbeda lagi dengan tahap operasional konkrit. Tahap ini dilalui oleh seorang anak ketika mereka berumur antara tujuh sampai dua belas tahun. Mereka sudah mampu mengurutkan dan mengelompokkan benda, tetapi belum bisa berfikir abstrak. Dan yang terakhir adalah tahap operasional formal, yaitu terjadi ketika anak berusia dua belas tahun hingga dewasa. Mereka mulai bisa untuk berfikir abstrak dan logis.

Yang perlu digarisbawahi disini adalah, bahwa batasan usia pada teori Piaget tidak bisa dijadikan patokan. Rentang usia tersebut bisa berubah-ubah sesuai dengan karakteristik perkembangan seorang anak. Yang pasti, seorang anak akan tetap melalui semua tahap-tahap itu. Tetapi terkadang ada anak yang perkembangannya cepat bahkan lambat.

Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pendidik atau calon pendidik untuk mengetahui dan menerapkan teori ini. Perbedaan dalam perkembangan seorang anak menjadi hal yang tidak tabu lagi. Sehingga kita bisa mengetahui langkah apa yang seharusnya kita ambil dan langkah mana yang seharusnya tidak kita ambil sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif seorang anak.

Ingat! Yang disebut pendidik atau calon pendidik bukan hanya guru atau dosen saja. Seorang ayah dan ibu di rumah yang tidak menyandang gelar sarjana pendidikan pun layak disebut sebagai pendidik. Karena memang mereka adalah guru seorang anak ketika mereka berada di lingkungan rumah.

**Selamat Bermetamorfosa untuk menjadi yang lebih baik :) - she

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun