Mohon tunggu...
Shellya Dewi
Shellya Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

seorang pelajar yang belajar menuliskan berbagai macam rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengingatmu untuk Melepasmu

19 Februari 2020   23:38 Diperbarui: 19 Februari 2020   23:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photography.katabara.com

Ada suatu masa saat  seseorang merasa payah. Oh, hal ini bisa kamu tertawakan karena kepayahan yang pernah saya alami sangatlah remeh. Walau mungkin bukannya tidak penting, hehe. Ya, siapa mengira akan ada segelintir orang yang merasa payah dalam urusan asmara mereka. Tak pelak bagi seorang seperti saya.         

Bercerita sedikit tentang diri sendiri, ya bisa dibilang, saya adalah orang yang sederhana. Tidak perlu beribu kata puitis atau bertangkai mawar merekah untuk membuat saya tersenyum. Tentu saja karena saya juga bukan termasuk ke dalam orang yang romantis. Meski begitu, satu dua hal yang pernah kita alami terkadang terasa nikmat untuk dikenang. Warna-warna yang tidak akan terulang kembali. 

Ingat tidak ketika kamu meminta agar lebih terbuka tentang apa pun yang saya rasakan? Atau ketika saya akhirnya meluapkan banyak hal pada kamu? Bahkan sebuah kebiasaan  buruk yang saya lakukan saat begitu terpuruk. Ya, self harm menjadi sebuah solusi yang salah kala itu. Entah mengapa hari itu kamu berhasil membuat saya mampu mengucapkan lusinan kata. Mencurahkan segala rasa yang terpendam. Yah, jujur saya merasa bersyukur telah berani mengatakannya. 

Hanya hal-hal sepele. Benar, saya tidak akan melebih-lebihkannya. Perhatian kecil yang kamu berikan ternyata begitu membekas pada saya, membuat hangat perasaan saat mengingatnya. Hehe, mungkin agak sedikit dramatis, namun begitulah adanya. Perlahan kamu menjadi sandaran, tempat berbagi cerita, menjadi penawar luka dari masalah yang datang menghujani. Saya pun menjadi terlalu bergantung pada kamu. 

Fakta bahwa saya terlanjur jatuh pada kamu yang begitu peduli, benar adanya. Saya tidak bisa menyalahkan kamu ataupun diri sendiri. Rasa ini hanya hadir begitu saja di tengah berkecamuknya permasalahan. Hal baiknya, kamu mampu membebaskan saya dari kebiasaan tak baik itu. 

Namun, tentu beberapa hal tidak berjalan sesuai harapan. Benar, ketika kamu mengatakan agar saya tidak bergantung hanya pada seorang, membuat saya sadar. Saya cukup menyadari bahwa besar kemungkinan kamu dan saya tidak akan bisa terus bersama. 

Tidak pernah menjadi apa-apa pada akhirnya membuat saya menjadi lebih kokoh. Entah saya yang kurang beruntung karena memiliki perasaan di saat yang kurang tepat atau memang asmara sedang tidak berpihak pada saya. Entahlah. Yang pasti, berkat adanya kamu di cerita hidup saya, setidaknya ada kenangan manis yang pernah terukir.

Anggota Tim Kumbang Shellya, Farisa, Anisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun