Mohon tunggu...
Shelly Lansritan
Shelly Lansritan Mohon Tunggu... Insurance Consultant -

Kenali saya melalui buah pikir dalam tulisan-tulisan di Kompasiana & celoteh lainnya di Facebook saya : https://www.facebook.com/shelly.lansritan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Asuransi = Antara Keraguan dan Kebutuhan

14 April 2015   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 11 April 2015 saya baru mengetahui bahwa Kompasiana sedang mengadakan lomba menulis dengan tema asuransi. Dan hari ini tanggal 14 April 2015 adalah tanggal terakhir untuk keikutsertaan lomba. Dalam waktu hampir 5 jam ditemani lagu-lagu favorit, saya coba tuliskan apa-apa saja yang membuat masyarakat di Indonesia masih merasa berat untuk berasuransi. Semoga apa yang saya sharingkan dari pengalaman kerja hampir 5 tahun di dunia asuransi dapat bermanfaat bagi para pembaca. =)

1. Asuransi = Tanda Sayang Pada Aset?

Ketika penghasilan kita sudah mencukupi untuk kebutuhan-kebutuhan pokok, maka mulailah kita dengan mengumpulkan aset. Biasanya aset dibeli dengan cara dicicil dan tentu saja perlu diasuransikan. Banyak sekali orang yang rela membeli asuransi untuk aset mereka. Mengapa? Karena mereka merasakan bagaimana perjuangan untuk memiliki aset tersebut. Mereka kerja dari pagi hingga malam, menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil kerja keras untuk bisa memiliki aset. Tentu rasa sakit hati luar biasa akan terasa jika aset mereka terbakar, hilang, rusak, dsb. Nah untuk itulah mereka biasanya setuju menggunakan asuransi agar ada penggantian ekonomi ketika terjadi resiko pada aset mereka.

Yang paling sederhana adalah ketika kita membeli HP. HP baru tersebut kemudian segera kita lengkapi dengan pelindung casing dan anti gores. Untuk apa sih? Ya untuk jaga-jaga dong agar ketika HP jatuh tidak langsung membentur casing asli. Juga si anti gores bertujuan kalau-kalau tidak sengaja ada benda-benda di tas yang bisa menggores layar HP. Ini sebenarnya prinsip asuransi yang seringkali tidak disadari banyak orang.

Ketika terlahir ke dunia, sebagian besar manusia mendapatkan anggota tubuh, organ tubuh dan nyawa secara cuma-cuma dari Tuhan. Tidak perlu banting tulang dan tidak perlu berhemat, tiba-tiba ketika lahir kita sudah diberikan tubuh yang sehat dan anggota tubuh yang lengkap. Ini terkadang membuat banyak orang merasa acuh tak acuh mengenai pentingnya memiliki asuransi jiwa dan kesehatan bagi diri mereka sendiri. Padahal ketika ada organ tubuh kita yang sakit, tentu efeknya bisa sangat serius terhadap hidup kita. Mulai dari harus menjual aset-aset yang susah payah kita kumpulkan bahkan terlilit dalam hutang tak berujung untuk membayar biaya pengobatan. Nah bagaimana jika resiko kehidupan membuat kita kehilangan fungsi salah satu anggota tubuh? Kegiatan mencari nafkah bisa sangat terganggu sedangkan biaya hidup terus bergulir. Jadi masih acuh tak acuh kah untuk mengasuransikan diri kita sendiri sebagai aset yang paling berharga?

2. Asuransi = Mengerikan

Idealnya manusia senang untuk memikirkan hal-hal yang membahagiakan. Nanti liburan mau pergi kemana ya? Nanti weekend mau nonton movie apa ya? Nanti ulang tahun saya dapat kado apa ya? Nah bagaimana dengan asuransi? Apa yang sering dikatakan oleh agent asuransi ketika menawarkan produknya? Jika Anda nanti sakit, jika nanti Anda cacat dan jika nanti Anda meninggal, maka akan ada santunan sebesar sekian. Aaaah mengerikan bukan? Malas deh rasanya memikirkan asuransi.

Meninggal dunia adalah sebuah kepastian bagi setiap manusia. Sedangkan sakit atau cacat adalah kemungkinan yang sangat mungkin terjadi dalam hidup manusia. Bahkan seringkali sebelum meninggal dunia, manusia melewati proses sakit atau kecelakaan yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Fakta ini memang mengerikan, untuk itulah hadir konsep asuransi untuk meringankan beban financial yang sudah pasti muncul atas sebuah musibah.

3. Asuransi = Dibeli Tapi Tidak Bisa Langsung Digunakan

Jika Anda pergi ke toko fashion dan membayar sejumlah uang di kasir, Anda akan membawa pulang baju atau sepatu yang bisa langsung dipakai. Jika Anda pergi ke toko HP dan membayar sejumlah uang kepada si penjaga toko, maka Anda akan pulang membawa gadget keren di genggaman Anda. Bagaimana dengan asuransi? Ya ampuuuuuun bayar tiap bulan atau tiap tahun, hanya dapat kertas? Itu buku polis juga hanya disimpan di lemari, tak menarik untuk dibaca. Aduuuh gak banget deh ya beli asuransi!

Tapi pernahkah terpikir bahwa ketika tubuh sedang merintih kesakitan dan nyawa sedang di ujung meja operasi, dimana peran baju, sepatu dan gadget yang selama ini kita anggap keren? Namun sebuah buku polis dalam lemari yang tidak menarik untuk dibaca itu dapat menggerakan tangan-tangan para tenaga medis untuk bergerak cepat menyelamatkan hidup kita.

4. Asuransi = Gengsi & Gaya Hidup > Logika

Banyak sekali orang rela membayar Rp 50.000,- untuk segelas kopi di kafe-kafe ternama. Entahlah uang Rp 50.000,- itu memang untuk menikmati rasa kopinya atau untuk sebuah pengakuan sebagai anak gaul metropolitan. Juga banyak sekali orang rela menghabiskan budget ratusan ribu bahkan jutaan Rupiah untuk treatment perawatan rambut, wajah dan kulit tubuh di salon-salon kecantikan. Dan banyak sekali orang yang rela antri di gadget shop ketika ada HP keluaran terbaru meskipun HP lamanya masih sangat layak pakai.

Ini adalah fenomena ketika gengsi dan gaya hidup mengalahkan logika. Demi gengsi dan gaya hidup, tidak masalah menghambur-hamburkan uang demi kesenangan hidup saat ini. Sementara itu sebuah logika diabaikan. Logika untuk memiliki asuransi demi kesenangan hidup di masa mendatang.

5. Asuransi = Semua Orang Suka Gratisan

Ketika orang menolak asuransi, seringkali mereka bukanlah menolak benefit perlindungannya. Manusia waras mana yang menolak diberikan santunan ketika sedang terjadi musibah dalam hidup mereka? Mereka hanya menolak keluar uang dari dompet pribadi untuk mendapatkan perlindungan tersebut. Coba deh perlindungan tersebut diberikan gratis atau ada pihak yang bersedia membayarkan, waaaaah…masih adakah yang menolak asuransi?

6. Asuransi = Uang Hilang

Saya mau koq ikut asuransi sebenarnya, tapi kalau saya tidak sakit kan nanti sayang juga uang saya hangus ya? Ini adalah mindset hampir semua nasabah asuransi. Asuransi dianggap sebagai jual beli untung dan rugi. Sebenarnya hal tersebut adalah sesuatu yang manusiawi, hanya saja perlu diluruskan sedikit.

Analoginya begini, untuk apa Anda membeli gembok pagar rumah padahal belum tentu ada maling? Untuk apa sebuah kantor mempekerjakan satpam padahal belum tentu ada penjahat? Untuk apa ada fire extinguisher di gedung padahal belum tentu ada kebakaran? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut tentu untuk jaga-jaga. Lalu kalau tidak ada maling, penjahat dan kebakaran apa lantas jadi merasa rugi?

Membeli asuransi adalah membeli ketenangan batin. Bersyukurlah jika Anda tidak pernah klaim, itu artinya Anda masih diberikan kesehatan dan umur panjang. Masih belum bisa terima juga soal premi hangus? Bersyukurlah sekarang dunia asuransi sudah berkembang pesat. Produk asuransi sudah ada yang dikombinasikan dengan investasi sehingga memungkinkan premi yang disetor nasabah tidak hangus total bahkan berkembang sangat baik yang dapat digunakan untuk dana pendidikan dan dana pensiun.

7. Asuransi = No Trust

Sebenarnya sadar banget sih pentingnya asuransi. Sebenarnya mau banget sih punya asuransi. Tapi saya ragu nih, di luar sana banyak sekali berita negatif mengenai asuransi. Belum lagi banyak oknum agent yang tidak profesional dalam melayani nasabah. Galau jadinya kalau begini.

Sudah menjadi rahasia umum kalau bad news is a good news. Berita-berita simpang siur mengenai kasus asuransi di media seringkali keliru. Dan karena memegang prinsip kerahasiaan nasabah, perusahaan asuransi tidak bisa serta merta menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya kepada publik.

Di setiap profesi apapun, pasti ada saja oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang merugikan clientnya. Usahakan untuk mencari agent asuransi rekomendasi dari teman atau saudara yang sudah pernah merasakan after sales service dari agent tersebut. Jangan pernah membeli asuransi karena merasa tidak enak pada agent yang menawarkan. Anda akan merasakan sakit hati ketika nantinya agent tersebut hilang lenyap ditelan waktu.

Sebelum memutuskan untuk membeli asuransi, sediakan waktu yang cukup sekitar 2 sampai 3 jam untuk berdiskusi dengan agent Anda. Jangan bersikap masa bodoh, cuek dan malas untuk berdiskusi sebab asuransi adalah produk keuangan jangka panjang. Jangan malu untuk bertanya, tidak ada istilah stupid question untuk orang yang awam asuransi. Agent asuransi yang bekerja dengan hati pasti akan sabar memberikan penjelasan pada Anda.

Percayalah hanya dengan knowledge yang benar mengenai asuransi, maka mindset Anda akan terbuka mengenai misi mulia asuransi jiwa.

8. Asuransi = Trauma

Saya pernah ditipu asuransi! Klaim saya tidak dibayar! Uang saya dibawa kabur sama agentnya! Prosedurnya ribet sekali! Agentnya kurang ajar, ngejar-ngejar pas di awal saja, giliran sedang sakit saya tidak dibantu! Saya kapok sama asuransi! Pokoknya say a big no no buat asuransi!

Hal ini banyak sekali terjadi di masyarakat. Dan yang menyedihkan adalah ketika trauma asuransi terjadi pada si A, maka temannya si B, si C dan si D bisa dengan mudah terpengaruh dan menjadi bagian dari komunitas anti asuransi. Padahal ketika suatu hari nanti si B sakit dan membutuhkan dana pengobatan yang besar, apakah si A bersedia membayarkan di kasir RS? Ketika suatu hari nanti si C mengalami cacat dan tidak bisa bekerja, apakah si A bersedia memberikan gaji bulanan secara cuma-cuma? Ketika si D meninggal terlalu dini, apakah si A bersedia menanggung biaya hidup anak dan istri yang D tinggalkan?

Jangan karena pernah merasa kecewa dan sakit hati terhadap asuransi, lantas Anda menjadi anti asuransi dan menutup diri untuk melakukan review dari kesalahan di masa lalu. Sudahkah Anda menjadi nasabah yang kritis dan cerdas dalam menyikapi janji-janji manis seorang agent asuransi? Sudahkah Anda mencari tahu alasan sebenarnya mengapa sampai klaim di tolak? Apakah Anda benar membeli produk yang dibutuhkan? Analoginya adalah tidak mungkin Anda pergi ke pesta, jika yang Anda beli adalah baju tidur semua. Perkembangan dunia asuransi kini juga semakin baik, Anda bisa menggunakan sistem debet rekening atau kartu kredit untuk menghindari uang dibawa kabur oleh oknum agent asuransi.

Prosedur di asuransi ribet? Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan dan melayani jutaan nasabah. Segala administrasi tidak boleh diurus sembarangan karena ini juga terkait dengan hukum yang harus ditaati oleh perusahaan. Ya untuk orang awam mungkin ribet, tapi bagi kami para agent yang terbiasa mengurus segala administrasi asuransi ya jelas tidak ribet. Nah selektiflah dalam memilih agent partner dan biarkan si agent yang sibuk mengurus keperluan asuransi keluarga Anda!

9. Berasuransi = Tidak Percaya Pada Kuasa Tuhan

Wah point ke-9 ini adalah point yang paling berat menurut saya karena terkait dengan keyakinan seseorang. Seringkali saya mendengar bahwa tidak perlulah kita berasuransi karena semua hal sudah dijamin oleh Tuhan. Sehingga berasuransi sama dengan mengingkari kuasa Tuhan. Sungguh saya tidak mengerti pola pikir seperti ini karena yang saya pahami dari inti semua ajaran agama adalah bahwa Tuhan tidak menginginkan umatNya berpangku tangan menunggu hasil.

Apakah bisa kita duduk manis di rumah lalu besok beras, minyak, tepung dan sembako lainnya hadir tiba-tiba di depan pintu? Tentu kita harus bekerja dulu bukan? Lalu bagaimana mungkin dana pengobatan yang sering kali bernilai puluhan juta, ratusan juta bahkan milyaran Rupiah hadir tiba-tiba saat dibutuhkan tanpa dipersiapkan sebelumnya? Bagaimana mungkin juga anak-anak kita yang masih kecil dapat terus melanjutkan kehidupan mereka secara layak ketika si ayah meninggal terlalu dini? Asuransi merupakan salah satu bentuk ikhtiar kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan sebab kita diciptakan dengan akal budi yang dapat berfikir mengenai resiko-resiko kehidupan dan cara mengantisipasinya.

Nah demikianlah point-point yang seringkali menjadi keragu-raguan bagi masyarakat kita untuk mulai berasuransi. Kawan jika Anda sering mendengar bahwa asuransi itu ibarat sedia payung sebelum hujan, maka menurut saya asuransi adalah lebih dari itu. Tanpa payung, jika kita kehujanan maka yang terjadi adalah tubuh akan basah kuyub. Efek terburuknya adalah kita akan sakit demam dan flu. Istirahat dalam beberapa hari pun, tubuh akan kembali fit dan bugar untuk beraktifitas. Nah bagaimana jika hidup tanpa asuransi? Yang mungkin akan terjadi dalam hidup kita sering kali fatal dan penyesalan tak berujung. Berapa banyak orang yang terlilit hutang dan menjadi gelap mata karena harus menanggung biaya pengobatan yang luar biasa besar? Berapa banyak anak-anak yang kehilangan masa kecil mereka karena ditinggal sang pencari nafkah? Berapa banyak istri yang akhirnya terjun ke lembah hitam karena tak kuasa menanggung beban ekonomi sendirian ketika suami meninggal terlalu dini?

Anda masih merasa berat untuk berasuransi? Coba pikir sekali lagi dan tatap wajah orang-orang tercinta yang Anda miliki. Jangan karena penundaan sesaat, luluh lantah masa depan mereka. Salam asuransi! :)

Jakarta, 14 April 2015

Shelly Lansritan

Sharing is Good ^^

PENTING :

(Anda diperkenankan membagi tulisan ini dengan menggunakan tombol share dan juga mengutip sebagian/seluruh tulisan saya, sepanjang Anda menyebutkan nama lengkap saya. Apabila Anda mengcopy/memotong tulisan ini di luar dari ketentuan di atas, maka Anda telah beritikad tidak baik dengan melakukan pendistribusian tidak sah dan berdasarkan UU hak cipta saya berhak secara hukum untuk menuntut Anda.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun