Corona Merajalela, Pilkada Gundah Gulana
Situasi urgensi pandemi covid-19 seakan tiada habisnya dari awal kemunculannya di akhir tahun lalu yang terkonfirmasi bahwa virus ini berasal dari suatu daerah di Negara China dan mulai memasuki Indonesia setelah ada yang terkonfirmasi pada awal bulan Maret 2020 lalu, terhitung sejak Maret sampai saat ini bulan November situasi urgensi pandemi ini sudah berlangsung kurang lebih sekitar 8 (delapan) bulan lamanya.Â
Sebenarnya pemerintah dalam upaya meminimalisir penyebaran covid-19 bahkan sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 telah mengeluarkan kebijakan guna untuk mentertibkan masyarakat.
Seperti halnya PP No 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PBSS). Pada dasarnya dalam peraturan ini termuat himbauan kepada masyarakat untuk menjaga jarak, tidak berkerumun, memakai masker saat keluar rumah, tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang sangat penting, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Bahkan masyarakat diperuntukan tetap dirumah saja, bekerja dirumah saja atau lebih kita kenal dengan WFH (Work From Home), atau dalam aktivitas belajar mengajar yang dirumahkan istilah ini dikenal dengan SFH (Study From Home), alih-alih dikeluarkannya peraturan pemerintah ini untuk meminimalisir angkat yang terkonfirmasi covid-19 bahkan sekaligus untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Namun, memasuki bulan November ini kurvanya semakin meningkat, bahkan pada tanggal 14 November lalu kasus positif bertambah hingga menginjak angka yang sangat fantastis berdasarkan laman media online angkanya mencapai 5.272. Hal ini menunjukkan semakin merajalelanya Corona di negeri kita.
Probelematika mengenai corona yang belum usai juga, dan situasi ini semakin kompleks lagi jika kita kaitkan dengan PILKADA, rencananya PILKADA serentak akan diselenggarakan di bulan Desember mendatang rencana mengenai Pemilihan Kepala Daerah ini memang gundah gulana jika akan tetap diselenggarakan di tengah situasi pandemi.
Contoh kecil saja banyaknya paslon-paslon yang mengadakan kampanye di tengah derita pandemi saat ini, walaupun dengan dalih memperhatikan protokol kesehatan tetap saja jika dilihat dilapangan, penyelengraan kampenye tersebut yang mengundang banyak kerumunan orang, dan bahkan didapati ada yang tidak memakai masker, dan tidak memperhatikan jarak.
Adanya fenomena demikian semakin memperkeruh suasana, hal ini tentunya seperti memupuk virus corona ditengah masyarakat, yang mana virus ini masih bertebaran di mana-mana sampai saat ini bahkan semakin merajarela.
Entah apa jadinya, jika memang Pilkada ini tetap diselengarakan di bulan Desember mendatang, walaupun PILKADA ini diselengarakan dengan tetap memeperhatikan protokol kesehatan, namun dikhawatirkan masyarakat dengan tingkat kesadaran yang rendah mengenai kesehatan serta kepeduliannya mengenai pencegahan virus ini yang kemudian mengabaikan protokol kesehatannya. Misalnya tidak memaki masker, tidak menjaga jarak terlebih jika terjadi antrian hal ini tentu akan membahayakan.
Penulis : Shella Rachmawaty
Intansi : Universitas Pamulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H