Mohon tunggu...
Shella Nirmala Putri Supandi
Shella Nirmala Putri Supandi Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate

Saya merupakan seorang fresh graduate dengan title lulusan terbaik pertama di prodi ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2024 dengan IPK 3.97. Saya senang belajar hal baru dan berorientasi pada detail serta tersturuktur. Saya juga pernah tergabung dalam organisasi Youthpreneur sebagai anggota dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, analitis, kerja sama tim, public speaking. Dengan pengalaman akademis, telah mengembangkan keterampilan analisis data yang kuat, kemampuan dalam menyusun laporan keuangan, serta pemahaman yang baik tentang konsep ekonomi makro dan mikro, analisis ekonomi, penelitian ekonomi, serta kemampuan mengoperasikan ms. office (excel, word, power point) dan eviews.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Ke Lima Negara Tujuan Utama Tahun 2013-2022

29 September 2024   21:00 Diperbarui: 29 September 2024   21:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INTISARI

CPO memiliki kontribusi yang penting terhadap perekonomian Indonesia dalam sumbangan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Indonesia merupakan produsen CPO terbesar dunia. India, China, Pakistan, Amerika Serikat dan Bangladesh merupakan lima negara tujuan utama pengimpor CPO dari Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisi determinan Ekspor CPO Indonesia ke Lima Negara Tujuan Utama dengan menggunakan variabel independen PDB per kapita negara tujuan, kurs, harga CPO internasional dan konsumsi per kapita negara tujuan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2013-2022 dan metode yang digunakan adalah data panel dengan alat analisis Eviews10. Berdasarkan hasil analisis data panel ditemukan bahwa variabel PDB memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia, kurs memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia, harga CPO internasional memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia dan konsumsi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.

Kata kunci: Ekspor, PDB, Kurs, Harga, Konsumsi 

ABSTACT

CPO has an important contribution to the Indonesian economy in terms of foreign exchange contribution and employment. Indonesia is the world's largest CPO producer. India, China, Pakistan, the United States and Bangladesh are the five main destination countries importing CPO from Indonesia. This research aims to analyze the determinants of Indonesian CPO exports to the five main destination countries using the independent variables GDP per capita of the destination country, exchange rate, international CPO price and consumption per capita of the destination country. This research uses secondary data from 2013-2022 and the method used is panel data with the Eviews10 analysis tool Based on the results of panel data analysis, it was found that the GDP variable had a negative and insignificant influence on Indonesian CPO exports, the exchange rate had a positive and significant influence on Indonesian CPO exports, international CPO prices had a negative and insignificant influence on Indonesian CPO exports and consumption had a positive and significant influence. significant impact on Indonesian CPO exports.

Keywords: Export, PDB, Exchange Rate, Prices, Consumption

 

 

 

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keunggulan kompetitif yang menonjol di sektor perminyakan karena posisinya sebagai pengekspor minyak terkemuka. Tenaga kerja yang besar di Indonesia merupakan komponen kunci yang berkontribusi terhadap daya saing bangsa di bidang perdagangan internasional. Keunggulan ini dibuktikan dengan beberapa pertimbangan lain, salah satunya memastikan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia cukup besar, meskipun kebutuhan dunia akan minyak terus meningkat (Batubara, 2013).

Ekspor sebagai alat pembangunan nasional merupakan hal utama yang ingin kita tekankan lebih tajam tentang masalah perdagangan luar negeri di Indonesia (Rachman, 2013). Menurut (Ravikumar et al., 2022), peningkatan ekspor dapat menyebabkan perluasan perdagangan dalam suatu industri, memfasilitasi integrasi suatu negara ke dalam ekonomi global, dan memitigasi dampak guncangan eksternal terhadap ekonomi lokal.

Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor CPO Indonesia ke Lima Negara Tujuan (Ribu US$) Tahun 2018-2022

Negara Tujuan

Tahun

2018

2019

2020

2021

2022

India

3561.5

2252

2987.3

3337.8

5320.6

China

2637.6

3019.7

2867.5

4825.9

3991.1

Pakistan

1445.7

1169.1

1667.4

2794.3

3129.4

Amerika Serikat

756.8

658.6

784.5

1816.8

2222.2

Bangladesh

846.7

705.2

697.2

1363.2

1475.2

Total

9248.3

7804.6

9003.9

14138

16138.5

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Volume ekspor minyak kelapa sawit (CPO) ke lima negara tujuan mengalami penurunan relatif pada tahun 2019. Namun, dari tahun 2020 hingga 2022, Indonesia berhasil meningkatkan volume ekspor CPO ke kelima negara tersebut, yang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Meskipun produksi minyak kelapa sawit (CPO) sepanjang tahun mengalami fluktuasi, namun tetap berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kelima negara tujuan ekspor CPO tersebut mencakup India, Tiongkok, Pakistan, Belanda, Amerika Serikat, dan Bangladesh.

Ekspor minyak kelapa sawit memiliki arti penting bagi perekonomian Indonesia. Minyak kelapa sawit berperan sebagai penyumbang cadangan devisa Indonesia yang signifikan, sehingga menjadikan industri ini sangat penting bagi perekonomian negara. Hal ini tidak terlepas dari besarnya peran Indonesia di sektor minyak kelapa sawit (CPO) dunia. CPO singkatan dari minyak kelapa sawit, memegang peranan penting sebagai komoditas dalam dunia perdagangan internasional karena potensinya sebagai alternatif yang layak untuk sumber daya terbatas yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Bermanfaat bagi lingkungan. Crude Palm Oil (CPO) memiliki karakteristik yang berbeda dalam periode globalisasi saat ini karena produksi eksklusifnya terbatas pada tempat-tempat tertentu, khususnya daerah tropis dan subtropis tertentu, di mana dominasi pasar internasional terbentuk.

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang berperan penting dalam meningkatkan cadangan devisa negara. menegaskan bahwa Indonesia menempati urutan kedua, setelah Malaysia, dalam hal produksi minyak sawit, dalam hal memasok kebutuhan dunia. Tingkat produksi di Indonesia telah mengalami peningkatan yang stabil karena meningkatnya pengakuan internasional atas kualitas unggul minyak sawit Indonesia, sering dikenal sebagai CPO. Selama dekade terakhir, telah terjadi lonjakan yang signifikan baik dalam jumlah perkebunan kelapa sawit maupun luas lahan yang mereka tempati di Indonesia.

Sumber daya minyak sawit sangat penting untuk kesehatan masyarakat di India, China, Pakistan, Amerika Serikat, dan Bangladesh karena sangat membantu mengatasi defisiensi nutrisi dan ketahanan pangan. Selain itu, peran minyak sawit semakin meningkat di industri India yang tidak berhubungan dengan makanan, seperti biofuel, kosmetik, deterjen, dan aplikasi industri. Minyak sawit tidak hanya digunakan untuk membuat minyak goreng, sekarang pemerintah mengembangkan minyak sawit menjadi biodiesel, yang merupakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Di tengah kelangkaan energi fosil yang semakin meningkat, minyak sawit Indonesia memainkan peran penting dalam menjamin ketahanan energi secara global.

India, China, Pakistan, Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah negara-negara yang paling banyak membeli minyak kelapa sawit dari Indonesia, dan mereka juga termasuk tujuan utama ekspor CPO Indonesia pada tahun 2022.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional bergantung pada kerja sama antara dua negara atau lebih untuk memenuhi kebutuhan semua pihak yang terlibat. Kerjasama atau pengaturan ekonomi antara individu atau entitas yang tinggal di negara yang berbeda dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk interaksi individu-ke-individu, individu-ke-pemerintah, atau pemerintah-ke-pemerintah. Pengaturan yang beragam ini menawarkan dimensi ekstra dan dapat disusun dengan berbagai cara. Dalam menentukan apakah ekspansi ekonomi domestik mengalami kemajuan atau tidak, perdagangan internasional merupakan indikasi yang berguna. Mengimpor dan mengekspor adalah dua kegiatan utama yang dilakukan di sana. Tindakan pengadaan barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat dikategorikan sebagai impor, sedangkan tindakan menjual barang dan jasa ke suatu negara untuk memenuhi kebutuhannya dapat dikategorikan sebagai ekspor.

Ekspor

Tindakan menjual produk atau layanan di negara lain dikenal sebagai ekspor. Kegiatan yang terkait dengan ekspor sering terjadi ketika suatu negara memiliki kapasitas untuk memproduksi barang atau menyediakan layanan dalam skala yang signifikan, dan ketika kebutuhan bahan baku domestiknya terpenuhi secara memadai. Akibatnya, ada potensi produksi barang yang berlebihan, yang beberapa di antaranya pada akhirnya dapat diekspor ke negara lain untuk dijual.

Produk Domestik Bruto (PDB)

Istilah "produk domestik bruto" (PDB), yang biasa digunakan dalam wacana ekonomi, berkaitan dengan nilai moneter komprehensif dari semua barang dan jasa yang dihasilkan di dalam batas negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Metrik ini berfungsi sebagai indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Istilah "negara" mengacu pada entitas geografis dan politik yang diakui sebagai independent. Ketegasan pernyataan bahwa kinerja ekonomi suatu negara cenderung membaik sebanding dengan produk domestik bruto (PDB)-nya memang benar. Sederhananya, produk domestik bruto (PDB) berfungsi sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Kurs (Nilai Tukar)

Nilai tukar resmi mengacu pada nilai tukar yang ditentukan oleh otoritas nasional atau nilai yang ditentukan di pasar mata uang yang disetujui secara hukum. Ini dihitung sebagai rata-rata tahunan berdasarkan rata-rata bulanan (satuan mata uang lokal relatif terhadap dolar AS). Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara (Mankiw N, 2003). Ketika mata uang suatu negara melemah, negara lain menganggap barang domestik negara tersebut relatif lebih murah, menurut (Mankiw N, 2006).

Harga

Berdasarkan prinsip-prinsip teori permintaan konsumen, dapat dikatakan bahwa kenaikan harga suatu produk akan mengakibatkan penurunan permintaan yang sesuai. Penegasan ini merupakan proyeksi yang diturunkan dari teori permintaan konsumen. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga produk, pasar mengantisipasi kenaikan permintaan komoditas.

Harga memainkan peran utama dalam memengaruhi aktivitas jual beli. Dalam teori permintaan, ketika harga naik, permintaan cenderung turun, sedangkan dalam teori penawaran, ketika harga yang ditawarkan lebih tinggi, jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah. (Philip Kotler, 2018) menjelaskan bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk memperoleh suatu produk atau jasa, dengan kata lain, harga adalah biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli barang atau jasa tertentu.

Konsumsi

Menurut (Prasetyo, 2011), konsumsi merujuk pada kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini mencakup segala bentuk penggunaan barang dan jasa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan masyarakat yang menggunakan pendapatan mereka untuk berbelanja dan membeli barang dapat disebut sebagai pengeluaran konsumsi. Konsumsi merupakan fungsi yang tergantung pada ketersediaan pendapatan, yang juga dikenal sebagai pendapatan yang dapat digunakan. Fungsi konsumsi ini mencerminkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dan tingkat pendapatan yang tersedia untuk digunakan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang ekspor sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya baik yang dilakukan oleh peneliti di dalam negeri maupun peneliti di luar negeri.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ridwannulloh & Sunaryati, 2018), (Rosyadi et al., 2021), (C. J. Karlina et al., 2022) menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara PDB per kapita dengan ekspor CPO, namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pratomo & Saputra, 2022) yang menyatakan justru PDB per kapita tidak berpengaruh terhadap ekspor CPO hal tersebut disebabkan karena faktor permintaan suatu barang memiliki banyak indikator yang mempengaruhinya.

(Ridwannulloh & Sunaryati, 2018), (Nurmalita & Wibowo, 2019) , (Hamzah & Santoso, 2020) melakukan penelitian yang menyatakan bahwa antara kurs dengan ekspor CPO memiliki hubungan yang negatif. Tapi hal ini bertolak belakang dengan penelitian dari (Asliyana & Setyowati, 2022), (C. J. Karlina et al., 2022), (Santosa et al., 2022) yang menyatakan bahwa kurs dengan ekspor CPO memiliki hubungan yang positif dan signifikan karena jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun terhadap mata uang asing, maka volume ekspor akan meningkat.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hardianto et al., 2020), (Asliyana & Setyowati, 2022) bahwa harga internasional CPO berpengaruh positif signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia dikarenakan harga minyak kelapa sawit (CPO) di pasar internasional sering mengalami fluktuasi, dan perubahan-perubahan tersebut mungkin memengaruhi jumlah ekspor CPO dari Indonesia ke pasar internasional. Dinamika ini dapat berdampak pada volume total ekspor CPO. Ketika harga suatu produk naik, jumlah produk yang ditawarkan biasanya akan meningkat, dan sebaliknya. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (C. J. Karlina et al., 2022), (Nuryanto & Ekasari, 2023) yang menyatakan bahwa hubungan antara harga CPO internasional dan jumlah ekspor CPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh (Nurmalita & Wibowo, 2019) menyatakan hal berbeda yang mana penelitian tersebut menyatakan bahwa harga CPO internasional berpengaruh positif tidak signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke negara India.

(Hamzah & Santoso, 2020),  (C. J. Karlina et al., 2022) melakukan penelitian yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi CPO berpengaruh positif terhadap volume ekspor CPO Indonesia hal ini dapat dijelaskan bahwa jika semakin meningkat harga ekspor crude palm oil maka volume ekspor akan mengalami penurunan dikarenakan negara pengimport akan membatasi pembelian crude pam oil atau sebaliknya jika harga ekspor crude palm oil mengalami penurunan maka negara pengimpor akan meningkatkannya konsumsi crude palm oil pada negara tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ridwannulloh & Sunaryati, 2018) yang menyatakan bahwa variabel konsumsi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan konfigurasi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Oleh karena itu, kerangka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berpendapat bahwa ekspor minyak sawit dari Indonesia (variabel dependen) bergantung pada berbagai faktor, antara lain PDB per kapita lima negara tujuan, nilai tukar rupiah, harga minyak kelapa sawit internasional dan konsumsi per kapita lima negara tujuan sebagai variabel independen.

 

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang secara umum didefinisikan sebagai informasi yang dikeluarkan oleh suatu entitas yang tidak secara langsung mengumpulkan data tersebut tetapi memperolehnya dari pihak lain yang sebelumnya telah mengumpulkan dan mempublikasikan data tersebut. Studi ini berfokus pada India, Cina, Pakistan, Amerika Serikat, dan Bangladesh sebagai negara tujuan utama ekspor minyak sawit. Berikut ini adalah contoh data sekunder:

  • Jumlah total minyak sawit yang diekspor dari India ke China, Pakistan, Amerika Serikat, dan Bangladesh
  • Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita lima negara tujuan
  • Kurs nominal negara Indonesia
  • Harga minyak sawit di pasar internasional
  • Konsumsi per kapita dari lima negara tujuan

Jenis Data

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai data sekunder. Data primer tidak boleh disamakan dengan data sekunder, karena data primer berkaitan dengan informasi yang langsung diperoleh dari sumber aslinya dan kemudian diolah, dikumpulkan, dan disebarluaskan kepada publik oleh entitas eksternal. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber terpercaya seperti Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank dan IndexMundi. Kerangka waktu 2013 hingga 2022 digunakan untuk analisis ini karena terbatasnya ketersediaan data terbaru untuk berbagai variabel di luar periode tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank dan IndexMundi. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan.

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data

No

Variabel

Frekuensi

Periode

Sumber

1

Volume Ekspor minyak kelapa sawit ke negara tujuan

Tahunan

2013-2022

Badan Pusat Statistik (BPS)

2

PDB per kapita negara tujuan

Tahunan

2013-2022

World Bank

3

Kurs Nominal Rupiah

Tahunan

2013-2022

World Bank

4

Harga CPO Internasional

Tahunan

2013-2022

World Bank

5

Konsumsi per kapita negara tujuan

Tahunan

2013-2022

IndexMundi

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model ekonometrik dalam hubungannya dengan analisis data deret waktu, yang mencakup rentang waktu dari 2013 hingga 2022. Pemilihan data panel dimotivasi oleh signifikansi yang dirasakan dalam konteks penyelidikan ini. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan pemanfaatan data panel, yang memungkinkan peneliti untuk mengakses kumpulan data yang lebih komprehensif dan menangkap tingkat variabilitas yang lebih besar.

Persamaan Model Penelitian

Model logaritma digunakan untuk membakukan distribusi data, dan persamaan berikut diperoleh sebagai hasil dari penggunaan model ini dalam penelitian ini:

logYt = β0 + β1logX1IT + β2logX2IT + β3logX3IT + β4logX4IT + e

Keterangan:

Y                     = Ekspor Minyak Kelapa Sawit

T                      = Waktu (2013-2022)

X1                    = PBD Per Kapita

X2                    = Kurs Rupiah

X3                    = Harga CPO Internasional

X4                    = Konsumsi Per Kapita Lima Negara Tujuan

β1 - β4                   = Koefisien

e                      = Komponen Error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Pemilihan Model

Terdapat tiga jenis model regresi data panel, yaitu common effect, fixed effect, dan random effect. Sebelum diolah, karena adanya permasalahan dalam uji hipotesis klasik, jumlah data abnormal paling banyak adalah dua, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Uji Chow

Uji Chow adalah metode untuk memilih antara Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM). Uji ini bertujuan untuk mengevaluasi perbandingan signifikansi nilai probability F. Jika nilai probability F < 0,05, maka model yang dipilih adalah FEM daripada CEM. Sebaliknya, jika nilai probability F > 0,05, maka model yang dianggap lebih baik adalah CEM daripada FEM.

Hipotesis Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0: Common Effect Model

Ha: Fixed Effect Model

Tabel 3. Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Common Effect Model dan Fixed Effect Model

Variabel

CEM

FEM

PDB

-0.025012

-0.251288

 

(0.1783)

(0.1478)

KURS

1.471322

1.672289

 

(0.0000)

(0.0005)

HACPO

0.001624

0.054054

 

(0.9866)

(0.6100)

KON

0.872057

1.134512

 

(0.0000)

(0.0017)

Constant

-13.13300

-15.59257

 

(0.0000)

(0.0000)

 

R-squared

0.933260

0.939637

Adjusted R-squared

0.927328

0.927859

S.E. of regression

0.199268

0.197795

F-statistic

157.3145

79.77858

Prob(F-statistic)

0.000000

0.000000

Tabel 4. Hasil Uji Chow

Effects Test

Statistic

d.f

Prob.

Cross-section F

1.107027

(4,41)

0.3663

Berdasarkan tabel 4 di atas, probabilitas pada cross-section F adalah 0.3663 menunjukkan bahwa angkanya lebih besar dari 0.05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti dapat disimpulkan bahwa Common Effect Model lebih tepat untuk digunakan. Selanjutnya kita akan melakukan regresi dengan model random effect, untuk menentukan model mana yang tepat. Hasil regresi dengan menggunakan model random effect dapat dilihat pada tabel 5.

Uji Hausman

Uji Hausman adalah metode untuk memilih model yang paling sesuai antara Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi perbandingan antara nilai probability chi-square dan tingkat signifikansinya. Jika nilai probability chi-square < 0,05, maka model yang dipilih adalah FEM daripada REM. Sebaliknya, jika nilai probability chi-square > 0,05, maka model yang dianggap lebih cocok adalah REM daripada FEM.

Hipotesis Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0: Random Effect Model

Ha: Common Effect Model

Tabel 5. Hasil Regresi Data Panel Menggunaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model

Variabel

FEM

REM

PDB

-0.251288

-0.023671

 

(0.1478)

(0.2892)

KURS

1.672289

1.298546

 

(0.0005)

(0.0000)

HACPO

0.054054

-0.054244

 

(0.6100)

(0.6640)

KON

1.134512

0.881926

 

(0.0017)

(0.0000)

Constant

-15.59257

-11.21120

 

(0.0000)

(0.0002)

 

R-squared

0.939637

0.921150

Adjusted R-squared

0.927859

0.914141

S.E. of regression

0.197795

0.201057

F-statistic

79.77858

131.4261

Prob(F-statistic)

0.000000

0.000000

Test Summary

Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq. d.f

Prob.

Cross-section random

0.000000

4

1.0000

Tabel 6. Hasil Uji Hausman

Dari data pada tabel 6, terlihat bahwa hasil Uji Hausman menunjukkan probabilitas chi-square sebesar 1.0000, yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya, dapat disarankan bahwa Random Effect Model lebih cocok untuk digunakan. Karena Uji Chow dan Uji Hausman tidak signifikan, dapat disimpulkan bahwa Random Effect Model merupakan model terbaik.

Uji Asumsi Klasik

Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik. Uji saumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas.

Uji Normalitas

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 2, menunjukkan nilai probability Jarque-Bera sebesar 0.546009 yang berarti lebih besar dari α (0.546009 > 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal atau dapat dikatakan telah lulus uji normalitas.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

LOG(PDB)

-0.016281

0.295548

-0.055088

0.9563

LOG(KURS)

-1.309432

4.004269

-0.327009

0.7452

LOG(HACPO)

1.161747

1.758349

0.660703

0.5122

LOG(KON)

0.421178

0.582043

0.723620

0.4730

C

-3.503598

38.85735

-0.090166

0.9286

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel independent memiliki nilai probabilitas signifikan diatas 0.05 yaitu PDB (0.9563), KURS (0.7452), HACPO (0.5122), dan KON (0.4730) > 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah heteroskedatisitas.

Uji Multikolinearitas

Tabel 8. Hasil Uji Multikolinearitas

  

Model

R Square

Adjust R Square

Y = X1, X2, X3 dan X4

0.921150

0.914141

X1 = Y, X2, X3 dan X4

0.008503

-0.079630

X2 = Y, X1, X3 dan X4

0.339552

0.280845

X3 = Y, X1, X2 dan X4

0.676832

0.648106

X4 = Y, X1, X2, dan X3

0.650882

0.619849

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa variabel ekspor CPO (Y) memiliki nilai R Square sebesar 0.921150, variabel PDB per kapita negara tujuan (X1) sebesar 0.008503, variabel kurs (X2) sebesar 0.339552, variabel harga CPO internasional (X3) sebesar 0.676832 dan variabel konsumsi per kapita negara tujuan (X4) sebesar 0.650882. Dapat disimpulkan bahwa model lolos uji multikolinearitas karena R1 lebih besar dari pada R2, R3, R4 dan R5.

Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Tabel 9. Hasil Uji F

R-squared

0.921150

Mean dependent var

7.244827

Adjusted R-squared

0.914141

S.D. dependent var

0.686163

S.E. of regression

0.201057

Sum squared resid

1.819081

F-statistic

131.4261

Durbin-Watson stat

1.421441

Prob(F-statistic)

0.000000

Berdasarkan tabel 5.8 di atas terlihat bahwa Fhitung sebesar 131.4261 dengan probabilitas (F-statistic) sebesar 0.000000. Nilai probabilitas tersebut sebesar 0.000000 < 0.05 yang berarti bahwa variabel PDB per kapita, kurs, harga CPO internasional dan konsumsi per kapita secara bersama-sama berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia.

Uji t

Tabel 10. Hasil Uji t

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

LOG(PDB)

-0.023671

0.022070

-1.072530

0.2892

LOG(KURS)

1.298546

0.282928

4.589662

0.0000

LOG(HACPO)

-0.054244

0.124048

-0.437279

0.6640

LOG(KON)

0.881926

0.043444

20.30018

0.0000

C

-11.21120

2.741419

-4.089560

0.0002

Pada tabel 10 dapat diketahui nilai probabilitas masing-masing variabel bebas. Apabila nilai probabilitas < taraf siginifikansi 0,05 maka H0 ditolak atau variabel bebas secara individu berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Variabel X1, PDB per kapita negara tujuan (PDB) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.2892 > 0,05. Variabel X2, kurs (KURS) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0,05. Variabel X3, harga CPO internasional (HACPO) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0.6640 > 0,05. Variabel X4, konsumsi per kapita negara tujuan (KON) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0,05.

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 11. Hasil Koefisien Determinasi

R-squared

0.921150

Mean dependent var

7.244827

Adjusted R-squared

0.914141

S.D. dependent var

0.686163

S.E. of regression

0.201057

Sum squared resid

1.819081

F-statistic

131.4261

Durbin-Watson stat

1.421441

Prob(F-statistic)

0.000000

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared sebesar 0.914141 atau 9.1%. Hal ini menujukkan bahwa variabel independen yang ada PDB per kapita negara tujuan, kurs, harga CPO internasional dan konsumsi per kapita negara tujuan mampu menerangkan variabel dependen (ekspor CPO Indonesia) sebesar 9.1% sedangkan 90.9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.

Analisis Hasil Uji Regresi Data Panel

Model persamaan regresi linear data panel telah digunakan dengan menerapkan metode random effect model. Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji Hausman pada penelitian sebelumnya, diputuskan bahwa metode analisis data panel yang paling sesuai adalah random effect model. Oleh karena itu, ringkasan hasil analisis regresi data panel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Hasil Regresi Data Panel Menggunakan Random Effect Model

Variabel

REM

PDB

-0.023671

 

(0.2892)

KURS

1.298546

 

(0.0000)

HACPO

-0.054244

 

(0.6640)

KON

0.881926

 

(0.0000)

Constant

-11.21120

 

(0.0002)

 

R-squared

0.921150

Adjusted R-squared

0.914141

S.E. of regression

0.201057

F-statistic

131.4261

Prob(F-statistic)

0.000000

Dari tabel 12 menunjukkan hasil analisis regresi data panel dengan pendekatan random effect model. Dari tabel diatas terlihat persamaan regresi sebagai berikut:

EKSCPO = -11.21120 - 0.023671*PDB + 1.298546*KURS - 0.054244*HACPO + 0.881926*KON

Berdasarkan hasil penelitian di atas, masing-masing pengaruh variabel independen terhadap ekspor CPO Indonesia dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

  • PDB Per Kapita Negara Tujuan terhadap Ekspor CPO Indonesia

Hipotesis pertama (H1) adalah PDB per kapita negara tujuan tidak berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, tingkat signifikansi sebesar 0.2892 (p > 0.05) dengan nilai koefisien regresi yaitu -0.023671 maka dapat disimpulkan bahwa PDB per kapita negara tujuan tidak berpengaruh terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis pertama (H1) ditolak.

Peningkatan pendapatan masyarakat tidak berpengaruh dengan peningkatan atau penurunan permintaan CPO indonesia. Pertumbuhan PDB per kapita yang tinggi di suatu negara dapat mengarah pada perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat yang lebih tinggi pendapatannya cenderung beralih ke konsumsi produk-produk lebih berkualitas dan beragam, termasuk dalam hal minyak makan. Sebagai contoh, minyak kelapa sawit (CPO) mungkin bukan pilihan utama bagi konsumen dengan pendapatan tinggi karena preferensi terhadap minyak nabati lain yang dianggap lebih premium. Dengan demikian, hal ini dapat mengurangi permintaan dan ekspor CPO dari negara tersebut. Sehingga, ekspor CPO dapat terpengaruh negatif karena adanya pergeseran preferensi konsumen.

Kegiatan ekspor menurun disebabkan juga oleh terjadinya perang dagang AS-China sehingga memiliki dampak terhadap PDB perkapita negara India termasuk impor yang menurun akibat pelemahan permintaan domestik, serta penurunan PDB perkapita negara India terjadi karena adanya pandemi yang membuat kebijakan lockdown di negara India. Penurunan PDB per kapita juga terjadi di negara Pakistan dan Amerika Serikat pada tahun 2020 yang terjadi karena adanya pandemi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDB per kapita negara tujuan ekspor tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor CPO Indonesia, artinya besar atau kecilnya nilai PDB per kapita negara tujuan ekspor tidak menentukan terhadap nilai ekspor Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ramadhani, 2020) bahwa penyebab ketidaksignifkan ini dikarenakan komoditas ini sebagai kebutuhan pokok utama masyarakat sehingga volume ekspor tidak akan berubah ketika pendapatan mengalami kenaikan atau penurunan.

Hasil penelitian sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aprilia et al., 2023) yang menyatakan bahwa PDB per kapita tidak berpengaruh signifikan. PDB negara tujuan ekspor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dapat disebabkan karena berbagai pihak yang terlibat seperti masyarakat tidak secara langsung menggunakan CPO, tetapi CPO masih perlu diproses lagi sebelum diproduksi. Kegiatan ekspor CPO tetap dimaksimalkan walaupun nilai PDB per kapita negara tujuan sedang naik atau turun, Indonesia tetap mampu untuk melakukan kegiatan produksinya. Tidak berpengaruhnya PDB per kapita negara pengimpor terhadap nilai ekspor CPO Indonesia karena mengingat CPO adalah minyak nabati yang konsumsinya paling besar di dunia diantara minyak lainnya seperti kedelai, minyak repeseed, dan minyak bunga matahari.

  • Kurs terhadap Ekspor CPO Indonesia

Hipotesis kedua (H2) adalah Kurs berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, tingkat signifikansi sebesar 0.0000 (p < 0.05), serta nilai koefisien regresi yaitu 1.298546 maka dapat disimpulkan bahwa kurs berpengaruh signifikan dan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis kedua (H2) diterima.

Menurut hasil analisis yang dilakukan oleh (Pratomo & Saputra, 2022) nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit terhadap enam negara mitra dagang ekspor Indonesia. Hal ini diakibatkan karena minyak kelapa sawit merupakan komoditas bahan pokok seluruh kalangan masyarakat. Mulai dari sektor rumah tangga sebagai kebutuhan pangan seperti penggunaan minyak goreng yang pasti dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari. Maka fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi harga internasional, terlebih lagi Indonesia merupakan pemasok terbesar minyak kelapa sawit didunia, sehingga akan mempengaruhi volume ekspor. Minyak kelapa sawit merupakan bahan pokok utama semua sektor, sehingga tetap akan dibutuhkan berapapun harga nya. Hal ini sama dengan penelitian dari (Okta et al., 2018) bahwa fluktuasi pada nilai tukar dapat menimbulkan depresiasi dan apresiasi. Ketika nilai tukar rupiah menjadi depresiasi maka akan harga komoditi internasional menjadi lebih tinggi dibanding harga dalam negeri, sedangkan ketika nilai tukar rupiah menjadi apresiasi maka harga komoditi Internasional akan menjadi lebih murah daripada harga domestik.

Menurut (Mankiw N, 2006) mengatakan bahwa kurs antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Ketika mata uang rupiah terapresiasi terhadap dollar maka akan mengakibatkan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menjadi mahal sehingga akan terjadi penurunan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia karena harga didalam negeri dianggap lebih mahal dari pada harga minyak kelapa sawit diluar negeri, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan apabila terjadi peningkatan dalam nilai tukar akan meningkatkan penawaran, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Asliyana & Setyowati, 2022) Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh positif antara nilai tukar dengan ekspor minyak kelapa sawit.

  • Harga CPO Internasional

Hipotesis ketiga (H3) adalah Harga CPO Internasional tidak berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, didapatkan tingkat signifikansi sebesar 0.6640 (p > 0.05), dengan nilai koefisien regresi yaitu -0.054244 maka dapat disimpulkan bahwa harga CPO internasional tidak berpengaruh signifikan dan dengan arah negatif terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis ketiga (H3) ditolak.

Permana (2009) mengatakan bahwa sesuai dengan hukum permintaan semakin tinggi tingkat harga, maka diperkirakan permintaan barang tersebut semakin menurun dan begitu juga sebaliknya semakin rendah harga barang tersebut permintaan konsumen akan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari (Dewi & Indrajaya, 2017) harga internasional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor. Hal ini disebabkan karena persaingan harga dipasaran dunia yang semakin bersaing dan juga adanya hambatan dagang salah satunya yaitu adanya tuduhan dumping yang dilakukan negara tujuan sehingga negara-negara pengimpor enggan untuk membeli dan dapat merugikan produsen produk saingan serta mengacaukan sistem pasar internasional.

Hasil penelitian serupa ditunjukkan oleh (Hardy et al., 2015) bahsawannya harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia tidak berpengaruh signifikan secara negatif. Hal ini juga didukung oleh teori Adam Smith yaitu teori perdagangan keunggulan absolut yang dimana suatu negara fokus memproduksi suatu komoditas yang tidak dimiliki oleh negara lain yang kemudian hasil produksi tersebut diekspor ke negera yang tidak memiliki hasil produksi tersebut. Negara yang tidak memiliki hasil produksi suatu komoditas akan terus mengimpor komoditas tersebut meskipun keadaan harga naik ataupun turun hal ini guna untuk memenuhi kebutuhan dalam negara tersebut. Sebaliknya, negara yang memiliki keunggulan hasil produksi suatu komoditi akan terus melakukan ekspor meskipun keadaan harga naik maupun turun hal ini dikarenakan permintaan dari negara yang membutuhkan komoditi tersebut guna untuk mencukupi kebutuhan dinegaranya. Teori perdagangan merkantilisme juga menjadi pendukung hasil penelitian ini yang dimana mengamsumsikan bahwa nilai ekspor yang jumlahnya lebih besar dari pada impor akan menjadikan negara semakin kaya sehingga negara cenderung merangsang ekspor. Berdasarkan hal tersebut negara akan terus melakukan ekspor guna untuk menaikkan pendapatan negara. Pajak pergadangan internasional yang bersumber dari bea masuk dan pajak atau pungutan atas pajak ekspor merupakan penunjang pendapatan negara yang dapat menstabilkan perekonomian dalam negeri.

  • Konsumsi Negara Tujuan terhadap Ekspor CPO Indonesia

Hipotesis keempat (H4) adalah konsumsi per kapita negara tujuan berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, didapatkan tingkat signifikansi sebesar 0.0000 (p < 0.05), dengan nilai koefisien regresi yaitu 0.881926 maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi perkapita berpengaruh signifikan dan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis ketiga (H4) diterima.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alifyantari, 2018)  dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi di Indonesia Tahun 2000-2015” yang menyatakan bahwa variabel konsumsi berpengaruh signifikan terhadap impor minyak bumi. Tingkat konsumsi yang cenderung tinggi akan menyebabkan permintaan impor yang tinggi. Hal ini disebabkan tingginya permintaan dalam negeri, sehingga negera tersebut berusaha memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri dengan mengimpor barang atau jasa dari luar negeri.

India memiliki populasi yang besar sehingga konsumsi minyak kelapa sawit di India diperkirakan tinggi karena digunakan dalam berbagai produk makanan dan pengolahan makanan. Faktor seperti kebijakan impor, harga minyak kelapa sawit, dan preferensi konsumen dapat mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke India. China adalah salah satu importir terbesar CPO di dunia. Tingkat konsumsi per kapita di China terus meningkat seiring dengan urbanisasi dan perubahan gaya hidup. Kondisi ekonomi, kebijakan perdagangan, dan preferensi konsumen yang berkembang dapat memengaruhi permintaan dan ekspor CPO Indonesia ke China. Pakistan juga merupakan salah satu negara pengimpor minyak kelapa sawit. Konsumsi per kapita di Pakistan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga, stabilitas ekonomi, dan preferensi konsumen. Kebijakan perdagangan dan peraturan impor juga dapat berdampak pada ekspor CPO Indonesia ke Pakistan. Amerika Serikat adalah pasar yang signifikan untuk minyak kelapa sawit, meskipun konsumsi per kapita mungkin lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara Asia. Faktor-faktor seperti kebijakan pangan, preferensi konsumen terhadap minyak dan lemak tertentu, serta isu keberlanjutan dapat memainkan peran dalam permintaan dan ekspor CPO Indonesia ke Amerika Serikat. Bangladesh adalah salah satu negara dengan konsumsi minyak kelapa sawit yang signifikan. Tingkat konsumsi per kapita di Bangladesh dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kebijakan pemerintah, dan preferensi konsumen. Kondisi perdagangan dan isu-isu keberlanjutan juga penting dalam konteks ekspor CPO Indonesia ke Bangladesh.

KESIMPULAN

  • Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara tujuan tidak berpengaruh signifikan ekspor CPO Indonesia. Semakin tinggi PDB per kapita negara tujuan ekspor CPO Indonesia maka tidak berpengaruh akan meningkatkan total ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia. Karena tinggi rendahnya PDB per kapita negara tujuan ekspor CPO Indonesia bukanlah menjadi pertimbangan ekspor, Indonesia sebagai produsen akan tetap berusaha menjual CPOnya.
  • Variabel kurs (nilai tukar) rupiah terhadap dolar Amerika memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia. Hal ini dikarenakan apabila nilai tukar rupiah menurun, ekspor akan meningkat.
  • Variabel harga CPO internasional tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia. Hal ini dikarenakan dikarenakan saat harga CPO Internasional mengalami fluktuasi tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan sebab negara tujuan tetap membutuhkan supply dari negara Indonesia untuk memenuhi kebutuhan negara tujuan terhadap minyak kelapa sawit.
  • Variabel konsumsi CPO negara tujuan berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat konsumsi CPO di negara tujuan, semakin banyak kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alifyantari. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi di Indonesia Tahun 2000-2015. 10.

Aprilia, D., Sentosa, S. U., & Sari, Y. P. (2023). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Manufaktur Komoditi Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke India. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 5(2), 31. https://doi.org/10.24036/jkep.v5i2.14855

Badan Pusat Statistik (BPS). (n.d.). Badan Pusat Statistik (BPS).

Batubara, D. M. H. (2013). Analisis Hubungan Ekspor , Impor , PDB , Causality And Co-Integration Analysis Between Exports , Imports ,. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8(1), 46–55.

Dewi, R., & Indrajaya, A. (2017). "Pengaruh Harga Internasional dan Nilai Tukar terhadap Ekspor Produk Tekstil dan Produk Alas Kaki di Indonesia. 9.

Hamzah, R. N., & Santoso, I. H. (2020). Analisis Pengaruh Produksi, Harga Ekspor Crude Palm Oil, Nilai Tukar IDR/USD Terhadap Volume Ekspor Crude Palm Oil Indonesia 2012-2016. Economie: Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(2), 183. https://doi.org/10.30742/economie.v1i2.1131

Hardianto, U., Hodijah, S., & Nurjanah, R. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO provinsi Jambi ke Malaysia. E-Journal Perdagangan Industri Dan Moneter, 8(3), 143–154. https://doi.org/10.22437/pim.v8i3.7282

Hardy, I., Permana, I. G. A. Y., & Meydianawathi, I. M. (2015). Pengaruh Harga Minyak Sawit Dunia terhadap Ekspor Minyak Sawit Indonesia. 8.

IndexMundi. (n.d.). https://www.indexmundi.com/

Karlina, C. J., Sri WInarti, A., & Sodik, J. (2022). Analisis Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia Ke Sepuluh Negara Tujuan Utama Tahun 2008-2020. SINOMIKA Journal: Publikasi Ilmiah Bidang Ekonomi Dan Akuntansi, 1(4), 851–864. https://doi.org/10.54443/sinomika.v1i4.444

Mankiw N, G. (2003). Teori Makro Ekonomi Terjemahan.

Mankiw N, G. (2006). Pengantar Teori Ekonomi Makro.

Nurmalita, V., & Wibowo, P. A. (2019). Analisis Faktor-faktor Ekspor, Mempengaruhi Kelapa, Minyak. Economic Education Analysis Journal, 8(2), 605–619. https://doi.org/10.15294/eeaj.v8i2.31492

Nuryanto, U. W., & Ekasari, S. (2023). The Analysis Effect of International Price , GDP , Land Area and Substitutional Price on Export Volume of Indonesian Palm Oil. 9(1), 186–191.

Okta, R., Permana, I. G. A. Y., & Meydianawathi, I. M. (2018). Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar terhadap Harga Komoditi Pertanian di Indonesia. 11.

Permana. (2009). Analisis Pengaruh Harga terhadap Permintaan Barang Konsumsi di Indonesia. 2.

Philip Kotler, G. A. (2018). Principles of Marketing (p. 308). British Library Cataloguing.

Prasetyo. (2011). Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya.

Pratomo, G., & Saputra, O. C. C. (2022). Analisis Determinan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Pada Negara Asia-6 Tahun 2011-2020. Economie: Jurnal Ilmu Ekonomi, 04(1), 14–24. https://journal.uwks.ac.id/index.php/economie/article/view/2463%0Ahttps://journal.uwks.ac.id/index.php/economie/article/download/2463/1301

Produk Domestik Bruto (PDB). (2022). Produk Domestik Bruto (PDB). https://www.worldbank.org/en/home

Rachman, I. (2013). Analisis Kinerja Ekspor Komoditi Perkebunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sulawesi Utara. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 401–410.

Ramadhani, A. R. (2020). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Volume Ekspor Kopi di Provinsi Aceh. 1.

Ravikumar, A., Malik, S., Chitnis, A., Paul, D., & Mishra, D. K. (2022). Wine purchasing decisions in India from a consumer’s perspective: An analysis of influencing factors on the buying behavior. Innovative Marketing, 18(2), 120–134. https://doi.org/10.21511/im.18(2).2022.11

Ridwannulloh, R., & Sunaryati, S. (2018). Determinants of Indonesian Crude Palm Oil Export: Gravity Model Approach. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 19(2), 134–141. https://doi.org/10.18196/jesp.19.2.5004

Rosyadi, F. H., Mulyo, J. H., Perwitasari, H., & Darwanto, D. H. (2021). Export intensity and competitiveness of Indonesia’s crude palm oil to main destination countries. Agricultural Economics (Czech Republic), 67(5), 189–199. https://doi.org/10.17221/371/2020-AGRICECON

Santosa, R., Haryadi, H., & Artis, D. (2022). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa. E-Journal Perdagangan Industri Dan Moneter, 10(1), 63–70. https://doi.org/10.22437/pim.v10i1.14212

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun