Prob(F-statistic)
0.000000
Dari tabel 12 menunjukkan hasil analisis regresi data panel dengan pendekatan random effect model. Dari tabel diatas terlihat persamaan regresi sebagai berikut:
EKSCPO = -11.21120 - 0.023671*PDB + 1.298546*KURS - 0.054244*HACPO + 0.881926*KON
Berdasarkan hasil penelitian di atas, masing-masing pengaruh variabel independen terhadap ekspor CPO Indonesia dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut:
- PDB Per Kapita Negara Tujuan terhadap Ekspor CPO Indonesia
Hipotesis pertama (H1) adalah PDB per kapita negara tujuan tidak berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, tingkat signifikansi sebesar 0.2892 (p > 0.05) dengan nilai koefisien regresi yaitu -0.023671 maka dapat disimpulkan bahwa PDB per kapita negara tujuan tidak berpengaruh terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis pertama (H1) ditolak.
Peningkatan pendapatan masyarakat tidak berpengaruh dengan peningkatan atau penurunan permintaan CPO indonesia. Pertumbuhan PDB per kapita yang tinggi di suatu negara dapat mengarah pada perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat yang lebih tinggi pendapatannya cenderung beralih ke konsumsi produk-produk lebih berkualitas dan beragam, termasuk dalam hal minyak makan. Sebagai contoh, minyak kelapa sawit (CPO) mungkin bukan pilihan utama bagi konsumen dengan pendapatan tinggi karena preferensi terhadap minyak nabati lain yang dianggap lebih premium. Dengan demikian, hal ini dapat mengurangi permintaan dan ekspor CPO dari negara tersebut. Sehingga, ekspor CPO dapat terpengaruh negatif karena adanya pergeseran preferensi konsumen.
Kegiatan ekspor menurun disebabkan juga oleh terjadinya perang dagang AS-China sehingga memiliki dampak terhadap PDB perkapita negara India termasuk impor yang menurun akibat pelemahan permintaan domestik, serta penurunan PDB perkapita negara India terjadi karena adanya pandemi yang membuat kebijakan lockdown di negara India. Penurunan PDB per kapita juga terjadi di negara Pakistan dan Amerika Serikat pada tahun 2020 yang terjadi karena adanya pandemi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDB per kapita negara tujuan ekspor tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor CPO Indonesia, artinya besar atau kecilnya nilai PDB per kapita negara tujuan ekspor tidak menentukan terhadap nilai ekspor Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ramadhani, 2020) bahwa penyebab ketidaksignifkan ini dikarenakan komoditas ini sebagai kebutuhan pokok utama masyarakat sehingga volume ekspor tidak akan berubah ketika pendapatan mengalami kenaikan atau penurunan.
Hasil penelitian sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aprilia et al., 2023) yang menyatakan bahwa PDB per kapita tidak berpengaruh signifikan. PDB negara tujuan ekspor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dapat disebabkan karena berbagai pihak yang terlibat seperti masyarakat tidak secara langsung menggunakan CPO, tetapi CPO masih perlu diproses lagi sebelum diproduksi. Kegiatan ekspor CPO tetap dimaksimalkan walaupun nilai PDB per kapita negara tujuan sedang naik atau turun, Indonesia tetap mampu untuk melakukan kegiatan produksinya. Tidak berpengaruhnya PDB per kapita negara pengimpor terhadap nilai ekspor CPO Indonesia karena mengingat CPO adalah minyak nabati yang konsumsinya paling besar di dunia diantara minyak lainnya seperti kedelai, minyak repeseed, dan minyak bunga matahari.
- Kurs terhadap Ekspor CPO Indonesia
Hipotesis kedua (H2) adalah Kurs berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi di atas, tingkat signifikansi sebesar 0.0000 (p < 0.05), serta nilai koefisien regresi yaitu 1.298546 maka dapat disimpulkan bahwa kurs berpengaruh signifikan dan dengan arah positif terhadap ekspor CPO. Sehingga hipotesis kedua (H2) diterima.