Mohon tunggu...
Shella Al Maimunah
Shella Al Maimunah Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersungguh-sungguh

Tenang penuh pertimbangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengambil Pesan Moral di Dalam Cerita Rakyat "Malin Kundang"

10 Januari 2021   20:23 Diperbarui: 10 Januari 2021   20:29 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Legenda cerita rakyat "Malin Kundang" asal daerah Sumatera Barat tersebut menjadi cerita rakyat yang paling terkenal hingga detik ini. Cerita rakyat tersebut menceritakan tentang seorang anak yang bernama Malin Kundang dan tinggal bersama ibunya di sebuah desa. Malin Kundang merupakan anak yatim dan berkeinginan untuk merantau merubah nasib.

 Malin pun meminta izin pada ibunya untuk pergi merantau. Terlepas Malin anak satu-satunya menjadi tidak tega untuk berpisah jauh. Dengan berbagai jurus Malin akhirnya diizinkan pergi merantau dan berjanji tidak akan melupakan ibunya. 

Telah bertahun-tahun ibunya menunggu kabar dari sang Malin tapi tak satupun yang diterima. Hingga berpuluh keriput menjuntai di tubuh ibu Malin. Tibalah sebuah kabar dari teman Malin bahwa Malin pulang dengan kapal yang besar. Malin menjadi orang sukses. Sampai dia tiba di tepi pantai ibu Malin dengan penuh air mata menyambut Malin. 

Tapi istri dari Malin yang melihat tersebut langsung merasa jijik dengan orang kumuh yang mengaku ibu dari sang suami yaitu Malin. Malin pun tidak terima semua itu dengan mendorong ibunya sambil berkata bahwa dia bukanlah ibunya. Ibu Malin merasa tidak dihargai lagi oleh anak semata wayangnya dia pun berdoa kepada Tuhan yang Maha Kuasa agar menyadarkan sang anak jika dia memanglah anaknya Malin Kundang.

Tiba-tiba langit berubah hitam kelam dan ombak besar juga menimpa kapal besar Malin hingga menjadi keping-keping dan tubuh Malin pun berubah menjadi batu dalam keadaan bersujud. Sampai sekarang pun bisa dilihat di pantai Air Manis, Sumatera Barat.

Dari cerita rakyat tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa sesukses apapun jangan sampai melupakan orang tua. Jasa orang tua tak akan pernah bisa kita balas dengan apapun. Tetap bersikap sopan santun kepada orang tua  dan tidak melukai hati mereka dengan kata-kata yang tidak pantas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun