konsumtif sejak masuknya budaya korea yang ada di Indonesia. Negara Korea Selatan pada beberapa tahun terakhir ini berhasil menyebarkan produk budaya populernya ke dunia internasional. Berbagai produk budaya korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup pada produk industri yang mewarnai kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia bahkan di Indonesia. Budaya Korea berkembang begitu pesatnya dan meluas serta diterima publik sampai menghasilkan sebuah fenomena yang disebut Korean Wave.
Saat ini, budaya korea sangat dinikmati oleh berbagai kalangan di Indonesia bahkan di penjuru dunia Pengaruh budaya korea tersebut tak luput dari pengaruh globalisasi yang tumbuh di era revolusi industri 4.0 ini. Korea Selatan juga merupakan salah satu negara sumber investasi yang strategis bagi Indonesia dan hal tersebut juga turut didukung dengan statistik yang menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan salah satu tujuan investasi Korea yang penting di luar negeri, dengan nilai investasi sebesar USD 8,5 milyar (Kedutaan Republik di Seoul, 2021). Akibat dari hubungan bilateral serta dari berbagai macam masuknya budaya seperti media sosial, internet, dll masyarakat mulai bersikapKorean Wave atau Hallyu seperti drama dan film Korea selalu membawa unsur budaya, misalnya fashion, makanan, atau berbagai daerah di Korea Selatan. Menurut “Indonesian Statistic Organization”, neraca perdagangan Indonesia dan Korea Selatan meningkat signifikan sejak 2010, terutama nilai impor dari Korea Selatan yang meningkat signifikan seiring dengan maraknya fenomena Korean Wave di Indonesia
Berbagai macam produk yang ditawarkan seperti yang saat ini berkembang pesat yaitu dalam industri makanan seperti gildak, kimchi, ramyeon, topokki, odeng. Lalu kosmetik atau make up yang menirukan ala-ala korea yang soft dan sederhana, fashion yang seperti remaja-remaja korea disana atau yang mengikuti ala-ala girlband atau boyband. Dance, musik, tarian atau yang biasa disebut dengan Kpop juga sangat digandrungi oleh para remaja dengan banyaknya mengaploud dance cover atau streaming video musik di berbagai sosial media. Biasanya yang dibeli adalah seperti album, photocard, fanmeeting, lalu membeli semacam fan atau official merchendise. Oleh karena itulah masyarakat lebih bersikap konsumtif dengan membeli barang yang hanya sekedar keinginan semata, bukan untuk keperluan hidup atau ingin sekedar pamer atau tergila-gila karena idolanya atau hanya ketertarikan pada budaya korea tersebut.
Di sisi lain, kepopuleran budaya korea ini memberikan angin segar bagi para pengusaha. Dengan melakukan kolaborasi antara produk lokal dan Korea. Maka hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan dari negara. Salah satu contohnya, yang dilakukan Tokopedia dengan menggandeng BTS dan Blackpink yang memanfaatkan strategi yang sangat berfokus yakni, Army dan Blink sebagai fandom terbesar di dunia. Hal tersebut memberikan peluang yang besar dalam proses persaingan industri saat ini.
Diatas adalah contoh kolaborasi dengan grup kpop dari salah satu perusahaan online shop terkenal .
Akan tetapi, hasil tersebut tidak semuanya bersikap negatif, dibalik sikap konsumtif tersebut ada yang bersikap positif seperti menguntungkan para pengusaha, lalu belajar untuk menabung demi apa yang diinginkannya, serta lebih open-minded dan wawasan akan budaya luar lebih paham.
Referensi :
Anwar, R. P. (2014).The Effect of Korean Wave on Young Generation and Creative Industry in Indonesia, Modern society and multiculturalism, 4(2), pp. 65–89. Available at: https://www.researchgate.net/publication/336916601.
Nisrina, D. et al. .(2020). DAMPAK KONSUMERISME BUDAYA KOREA (KPOP) DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Jurnal Penelitian Humaniora, 21(1), pp. 78–88. doi: 10.23917/humaniora.v21i1.8085.
Perdana, A. .(2021). Analisis Dampak Fenomena Konsumerisme Budaya Korea: K-Drama Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Available at: https://www.researchgate.net/publication/356843550.