Mohon tunggu...
Shella Effie
Shella Effie Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak ada

Hobi saya menghalu dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Budaya Korea dalam Berperilaku Konsumtif pada Remaja

9 Juni 2022   15:46 Diperbarui: 9 Juni 2022   15:53 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, budaya korea sangat dinikmati oleh berbagai kalangan di Indonesia bahkan di penjuru dunia Pengaruh budaya korea tersebut tak luput dari pengaruh globalisasi yang tumbuh di era revolusi industri 4.0 ini. 

Korea Selatan juga merupakan salah satu negara sumber investasi yang strategis bagi Indonesia dan hal tersebut juga turut didukung dengan statistik yang menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan salah satu tujuan investasi Korea yang penting di luar negeri, dengan nilai investasi sebesar USD 8,5 milyar (Kedutaan Republik di Seoul, 2021). 

Akibat dari hubungan bilateral serta dari berbagai macam masuknya budaya seperti media sosial, internet, dll masyarakat mulai bersikap konsumtif sejak masuknya budaya korea yang ada di Indonesia. Negara Korea Selatan pada beberapa tahun terakhir ini berhasil menyebarkan produk budaya populernya ke dunia internasional. 

Berbagai produk budaya korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup pada produk industri yang mewarnai kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia bahkan di Indonesia. Budaya Korea berkembang begitu pesatnya dan meluas serta diterima publik sampai menghasilkan sebuah fenomena yang disebut Korean Wave.

Korean Wave atau Hallyu seperti drama dan film Korea selalu membawa unsur budaya, misalnya fashion, makanan, atau berbagai daerah di Korea Selatan. Menurut “Indonesian Statistic Organization”, neraca perdagangan Indonesia dan Korea Selatan meningkat signifikan sejak 2010, terutama nilai impor dari Korea Selatan yang meningkat signifikan seiring dengan maraknya fenomena Korean Wave di Indonesia

Berbagai macam produk yang ditawarkan seperti yang saat ini berkembang pesat yaitu dalam industri makanan seperti gildak, kimchi, ramyeon, topokki, odeng. 

Lalu kosmetik atau make up yang menirukan ala-ala korea yang soft dan sederhana, fashion yang seperti remaja-remaja korea disana atau yang mengikuti ala-ala girlband atau boyband. 

Dance, musik, tarian atau yang biasa disebut dengan Kpop juga sangat digandrungi oleh para remaja dengan banyaknya mengaploud dance cover atau streaming video musik di berbagai sosial media. Biasanya yang dibeli adalah seperti album, photocard, fanmeeting, lalu membeli semacam fan atau official merchandise

Oleh karena itulah masyarakat lebih bersikap konsumtif dengan membeli barang yang hanya sekedar keinginan semata, bukan untuk keperluan hidup atau ingin sekedar pamer atau tergila-gila karena idolanya atau  hanya ketertarikan pada budaya korea tersebut.

Di sisi lain, kepopuleran budaya korea  ini   memberikan  angin segar bagi para pengusaha. Dengan melakukan  kolaborasi  antara  produk lokal  dan  Korea. 

Maka hal tersebut dapat meningkatkan  pendapatan  dari negara.  Salah  satu  contohnya,  yang dilakukan Tokopedia dengan menggandeng BTS yang memanfaatkan  strategi  yang  sangat berfokus yakni, Army sebagai fandom terbesar di dunia. Hal tersebut memberikan peluang yang besar dalam proses persaingan industri saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun