Mohon tunggu...
Sheli Febrianti
Sheli Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah FISIP UNNES

Saya suka menulis tentang hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Dampak Media Sosial Terhadap Media Mainstream: Peran Influencer Dalam Mendominasi Ruang Pers Digital

22 Desember 2024   16:12 Diperbarui: 22 Desember 2024   16:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pers digital membawa perubahan yang signifikan dalam dinamika hubungan antara influencer dan media mainstream. Media mainstream, seperti surat kabar, televisi, dan radio telah menjadi sumber utama informasi bagi masyarakat. Namun, dengan munculnya media sosial, pola untuk mendapatkan informasi telah berubah secara cepat. Media sosial menawarkan kecepatan dan aksesibilitas yang tidak dapat ditandingi oleh media tradisional. Dalam era digital, media sosial telah bertransformasi menjadi salah satu platform komunikasi paling berpengaruh dengan jutaan pengguna di seluruh dunia. Media sosial bukan hanya tempat untuk berbagi informasi, tetapi juga tempat di mana opini publik dibentuk dan dipengaruhi. Salah satu fenomena yang dapat dirasakan dampaknya adalah munculnya influencer, individu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku dan pandangan pengikut mereka. Teknologi yang memudahkan penyebaran informasi ini menjadi sumber pengetahuan yang signifikan dan pengetahuan ini mempengaruhi opini publik di masyarakat.

Berita dapat disebarluaskan dalam hitungan detik, dan pengguna dapat langsung berinteraksi dengan konten melalui komentar, berbagi, dan reaksi. Namun, hal ini juga menciptakan risiko penyebaran berita palsu. Dampak fenomena ini sangat besar, di mana media mainstream kini menghadapi tantangan untuk tetap relevan di tengah banyaknya informasi yang tersedia di media sosial. Banyak orang lebih memilih mendapatkan berita melalui platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram daripada melalui surat kabar atau televisi. Akibatnya, banyak outlet media berusaha beradaptasi dengan perubahan dan menjadikan para influencer di media sosial sebagai alat untuk mendapatkan pengikut atau audiens yang lebih luas.

Influencer sering kali memiliki pengikut yang banyak dan menganggap mereka sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti selebriti, ahli, atau individu biasa yang berhasil membangun reputasi di dunia maya. Influencer tidak hanya digunakan untuk mempromosikan produk, tetapi juga berfungsi sebagai jembatan antara media mainstream dan para audiens melalui cara membagikan berita yang lebih menarik.

Dampak positif yang ditimbulkan, dari media sosial dan influencer yang telah membuka ruang bagi suara-suara baru dengan memberikan platform bagi individu yang tidak memiliki akses ke media mainstream untuk berbagi cerita atau pandangan mereka. Hal ini meningkatkan keberagaman informasi dan kesadaran akan isu-isu sosial yang sering terabaikan oleh media tradisional. Namun, ada juga dampak negatif yang perlu diperhatikan, seperti penyebaran informasi yang tidak terverifikasi dan berita palsu menjadi masalah yang serius. Para influencer juga bisa menyebabkan penyebaran informasi yang salah dan mempengaruhi opini publik secara negatif. Menghadapi tantangan ini, media mainstream harus beradaptasi dengan cepat. Banyak outlet berita yang mulai menggunakan media sosial untuk menyebarkan berita dan meningkatkan kredibilitas informasi melalui verifikasi fakta. Dari pengaruh influencer tersebut, media digital harus dapat menyeimbangkan kebutuhan akan pembaca dengan menjaga etika jurnalistik yaitu jurnalis perlu melakukan verifikasi fakta sebelum mempublikasikan berita untuk mencegah penyebaran informasi yang salah, dan media harus menjelaskan sumber informasi dan melakukan proses verifikasi dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan publik, dengan memberikan penjelasan tentang berita dari awal diperoleh sampai di proses, maka itu media dapat menunjukkan komitmen terhadap integritas dan etika jurnalistik. Di sisi lain, media mainstream juga perlu bersaing dengan gaya penyampaian informasi yang lebih menarik dan interaktif yang ditawarkan oleh influencer. Hal ini berarti bahwa mereka harus lebih kreatif dalam cara mereka menyajikan berita, menggunakan video, grafik, konten multimedia lainnya untuk menarik perhatian audiens

Influencer sering menggunakan judul atau thumbnail yang menarik, praktik ini mirip dengan clickbait yang menggunakan judul provokatif untuk mendorong orang mengklik konten, dengan cara ini influencer bisa meningkatkan jumlah tayangan dan interaksi pada postingan mereka. Clicbait dirancang untuk memicu rasa ingin tahu, hal ini dimanfaatkan oleh influencer untuk meningkatkan engagement seperti likes, komentar, dan share yang penting dalam algoritma media sosial. Media mainstream juga terpengaruh dalam strategi influencer dan clickbait, dengan hal ini menciptakan lingkungan di mana clickbait menjadi lebih umum di semua jenis konten, baik dari influencer maupun media tradisional.

Maka dari itu, untuk menghindari, tantangan dari pengaruh adanya clickbait, media harus berkomitmen untuk memprioritaskan akurasi di atas keinginan untuk menarik perhatian pembaca dan judul, meskipun clickbait dapat meningkatkan klik dan berdampak jangka panjang terhadap reputasi media yang bisa merugikan, seperti clicbait yang menyesatkan dirancang untuk menarik perhatian dengan cara manipulatif dan tidak akurat. Akan tetapi disamping ada clickbait yang menyesatkan ada juga clickbait yang informatif, cliclbait ini digunakan untuk menarik pembaca dengan cara yang sah dan akurat dengan memberikan gambaran yang tepat tentang isi konten berita yang disajikan. Jadi, pembaca dapat memilih membaca atau tidak. Secara keseluruhan, meskipun clickbait dapat memberikan keuntungan jangka pendek dalam hal trafik dampaknya terhadap kredibilitas media bisa sangat merugikan dalam jangka pangan, salah satunya media yang mengandalkan clicbait mungkin lebih fokus pada menarik klik daripada menyampaikan berita yang berkualitas, dan dapat menyebabkan penurunan standar jurnalis dalam mengalihkan perhatian dari pelaporan yang akurat sehingga mengurangi nilai informatif dari berita yang disampaikan. Maka dari iti jurnalis di era digital harus dapat menjaga integritas jurnalisme, salah satunya dengan diterapkannya penerapan kode etik jurnalistik dan media juga harus mematuhi kode etik jurnalistik yang mencakup prinsip-prinsip seperti akurasi, independensi, dan objektivitas, dan menghindari konten dengan isu isu yang merugikan pihak manapun.

Meningkatnya jumlah influencer yang menggunakan clickbait untuk menarik perhatian, media mainstream dihadapkan pada tantangan untuk tetap pada prinsip fakta yang jelas di tengah konten yang ada. Kolaborasi antara influencer dam media mainstream menjadi semakin penting untuk menciptakan informasi yang sehat, di mana kualitas konten tetap diutamakan. Dampak media sosial terhadap media mainstream sangat signifikan. Munculnya influencer telah merubah cara informasi yang disebarkan dan diterima. Meski ada tantangan seperti berita palsu dan penurunan kredibilitas yang menimbulkan peluang baru untuk menciptakan dialog yang lebih inklusif dan beragam dengan demikian penting bagi semua pihak baik media mainstream, influencer maupun audiens untuk dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan informasi yang sehat. Caranya, dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya verifikasi informasi dan tanggung jawab dalam berbagi konten kita dapat memaksimalkan potensi positif dari media sosial dan influencer dengan cara meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Kolaborasi antara media mainstream dan influencer menjadi penting untuk menciptakan wadah informasi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Peran influencer dalam mendominasi ruang pers digital telah mengubah komunikasi, di mana mereka tidak hanya berfungsi sebagai penyebar informasi tetapi juga pembentuk opini publik. Maka dari itu, media mainstream harus beradaptasi dengan cepat dalam era digital, sehingga masyarakat dapat menerima informasi yang akurat dan bermanfaat.

Referensi :

  • Budiman, A. (2017). Berita Bohong (Hoax)di Media Sosial. Puslit, 17-20.
  • Hadiyat, Y.D. (2019). Clickbait on Indonesia Online Media. Pekommas, 4(1). 1-10.
  • Mudjiyanto, B., & Dunan, A. (2020). Media mainstream jadi rujukan media sosial. Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa, 1(01).
  • Rahmawati, D., Robawa, R.S.P., Al Abiyiyyi, M. F., RF, P.D.N. (2023) Analisis Hoaks dalam Konteks Digital: Implikasi dan Pencegahannya di Indonesia. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research, 3(2), 10819-10829.
  • Restendy, M. S., & Hilmi, F. (2021). Social Media Influencer Clickbait Dalam Pusaran Etika Jurnalistik. Jurnal Komunika Islamika: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Kajian Islam, 7(2), 270-284.
  • Solihin, O., Widyaningrum, R., Hariyati, F., Nurhadi, Z.F., & Waluyo, E.A. (2022). Tinjauan Tentang Clickbait di Media. Commed Jurnal Komunikasi dan Media, (7(1), 74-84.
  • Sudibyo, A. (2022). Dialektika Digital. Kepustakaan Populer Gramedia.
  • Waluyo, D. (2019). Memahami Jurnalisme Pada Era Digital. Promedia (Public Relation Dan Media Komunikasi), 5(1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun