Mohon tunggu...
Shela Rahmadhani
Shela Rahmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis artikel politik dan ideologi

Alumni universitas Gadjah mada yang hari ini berkonsentrasi dalam memperhatikan isu politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya, Pak Anies, Pak Ganjar: Sama UGM, Beda Jalan Politik

1 Februari 2024   14:54 Diperbarui: 1 Februari 2024   19:33 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : creating with Canva

 Apakah sosok religius Anies adalah pencitraan?? Penulis menganggap religius adalah pencitraan ketika ibadah dan ketaatan dilakukan jika ada keperluan saja. Sedangkan jika ketaatan dan ibadah adalah kebiasaan sehari-hari, maka hal tersebut bukan pencitraan. Bahkan penulis melihat Kakek Pak Anies yakni Abdurrahman Baswedan selaku pahlawan nasional pun selalu menggunakan peci sebagai identitas Islam yang melekat pada dirinya. Maka, sejak dari Kakek Pak Anies bisa dikatakan sudah religius. Besar dugaan penulis, ketaatan, ibadah, dan identitas islam sudah melekat dari dulu bukan pencitraan.

Sedangkan Pak Ganjar sendiri tampaknya memiliki langkah politik mempertahankan sekulerisme dan kapitalisme itu sendiri. 

Lalu, kemana saya?? 

Saat dua kandidat UGM ini maju di pilpres, maka suara alumni pun akan pecah. Namun, penulis sendiri tidak ingin disebut "pilih Pak Anies atau Pak Ganjar". Penulis memiliki langkah politik yang bukan Anies bukan juga Pak Ganjar, dan bukan yang bukan UGM. Langkah politik penulis adalah membangkitkan umat dan membangkitkan peradaban dengan Islam. Islam mengajarkan tentang politik yaitu mengurusi urusan umat, memelihara umat dengan syari'at. Pemilu hanya sebagian kecil dari politik di dalam Islam, dan memberikan kedaulatan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah perkara subtansi dalam politik Islam. Sehingga berpolitik di dalam Islam dapat dilakukan siapa saja dan dimana saja selagi diarahkan untuk kepentingan memelihara umat. 

Namun, satu fakta yang tak bisa hilang, saya, Pak Anies, Pak Ganjar, sama melangkah masuk UGM untuk bangsa ini mulanya, namun keluar dengan langkah masing-masing. Satu identitas yang tidak bisa dihapus dari saya, Pak Anies, dan Pak Ganjar : KAMI ADALAH UGM. Langkah politik selaku alumni UGM bisa jadi saling berbenturan satu sama lain. Bagaimana para alumni UGM harus berfikir sebagai warisan kampus pemikir?? Mungkin itulah awal titik temu kembali. Karena UGM itu menyatukan seperti jiwa patih Gadjah Mada. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun