Mohon tunggu...
Sheillamitha Ayu Anjani
Sheillamitha Ayu Anjani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menggambarkan dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mustahil untuk Fasih Bahasa Asing di Usia Kepala Dua?

21 Mei 2024   01:50 Diperbarui: 21 Mei 2024   08:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kalian merasa kesulitan dalam mempelajari bahasa asing? Nyatanya, banyak dari golongan dewasa yang mempertanyakan hal serupa. Apakah menjadi dewasa berarti sudah tidak memiliki kesempatan untuk belajar bahasa baru? Tentu akan selalu ada kesempatan untuk setiap orang. Hanya saja, ketika memasuki usia dewasa otak kita mengalami penurunan untuk mempelajari bahasa asing.

Di tahun 1967, Eric Lenneberg, seorang ahli bahasa dan ahli saraf, memperkenalkan sebuah teori yang disebut dengan Critical Period Hypothesis. Di dalam teori ini dikemukakan bahwa pada periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana belajar bahasa asing akan terasa lebih efektif dan efisien. Jika periode ini tidak dimanfaatkan sebaik mungkin (mengalami kekosongan), maka kemampuan untuk mempelajari bahasa asing akan menurun secara signifikan atau bahkan menghilang. Periode ini diperkirakan terjadi pada masa bayi hingga pubertas, berkisar hingga usia 12 tahun. Selain itu, menurut teori ini pada periode tersebut otak manusia mengalami plastisitas yang tinggi. Hal ini berarti otak dapat berubah dan beradaptasi dengan mudah. Plastisitas ini memungkinkan untuk mempelajari bahasa dengan efisien hanya dari interaksi atau paparan.

Teori ini didukung oleh sebuah kasus yang cukup terkenal yaitu kasus seorang gadis bernama Genie. Dia adalah korban kekerasan ayahnya yang dikurung di dalam kamar. Hal ini dikarenakan ayahnya menganggap Genie memiliki keterbelakangan mental sejak lahir. Selain diisolasi di sebuah kamar kecil, dia juga sering diikat di tempat tidur atau kursi toilet. Selama beberapa tahun dia tidak pernah berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak diberi kesempatan untuk itu. Ayahnya melarang segala bentuk komunikasi, bahkan dia tidak diperbolehkan untuk mendengar percakapan dalam bentuk apapun. 

Selain Genie, ibunya pun mengalami kekerasan oleh ayahnya sehingga dia tidak bisa menolong sang anak. Namun, suatu ketika ibunya berhasil kabur dan meminta pertolongan dari sekitar. Di usia 13 tahun Genie berhasil ditemukan oleh seorang pekerja sosial dan langsung dibawa ke rumah sakit. Dia ditemukan dengan keadaan hampir tidak bisa bicara dan hanya bisa mengatakan beberapa patah kata. Dia diajarkan bahasa dan beberapa keterampilan sosial dan menunjukan perkembangan yang cukup baik. Meskipun begitu, dia tidak bisa mencapai level fasih dalam bahasa yang diajarkan.

Lantas di tahun 2013 sebuah studi yang dipimpin oleh Joshua Hartshrone memaparkan bahwa, hampir tidak mungkin untuk fasih dalam suatu bahasa apabila baru mempelajarinya di usia lebih dari 17-18 tahun. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan Critical Period untuk mempelajari bahasa asing lebih lama dari yang telah diperkirakan sebelumnya. Studi ini menunjukan adanya penurunan kemampuan yang signifikan setelah usia tersebut. 

Kedua studi di atas memberikan jawaban pada kita tentang alasan betapa sulitnya mempelajari bahasa baru di usia dewasa. Namun, dengan begitu bukan berarti menjadi penghalang bagi kita untuk berhenti mempelajari bahasa. Kita tetap bisa belajar bahasa baru dengan metode belajar yang tepat, karena umur bukanlah faktor utama yang menghambat proses belajar. Belajarlah, sebelum usia mencapai usai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun