Mohon tunggu...
Sheila Rebeca
Sheila Rebeca Mohon Tunggu... -

Journalism student

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyulap Limbah Kaca Jadi Barang Istimewa

27 April 2017   23:40 Diperbarui: 28 April 2017   15:42 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana meja kreasi Otakatik (sumber: dokumentasi pribadi)

Mengolah limbah kaca menjadi hiasan di dinding maupun di lantai sudah jadi hal yang biasa. Tetapi limbah kaca akan menjadi barang yang bernilai tinggi bila diolah dengan terampil dan inovatif. Semuanya ini bisa terwujud di Otakatik Creative Workshop.

Bengkel Otakatik atau Otakatik Creative Workshop yang terletak di Jalan Ngadimulyo No. 265 RT 37 RW 08 Pakuncen Yogyakarta ini sudah berdiri sejak 2011. Otakatik Creative Workshop merupakan pengembangan dari Otakatik Creative Design yang bergerak di bidang desain grafis. Mengusung konsep sebagai bengkel terbuka, siapapun boleh belajar dan berbagi bersama untuk menciptakan kreasi yang inovatif.

Adalah Ivan Bestari dan Yohanes Sigit, dua muda lulusan desain produk yang memelopori berdirinya bengkel kreasi ini. Bersama para pecinta kreasi kaca lainnya, mereka saling belajar, berekspresi dan berkreasi dalam membangun sebuah karya. Dengan semangat ‘do it yourself’ (D.I.Y.), Otakatik juga mengusung cara ATM atau ‘amati, tiru, dan modifikasi’. Semua bahan dasar yang digunakan dalam bengkel kreasi ini adalah limbah kaca. Mulai dari kaca bekas, pecahan kaca, botol kecap, sirup, minuman beralkohol, minuman berenergi, botol obat, botol parfum, bohlam lampu hingga lampu neon. Bahan-bahan ini bisa mereka dapatkan di mana saja secara cuma-cuma. Setelah dibersihkan dan disortir, limbah kaca kemudian akan ‘disulap’ sesuai dengan keinginan si pembuat. Ada yang dipotong, dibentuk ulang, diukir, atau dilelehkan terlebih dahulu.

Ivan Bestari saat proses flame working (sumber: dokumentasi pribadi)
Ivan Bestari saat proses flame working (sumber: dokumentasi pribadi)
Dalam menciptakan sebuah karya, Otakatik biasanya menggunakan teknik khusus flame working dan cool working. Metode flame working yang menggunakan api berfungsi untuk melelehkan pecahan kaca sehingga bisa dibentuk ulang secara langsung. Dengan menggunakan api bersuhu 1000-1200⁰C bisa menghasilkan karya seni seperti liontin, anting, dan hiasan patung kecil. Sedangkan dengan metode cool working, botol kaca akan dipotong dan dihaluskan lalu diberi hiasan seperti sand blasting dan engraving. Produk-produk yang dihasilkan seperti toples, gelas, asbak, vas bunga, dan tempat lilin.

Produk hiasan kecil--flame working--dan gelas--cool working+engraving (sumber: dokumentasi pribadi)
Produk hiasan kecil--flame working--dan gelas--cool working+engraving (sumber: dokumentasi pribadi)
Produk-produk hasil daur ulang ini kemudian dijual dengan kisaran harga 30 ribu hingga jutaan rupiah. Semakin rumit proses pembuatan dan nilai artistiknya, semakin tinggi pula harga jualnya. Saat ini hasil kerajinan Otakatik bisa didapatkan di gallery dan art shop di Yogyakarta. Dengan karya-karya yang mengagumkan, Otakatik telah menembus pasar mancanegara, seperti Jepang dan Rusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun