tak mengapa aku memunguti remah-remahmu,
itu untuk aku hidup,
untuk aku ada dan mengenalkan ku pada bumi yang mulai penuh
seringkali lelahku menghitung setiap butiran remah
kusisakan pada bejana tua beserta sisa-sisa terbuang yang sering terpinggirkan
setiap malam pula aku menghitung setiap langkah dalam ribuan kilometer
berdesakan dengan kertas-kertas tua, bersisian dengan bergelas-gelas kopi
bersama cahaya redup dari layar laptopku
seringkali mereka menyudutkanku dalam kata
lalu dengan sisa-sisa kepercayaan diri
ku tunduk kan kepala, mengiyakan kesalahan interpretasi yang kubuat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!