Mohon tunggu...
Sheibasari Sheibasari
Sheibasari Sheibasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@ sheibasari\r\n\r\n\r\n\r\ndalam keriuhan hidup, ada sisi lain yang tak terbaca oleh hati yang tak menatap

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perihal Peta dan Temali

29 Januari 2016   15:59 Diperbarui: 29 Januari 2016   16:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasiku dengan pakde Arry tidak seintens komunikasiku dengan om Andre. Baru di Samosir, pakde Arry mengirimiku pesan melalui WhatsApp, mewanti-wanti agar aku jangan sampai kesasar dan salah belok. Aku mengiyakan. Tapi memang begitulah kawan, aku salah belok dari pertigaan Tele, mestinya ke kanan ke arah Sidikalang, tapi aku malah belok ke kiri ke arah Doloksanggul. Rasanya malu hati.

Lima hari kemudian aku bertemu beliau di Banda Aceh. Kami mengobrol banyak hal. Lebih tepatnya aku yang banyak menanyakan kepada pakde Arry perihal pernak-pernik dunia hobi jalan-jalan dengan motor dan segala peminjaman istilah yang membuat keningku berkerut-kerut. Waktu aku ditanya soal kesasar yang tingkat dewa itu, aku hanya bisa cengengesan. Aku pun tak bawa peta atlas, beliau hanya bisa geleng-geleng kepala. Lalu memberikan peta atlas Sumatera, mengajariku menggunakan google maps dan memberikanku tali untuk tas bajuku yang pengaitnya patah karena isi tasku yang super rempong dan selama berjam-jam terpapar terik matahari yang menggila.

 

Arief Satriya Wilasa dan Miftahul Mukhlis

Dua orang ini sejatinya tak kukenal, lebih tepatnya tak pernah berkomunikasi sekalipun dalam forum NR, hanya karena om Andre yang tahu bahwa aku selalu punya daya jelajah yang lemah dan  menghawatirkan, maka dua orang ini gencar menghubungiku, karena aku akan memasuki daerah mereka. Sebenarnya aku senewen setengah mati pada mereka. Pertanyaanku tidak dibalas perihal alamat penginapan murah, tapi selalu gencar bertanya sudah sampai mana aku.

Masalahnya, sepanjang perjalananku tidak ada yang menanyaiku sampai beberapa kali melalui media yang berbeda dalam satu waktu, kecuali keluargaku dan biasanya aku akan mengabari jika sudah sampai di penginapan. Sampai akhirnya aku bertemu mereka di pukul empat sore hari selasa.

Dalam setiap pertemuan dengan orang-orang baru, rasanya aku terlalu banyak mendominasi. Maklumlah ke-kepo-an ku pada dunia biker membuatku banyak bertanya. Selama ini aku selalu agak risih melihat biker-biker itu dari cara berbusana sampai dengan sikapnya di jalanan. Lebay. Hahahaha.

Tapi bertemu dengan mereka, membuatku punya sudut pandang yang lain, bahwa “brotherhood”, kata yang sering di usung itu memang sarat makna bagi mereka. Mereka pun tak segarang yang kukira. Hati mereka lembut. Sampai-sampai aku bingung melihat mereka berdua yang sibuk berpikir keras macam memikirkan kemelut negeri sendiri untuk memberikan solusi tasku yang sering miring-miring itu. Karena menurutku masalah tas itu sudah terpecahkan dengan tali yang diberikan pakde Arry padaku. Tapi bagi mereka, daerah yang akan kulalui nanti menuju Bengkulu, membutuhkan lebih dari seutas tali itu.

Aku tak bisa bicara lagi, kecuali membiarkan mereka datang pagi-pagi keesokan harinya hanya untuk memberiku temali yang akan mengikat tasku dengan erat.

 

Peta dan temali itu kini menggantung di kamarku. Setiap melihat itu, aku selalu ingat akan orang-orang dibalik itu  beserta semua ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun