Mohon tunggu...
Sheha PutriSeptaninda
Sheha PutriSeptaninda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki hobi bernyanyi dan memasak, saya suka belajar akan hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Tradisional: Tingkat Efektivitas Barter

24 Maret 2024   11:29 Diperbarui: 24 Maret 2024   12:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan dan adat istiadat yang masih dilestarikan turun-temurun, salah satu kebudayaan Indonesia yang dilakukan secara turun temurun adalah dalam melakukan jual beli yang beberapa diantaranya masih menggunakan ekonomi tradisional. Ekonomi tradisional merupakan, kegiatan ekonomi yang masih didasarkan pada aturan, dan nilai-nilai yang telah lama di masyarakat secara turun temurun seperti barter.

Barter,  merupakan sistem transaksi dengan tukar menukar barang tanpa adanya uang. Barang yang ditukar harus mempunyai nilai yang sama, dan harus adanya barang yang dibutuhkan. Masyarakat  yang masih menggunakan barter sebagai alat transaksi kebanyakan masyarakat yang hidup di wilayah terpencil, yang sebagian besar memiliki letak geografis seperti pegunungan dan laut. Serta, wilayah yang memiliki kurangnya konektivitas jalan dan ketidak merataan listrik. Masyarakat yang memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah inilah yang masih menggunakan barter sebagai alat transaksi.

Sistem barter merupakan, salah satu bentuk perdagangan paling awal yang membentuk perekonomian sebelum munculnya kapitalisme pada abad ke – 19. Wilayah di Indonesia yang masih menggunakan barter sebagai alat transaksi terdapat di pedalaman Papua dan Pasar Terapung Lok Bintan di Kalimantan Selatan. Masyarakat pada daerah tersebut masih menggunakan sistem barter bukan hanya karena mempertahankan nilai-nilai budaya saja, namun karena kondisi konektivitas jalan dan listrik yang kurang, membuat distribusi menjadi sulit. Sehingga, barang-barang yang ada di wilayah tersebut terbilang mahal.

Terkait kesulitan yang sering dihadapi dalam melakukan sistem barter Al-Gazhali mengungkapkan “orang yang membeli rumah dibeli dengan kain atau budak dengan khuf (muzah)atau tepung dibeli dengan khimar. Semua barang-barang tersebut , tidak ada kesesuaian diantaranya maka tidak diketahui bahwa berupa yang menyamainya. Maka terasa sulitlah jual beli semacam ini. Lalu benda-benda yang tidak serupa dan yang berjauhan , memerlukan kepada penengah diantara keduanya yang memberi ketepatan kepadanya dengan secara adil”.

Dalam kegiatan barter ini, banyak kesulitan-kesulitan yang sering di hadapi oleh masyarakat. Dan kurang efektif apabila digunakan, ditinjau dari efektivitasnya sistem barter memiliki tingkat efektivitas yang rendah. Sistem barter memiliki banyak kekurangan yang mengakibatkan masyarakat meninggalkan sistem barter,  kekurangan dari sistem barter yaitu :

  • Tidak ada patokan nilai dalam  jual beli, disini masyarakat menukarkan barang bukan karena patokan nilai, karena sama-sama membutuhkan barang tersebut.
  • Tidak dapat menyimpan barang yang terlalu lama, ketika ingin melakukan pertukaran dengan keadaan tempat yang jauh barang seperti buah-buahan, daging dan sayur mayur akan cepat membusuk sehingga dapat mengalami kerugian.
  • Sulitnya menemukan orang yang sama-sama membutuhkan barang yang akan ditukarkan, karena disini mereka melakukan barter karena untuk memenuhi kebutuhan bukan karena nilai barang yang akan di tukarkan.
  • Sulit dalam membaghi barang, barang yang ditukarkan dalam barter terkadang sulit untuk dibagi ketika akan di tukarkan.
  • Kesulitan dalam pengangkutan barang yang akan ditukarkan, karena barang yang akan ditukarkan pada umumnya hasil panen dan hasil laut.Jumlah barang tersebut banyak, dan sulit untuk di angkut.

sistem pertukaran ini belum sepenuhnya efektif terutama pada masyarakat pedesaan karena kebutuhannya tidak hanya sekedar kebutuhan pokok saja. Namun, mereka harus melakukan pertukaran yang hanya dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Karena rumitnya pendistribusian dan mahalnya harga barang. Jika, maka setiap masyarakat masih menggunakan barter sebagai barter. Hal ini mempengaruhi tingkat kemajuan khususnya di bidang perekonomian.

Lemahnya sistem barter ini, hanya sebagian masyarakat yang masih tetap menggunakannya. Dikarenakan, faktor ingin melestarikan budaya, dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil. Pentingnya akses jalan dan listrik yang baik akan membuat distribusi barang mudah dan membuat sistem ekonomi berjalan dengan lancar, sah-sah saja apabila sistem barter tetap dilakukan untuk melestarikan budaya. Namun, juga harus mengingat bahwa sekarang sudah ada uang sebagai alat transaksi yag sah dan mudah untuk digunakan.

Sebagian masyarakat sudah mulai meninggalkan sistem barter ini, sistem barter juga kurang efektif untuk dilakukan, dan sekarang sudah ada uang sebagai alat tukar yang sah dan mudah dibawa kemana saja.  Namun, sebagian wilayah yang ada di Indonesia masih menggunakan sistem barter dikarenakan faktor kondisi dan ingin melestarikan kebudayaan yang sudah turun menurun. Perluasan akses jalan hingga ke tempat terpencil perlu ditingkatkan kembali, serta pemerataan listrik. Sehingga,  distribusi di daerah terpencil dapat diakses dengan mudah. Dan  masyarakat yang masih menggunakan sistem barter dikarenakan adanya keterlambatan bisa menjadi lebih maju dalam sektor perekonomian dan menggunakan uang sebagai nilai tukar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun