Mohon tunggu...
Shecilia Kriestyaning
Shecilia Kriestyaning Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi semester 2 Fakultas Ilmu Budaya Departemen Studi Kejepangan Universitas Airlangga.

Hanya manusia yang sedang memberanikan diri belajar menulis dan berbagi opini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Bubble Burst pada Usaha Start-up terhadap Pekerja di Indonesia

12 Juni 2022   19:30 Diperbarui: 12 Juni 2022   19:52 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak masa pandemi yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, manusia selalu memiliki berbagai cara agar bertahan pada kondisi yang sangat pelik saat itu, terutama di bidang ekonomi. Sejak saat itu pula, ekonomi digital Indonesia terus tumbuh dan meningkat secara signifikan. Hasil riset Google, Bain & Company, dan Temasek mencatat ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. 

Hal itu didapatkan melalui beberapa jasa yaitu pengantaran makanan online, bank digital, serta transportasi online yang kian meningkat sesuai kebutuhan rumah tangga. Kemudian, pekerjaan pun saat ini sudah banyak di buka karena ekonomi yang perlahan membaik. Bak semangat yang telah lama dipendam, kini generasi muda berlomba-lomba menjadi kandidat terbaik agar diterima perusahaan impiannya.

Tak bisa dipungkiri, gaji dan bonus yang ditawarkan oleh usaha startup sangat menggiurkan bagi kalangan anak muda generasi saat ini. Terlebih lagi, jenis pekerjaan ini digandrungi sebab sangat cocok dengan jiwa muda yang penuh dengan imajinasi, 

kreatif, inovatif serta fleksibel ketika berhadapan dengan suatu projek. Namun, benarkah gaya hidup yang hedonisme dan konsumtif bak kehidupan yang terlihat 'wow' ini mempengaruhi pola pikir dan minat anak muda untuk mengembangkan karir di bidang usaha startup?

Rupanya tempat kerja yang mewah, seragam yang rapi tetaplah menjadi pekerjaan impian para freshgraduation. Lalu, apa itu bubble brust? Bubble brust sendiri merupakan fenomena dimana bisnis mengalami kenaikan perkembangan secara pesat juga cepat mengalami penurunan yang merosot. Sayangnya, fenomena ini tak lantas berbanding lurus dengan kesuksesan perusahaan startup digital. 

Banyak perusahaan yang sebelumnya sukses dengan cepat kemudian hilang bak supernova usai bersinar. Mengapa demikian? Ada sebab akibat yang membuat bisnis sulit untuk dipertahankan termasuk karena kalah saing, konsumen mudah jenuh, serta sangat sensitif terhadap promo dan diskon. Menurunkan instensitas promo saja sudah mempu membuat konsumen berpindah 

hati menuju bisnis yang lain. Apalagi, umumnya bisnis startup sangat bergantung pada investor, yang merupakan pion penting agar startup bisa berkembang dan bertahan. Strategi bakar uang yang dilakukan oleh perusahaan rintisan juga dapat menjadi penyebab dari terjadinya fenomena bubble burst. Uang yang dikeluarkan untuk membangun merek perusahaannya tidak sejalan dengan perkembangan bisnis yang ada.

Dampak lain yang dihasilkan oleh fenomena bubble burst ini sangat besar, terlebih lagi perusahaan mau tidak mau memakai jalan solusi yaitu harus mem-PHK massal karyawan agar usaha tetap berjalan serta cashflow tidak terlalu bengkak yang bisa saja menjadi potensi usaha bangkrut. Sedangkan generasi muda salah menilai bahwa pekerjaan startup adalah impian. 

Karena, justru jenis perusahaan ini sangat rentan untuk tetap bertahan bertahun-tahun lamanya. Penulis tetap mendukung keinginan untuk mengembangkan usaha milik pengusaha startup, namun jangan lupa tetap mengembangkan diri agar siap bangkit ketika berhadapan dengan kondisi yang tidak terduga seperti PHK Massal.

Sumber :
https://katadata.co.id/yuliawati/digital/62a3fc3a60b34/startup-alami-bubble-burst-bagaimana-nasib-ekonomi-digital-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun