Di ruang makan yang terdapat sebuah meja dan tiga kursi yang mengelilinginya  aku duduk sembari menunggu waktu berbuka puasa. Lalu terdengar suara bedug maghrib dan kumandang azan dari radio ruang tengah rumahku. Bapak dan ibuku yang sedang berbincang di teras rumah segera menuju ke ruang makan untuk berbuka bersama. Malam ini adalah malam buka puasa ramadan terakhir pada tahun ini. Dimana keputusan 1 Syawal 1444 H telah ditetapkan akan jatuh pada Sabtu, 22 April 2023 yang diumumkan oleh Kementrian Agama pada Kamis, 20 April 2023.
Sementara itu, gema takbir mulai berkumandang di setiap musala dan masjid yang ada di lingkungan rumahku. Takbiran dilakukan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Takbiran adalah salah satu ritual atau tradisi yang dilakukan oleh umat muslim untuk mengagungkan asma Allah SWT dan meyakini bahwa tidak ada mahkluk lain di alam semesta ini yang lebih sempurna dan agung dari-Nya. Dengan menyerukan takbir, maka kita telah mengakui bahwa kedudukan Allah SWT sangat mulia dan tidak ada yang lebih baik dari siapapun.Â
Takbiran dapat dilakukan dengan banyak cara, mulai dari takbiran di masjid, melakukan tabligh akbar di pinggir-pinggir jalan hingga melakukan takbiran sambil jalan-jalan, yang dikenal dengan istilah takbir keliling. Namun pada beberapa tahun terakhir semenjak pandemik corona merajalela, prosesi takbir keliling mulai jarang dilakukan karena terdapat himbauan dilarang keluar rumah oleh pemerintah. Padahal pada beberapa dekade ke belakang, banyak sekali anak-anak muda yang takbiran dengan melakukan konvoi atau berkeliling.Â
Rombongan remaja awal biasanya melakukan pawai obor sambil membawa tetabuhan dan melantunkan takbir di kampung-kampung. Sementara anak remaja menuju dewasa, akan melakukan takbir keliling kota menggunakan truk-truk besar atau bis sewaan. Kegiatan semacam inilah, yang pada akhirnya mengawali pelarangan takbir keliling di kota-kota besar. Di desa kecil seperti desaku, prosesi takbir keliling dilakukan dengan mengelilingi jalan desa sehingga tidak akan mengganggu arus lalu lintas di jalan raya.
Aku dan keluargaku pergi ke musala dekat rumahku. Disana, para remaja masjid dan orang-orang dewasa sibuk menghias kendaraan mulai dari motor, mobil, kol, hingga truk dengan berbagai karakter mulai dari ketupat raksasa, masjid raksasa hingga berbagai karakter kartun.Â
Di setiap kendaraan juga dipasang mikrofon dan sound system yang digunakan untuk menggemakan takbir sembari keliling desa. Sementara para remaja dan orang dewasa sibuk menghias, anak-anak dan orang-orang yang lebih tua menggemakan takbir di dalam musala secara bergantian. Banyak warga yang mengirimkan makanan ke musala sebagai teman bertakbir semalam penuh sampai waktu solat ied tiba.
Takbir keliling akan dimulai setelah solat isya berjamaah dilakukan. Takbir keliling diikuti mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka mulai menaiki kendaraan yang sudah dihias dan kemudian mulai berkeliling desa.
Sepanjang perjalanan, takbir dikumandangkan dari dalam kendaraan dengan diiringi tabuhan. Masyarakat lain berjejer di depan rumah dan di pinggir jalan menyaksikan serangkaian prosesi takbir keliling. Mereka pun mendokumentasikan takbir keliling dengan memfoto dan memvideo kegiatan. Tak hanya memfoto dan memvideo, sembari menyaksikan prosesi takbir keliling, masyarakat juga tidak lupa mengumandangkan takbir. Para aparat keamanan  pun juga ikut berkeliling untuk menjaga suasana takbir keliling agar tetap kondusif.
Suasana malam takbir kali ini sangat meriah, banyak hiasan-hiasan Idul Fitri dan juga berbagai macam kembang api dinyalakan untuk merayakan malam takbir kali ini, tidak seperti tiga tahun terakhir dimana masyarakat hanya bisa mengumandangkan takbir di rumah masing-masing.Â
Suasana di malam takbir kali ini juga terasa sangat akrab dan penuh kebersamaan. Masyarakat dari berbagai kalangan sosial dan budaya berkumpul bersama-sama, menunjukkan solidaritas dan persatuan mereka dalam menyemarakkan malam takbir. Semua orang merasa sangat bersyukur karena dapat beribadah dan merayakan malam yang begitu istimewa ini dengan sukacita dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H