Mohon tunggu...
Shabrina Aulia Ramadhani
Shabrina Aulia Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

hobi nonton film bergenre fantasy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Taktik Efektif Berdakwah di Era Masyarakat Online

17 Juni 2024   19:24 Diperbarui: 17 Juni 2024   19:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin & Shabrina Aulia Ramadhani 

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tidak dapat disangkal bahwa dai adalah bagian dari komunitas online. Dalam hitungan detik, mereka dapat dengan mudah menyebarkan pesan dakwah melalui blog, media sosial konvergensi, wiki, forum, dan dunia virtual yang didukung oleh penyedia layanan internet.

Sebagai anggota komunitas online, dai bisa ikut serta dalam perang narasi. Jika sebelumnya mereka melakukan perang narasi secara tatap muka, di era masyarakat online, perang narasi bisa dilakukan secara virtual hanya dengan menggunakan dua ibu jari.

Perang narasi dalam dakwah adalah kegiatan virtual dai untuk menyampaikan ide dan menggerakkan masyarakat online agar menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Disebut perang narasi karena banyaknya konten bertentangan yang menyerbu masyarakat online.

Untuk berhasil mengajak dan mempengaruhi opini masyarakat online, ada beberapa strategi yang perlu diterapkan oleh dai. Pertama, saat menggunakan platform apapun, dai harus mampu menggugah emosi masyarakat online, seperti membuat mereka sedih, gembira, responsif, atau marah.

Agar konten menarik, durasinya tidak boleh lebih dari tiga menit dengan resolusi dan rasio aspek video yang disarankan oleh pakar komunikasi. Jika diperlukan teks singkat sebagai caption, sebaiknya menggunakan bahasa yang baku.

Ini adalah bagian dari keahlian multimedia yang setidaknya perlu dipahami secara umum oleh dai. Selain itu, konten, baik teks maupun gambar, sebaiknya berbasis data dan riset. Dengan demikian, masyarakat online akan menghormati dai karena dianggap memiliki wawasan multidisipliner.

Kedua, masyarakat online yang menjadi target narasi dai pasti memiliki perbedaan manhaj dan mazhab dalam Islam. Dalam konteks sosial-politik, mereka juga berbeda organisasi dan afiliasi politik. Oleh karena itu, teks dan gambar yang dibagikan harus inklusif, toleran, dan moderat.

Saat ini, dai yang moderat, cerdas, toleran, dan inklusif biasanya memiliki banyak pengikut atau follower di Instagram dan TikTok, tweeps di Twitter, subscriber di YouTube, serta teman di Facebook, dan mereka disenangi banyak orang. Dai tidak boleh pasif sebagai anggota komunitas online.

Ketiga, dai harus memiliki akun resmi di media sosial populer seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, dan Twitter. Untuk menjaga keamanan semua akun tersebut, dai harus memiliki kata sandi yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun