Di Indonesia, praktek melarutkan plastik ke dalam minyak goreng untuk menjernihkan agar membuatnya tampak seperti baru dan untuk meningkatkan kerenyahan olahan gorengan telah menjadi isu yang tidak bisa di abaikan.Â
Meskipun dapat menguntungkan untuk para pedagang, praktek ini sebenarnya sangat membahayakan kesehatan konsumen. Dengan kita mengkonsumsi olahan yang digoreng dengan minyak goreng yang sudah tercemar dengan plastik, ini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit kronis, kerusakan organ, hingga kanker.
Plastik mempunyai bahan kimia yang tidak baik untuk tubuh seperti seperti ftalat, bisphenol A (BPA), dan senyawa toksik lainnya yang tidak dipatut untuk dikonsumsi manusia. Saat plastik dilarutkan dan dipanaskan dalam minyak goreng, zat-zat kimia ini terurai dan terlepaslah racun-racun seperti dioksin.Â
Dan berdasarkan laporan dari Environmental Health Perspectives, dioksin bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kanker, kerusakan hati, masalah pada sistem reproduksi, dan juga gangguan hormon jika terakumulasi dalam tubuh secara rutin dalam jangka panjang.
Terlepas itu, mikroplastik yang terlepas dari plastik saat dipanaskan juga dapat masuk ke tubuh kita melalui makanan yang digoreng. Dan seperti yang dijelaskan World Health Organization (WHO), mikroplastik ini berpotensi memicu  inflamasi dalam tubuh dan mempengaruhi sistem pencernaan dan imun kita. Efek negatifnya tentu akan meningkat jika minyak yang terkontaminasi plastik dikonsumsi secara rutin dan terus menerus.
Penjual-penjual yang menjernihkan minyak goreng bekas dengan cara menggunakan plastik sudah jelas tidak memikirkan dampak dari tindakan-tindakan mereka terhadap kesehatan para pembeli.Â
Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Kompas, minyak goreng yang sudah dijernihkan dengan plastik banyak ditemukan di pasar tradisional dengan harga yang lebih murah. Minyak ini dijual kembali dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan pembeli kemudian membeli minyak goreng murah ini tanpa mengetahui efek bahayanya.
Cara berdagang seperti ini tidak hanya merusak kepercayaan orang-orang terhadap produk makanan tetapi juga memperburuk isu kesehatan publik di Indonesia. Sebagian besar konsumen memilih minyak berdasarkan harga tanpa memeriksa kualitasnya, sehingga orang-orang tua dan orang yang tidak berpendidikan akan jadi mangsa yang gampang untuk praktek manipulatif ini.
Kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang bisa jadi salah satu alasan mengapa praktek ini masih sering terjadi. Menurut data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tidak sedikit  pedagang kecil yang lolos dari inspeksi rutin. Ini menciptakan celah bagi oknum untuk memanfaatkan situasi dan mencari kesempatan dalam kesempitan.
Dan untuk memperparah situasi ini, ada juga isu kurangnya edukasi kepada masyarakat alhasil banyak konsumen jadi tidak mengetahui cara membedakan mana minyak goreng yang aman dan mana yang terkontaminasi. Untuk mengatasi masalah ini, program pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap terhadap pemilihan produk makanan seperti minyak goreng harus ditingkatkan.
Walaupun pada biasanya, masyarakat atau konsumen yang jadi korban isu minyak goreng ini tetapi kita tidak boleh lupa tentang perilaku pembeli yang terkadang terlalu fokus terhadap harga yang murah dan membabi buta terhadap kualitas asalkan mereka bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Perilaku pembeli yang seperti ini juga secara tidak langsung mendukung praktek ini