Mohon tunggu...
Shavira Aulia Zahra
Shavira Aulia Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Semarang

Saya senang berbagi pandangan mendalam tentang kehidupan makna yang tersembunyi di balik setiap peristiwa. Mari bersama-sama menjelajahi kompleksitas dunia ini dan merangkul kebijaksanaan dalam setiap langkah kita menuju pemahaman yang lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Mahasiswa sebagai Generasi Muda tehadap Mazhab Ekonomi Kapitalisme

16 Desember 2024   10:45 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kapitalisme, yang telah muncul sebagai sistem ekonomi dominan di banyak negara di seluruh dunia, sering kali menjadi fokus dari perdebatan yang intens dan kritik yang berasal dari berbagai perspektif. Sistem ini didasarkan pada prinsip kepemilikan pribadi, di mana individu atau entitas memiliki dan mengendalikan aset serta sumber daya, serta penerapan pasar bebas yang memungkinkan interaksi antara penjual dan pembeli tanpa banyak campur tangan pemerintah. Selain itu, motivasi utama di balik aktivitas ekonomi dalam kapitalisme adalah pencarian keuntungan, yang menjadi pendorong inovasi dan efisiensi. Meskipun kapitalisme telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan banyak inovasi di berbagai belahan dunia, kritik terhadap sistem ini tetap relevan dan penting untuk dibahas lebih lanjut. Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan beberapa kritik utama yang sering diajukan terhadap kapitalisme, dengan dukungan data dan fakta yang kuat untuk memperkuat argumen yang disampaikan.

1. Ketidaksetaraan Ekonomi

Salah satu kritik yang paling mencolok dan sering disampaikan terhadap sistem kapitalisme adalah kecenderungannya untuk menciptakan ketidaksetaraan ekonomi yang signifikan di dalam masyarakat. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Oxfam pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa hanya terdapat 26 individu terkaya di dunia yang memiliki kekayaan setara dengan separuh populasi global, sebuah fakta yang mencolok dan menggugah kesadaran akan ketimpangan yang ekstrem. Ketidaksetaraan ini tidak hanya mempengaruhi distribusi kekayaan, tetapi juga berdampak besar pada akses individu terhadap sumber daya yang vital, seperti pendidikan, kesehatan, dan peluang kerja, sehingga semakin memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin.

Data yang disajikan dalam World Inequality Report pada tahun 2018 menunjukkan bahwa antara tahun 1980 hingga 2016, persentase pendapatan global yang dikuasai oleh kelompok teratas semakin meningkat secara signifikan, sementara pendapatan yang diterima oleh kelas menengah dan bawah cenderung stagnan tanpa pertumbuhan yang berarti. Situasi ini menciptakan lingkungan di mana mobilitas sosial menjadi semakin sulit dan mungkin mengarah pada meningkatnya ketidakpuasan di dalam masyarakat. Ketika sebagian besar kekayaan terakumulasi dalam genggaman segelintir orang yang sangat kaya, individu dari lapisan bawah merasa terasing dan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Kondisi ini berpotensi memicu ketegangan sosial dan konflik, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas ekonomi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

2. Ekploitasi Tenaga Kerja

Kapitalisme sering kali menjadi subjek kritik karena kecenderungannya untuk mengeksploitasi tenaga kerja dalam upaya mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Dalam banyak kasus, perusahaan-perusahaan berusaha untuk menekan biaya produksi dengan cara merendahkan upah pekerja dan mengurangi manfaat atau tunjangan yang mereka terima, suatu praktik yang sangat merugikan bagi kesejahteraan pekerja. Sebuah studi yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa lebih dari 60% pekerja di seluruh dunia tidak menerima upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, yang menunjukkan adanya masalah serius dalam sistem pengupahan global.

Eksploitasi terhadap tenaga kerja ini tidak hanya berdampak negatif pada individu yang terlibat, tetapi juga memiliki efek yang merugikan pada perekonomian secara keseluruhan. Ketika pekerja tidak dibayar secara adil, daya beli mereka menjadi rendah, yang pada gilirannya memengaruhi permintaan agregat dalam perekonomian. Hal ini dapat menciptakan sebuah siklus yang merugikan, di mana pertumbuhan ekonomi terhambat karena masyarakat yang tidak mampu membeli barang dan jasa tidak dapat mendorong terjadinya inovasi serta investasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan kata lain, ketika basis konsumen tidak memiliki daya beli yang memadai, potensi untuk mengembangkan ekonomi secara keseluruhan menjadi sangat terbatas.

3. Kerusakan Lingkungan

Kapitalisme, dalam bentuknya yang paling murni, sering kali mengabaikan dampak lingkungan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas ekonomi. Ketika fokus utama sistem ini terletak pada pencapaian keuntungan jangka pendek, sering kali pertimbangan untuk keberlanjutan jangka panjang menjadi terabaikan. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa aktivitas ekonomi yang tidak terkendali telah berkontribusi secara signifikan terhadap krisis iklim yang sedang berlangsung, suatu kondisi yang mengancam kehidupan di planet ini secara keseluruhan.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh praktik kapitalisme tidak hanya memberikan dampak buruk bagi planet kita, tetapi juga memiliki konsekuensi langsung yang serius bagi kehidupan manusia. Bencana alam yang semakin sering terjadi, seperti banjir yang merusak dan kekeringan yang berkepanjangan, sering kali menimpa masyarakat yang paling rentan dan tidak berdaya. Mereka yang paling terkena dampak dari bencana ini umumnya tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut atau untuk pulih dari kerugian yang dialami akibat bencana. Oleh karena itu, ketidakadilan sosial dan lingkungan saling terkait secara erat, dan kapitalisme sering kali memperburuk kedua masalah ini. Dengan kata lain, sistem ini tidak hanya menciptakan ketimpangan dalam distribusi kekayaan, tetapi juga memperparah kerusakan lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup masyarakat, terutama bagi mereka yang paling membutuhkan perlindungan.

4. Krisis Keuangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun