Mohon tunggu...
Shavira Adindra Maysta
Shavira Adindra Maysta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

IPB University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengubah Perspektif Orangtua terhadap Pembelajaran Calistung pada Anak Usia Dini

23 Maret 2021   11:38 Diperbarui: 23 Maret 2021   12:08 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calistung atau singkatan dari baca, tulis, dan hitung. Calistung memang bagian dari piramida pertumbuhan pada anak, tetapi bukan pondasi tertinggi untuk pendidikan anak usia dini. Melainkan, pembekalan aspek sosial emosional yang menjadi pondasi pada anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah dasar pembentukan perilaku, penanaman nilai moral, akhlak yang mulia, serta pengembangan intelektualitas yang tinggi dan pengembangan fisik motorik. Pendidikan yang dilakukan sejak dini, sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan di masa yang akan datang. Pembentukan perilaku anak sangat ditentukan pada usia lima tahun pertama.

 "Pengembangan konsep belajar sambil bermain merupakan pilihan tepat yang dapat diberikan kepada pendidikan anak usia dini. Mereka akan lebih mudah memahami apa yang guru sampaikan jika kita memberikan kegiatan yang sangat menarik perhatian peserta didik dan sangat menyenangkan bagi mereka untuk dilakukan," kata Sandrawati selaku guru di TK Kencana Mekar. Peserta didik diberikan pendidikan melalui belajar seraya melakukan (learning by doing). Learning by doing adalah salah satu metode belajar yang mudah untuk membawa anak kepada pembentukan pengalaman. Pola pikir anak usia dini sangat konkret, sehingga segala sesuatunya harus dibuat nyata. Peserta didik akan lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang disampaikan.

Pondasi pada anak haruslah kuat. sudah semestinya orang tua mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi jaman yang kita sendiripun tidak tahu akan seperti apa jaman tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah membekali mereka dengan sosial emosional yang kuat dan stabil. Itulah mengapa sosial emosianal menjadi penting dan menjadi pondasi dalam tumbuh kembang seorang anak.

Keterampilan Bahasa serta keterampilan kognif adalah puncak dari piramida perkembangan anak. Jika orang tua hanya focuk terhadap aspek perkembangan Bahasa dan kognitif atau calistung. Bisa dipastikan bahwa bahasa dan kognitifnya kurang kuat. Karena tidak melalui tahapan-tahapan yang seharusnya dilalui dengan baik dan benar. Aspek sosial emosional itu sebagai pondasi.

Dalam tumbuh kembang seorang anak, sosial emosional itu sangat penting, karena kemampuan seseorang mengendalikan diri, mengelola emosinya disaat dan tempat yang tepat merupakan cikal bakal problem solving atau pemecahan masalah yang merupakan bagian dari proses berpikir. Kognitif atau matematika adalah tentang problem solving, hidup adalah tentang persoalan, berani ambil resiko dan problem solving. Ketika ada sebuah persoalan, solusi didapat ketika seseorang itu tenang. Namun, jika ada persoalan respon seseorang jauh dari kata tenang, maka bukan solusi yang didapat melaikan permasalah semakin besar. Dalam ketenagan seseorang akan berpikir jernih atau memikir alternatif solusi.

Saat anak-anak menangis, berterik, melampar barang itu adalah persoalan anak. Namun, cara merespon mereka terhadap permasalahan yang dihadapi sesuai dengan pemahaman dan kematangan emosi yang mereka miliki. Jika suatu contoh, ketika anak menangis, dengan dia menangis mendapatkan apa yang dia inginkan, maka disitulah persoalan terselesaikan. Anak akan menyimpan itu didalam otak sebagai strategi. Jadi, merespon atau menyikapi persoalan dalam kehidupan adalah pondasi penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karenanya, sosial emosional ini penting dalam tumbuh kembang anak dan tidak bisa di sepelekan.

Pentingnya edukasi yang diberikan pendidik terhadap parenting itu sendiri. Parenting adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pola asuh orangtua guna membangun karakter positif anak. Memberikan pemahaman bahwa pendidikan itu tidak sekedar calistung. Anak-anak tidak akan memahami konten dibalik semua teks. JIka tidak memahami sebuah teks dengan baik, maka anak tidak terlatih menjadi seorang yang litera. Sesorang yang litra yaitu seseorang yang mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Itu adalah dampak yang besar, punya pengetahuan tetapi tidak bisa diaplikasikan dalam dunia nyata. Itulah salah satu alasan, parenting itu penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun