Mohon tunggu...
Sharon
Sharon Mohon Tunggu... Apoteker - Farmasis, Badminton lover

Manusia yang sedang belajar untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kadang Kita Perlu Berjalan Lebih Lambat untuk Melihat Lebih Jelas

18 September 2024   10:49 Diperbarui: 18 September 2024   10:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jakarta dan segala keruwetannya memberikan hari-hari yang rasanya selalu kusut. Mulai dari bangun harus lebih pagi untuk menghindari kemacetan yang berlebihan, ya berlebihan, karena namanya kemacetan rasanya tidak bisa dihindari di Daerah Khusus satu ini. Bersaing dengan ribuan orang lain berebut satu gerbong kereta, dan sgala hal yang terlibat di dalamnya. 

Tak heran, anak muda sekarang sangat butuh healing. Meskipun healing seringkali juga sekaligus bisa dilakukan bersamaan dengan flexing, tapi yah itu jelas menghabiskan banyak uang dari gaji yang sebenarnya tak seberapa tinggi. Namun jelas bahwa semua manusia butuh healing. Begitu pun saya. 

Akhir-akhir ini saya memiliki sebuah kebiasaan healing baru semenjak tinggal di sebuah apartemen yang dekat dengan stasiun LRT. Setiap weekend saya suka sekali bepergian menggunakan LRT untuk sekedar ke supermarket terdekat membeli kebutuhan mingguan atau bulanan. Bersyukur, akses dari apartemen ke stasiun difasilitasi dengan ruang pejalan kaki yang cukup baik yang mendukung hobi baru saya ini. Saya biasanya berkendara menggunakan kendaraan pribadi, dan saya lah pengemudinya. 

Saya belum cukup kaya untuk bisa menghire orang untuk bisa mengantar jemput saya setiap harinya. Entah mengapa saya menikmati masa-masa saya berjalan kaki dan memandangi sekitar dengan saksama. Hal yang jarang bisa saya  lakukan ketika saya lah sang pengemudi. Jelas di sini semua orang adalah orang yang tergesa-gesa. 

Begitu pun saya. yang saya pikirkan selama menyetir hanya satu, bagaimana saya bisa mendahului semua kendaraan di depan saya dan bagaimana saya dapat mencapai tujuan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Rute yang ditempuh antara perjalanan saya ke stasiun dengan berjalan kaki dan perjalanan saya ke kantor setiap hari adalah rute yang sama persis. Tapi dengan berjalan kaki, saya bisa menemukan banyak detil yang ternyata saya lewatkan selama ini. 

Ketika berada di LRT pun saya sangat nyaman, karena tidak perlu berpikir rute apa yang akan saya ambil dan sebagainya, cukup bersandar saja sepenuhnya pada masinis (?). Dari sini saya pun berpikir, ternyata ketika kita merasa bahwa ruwet sekali pikiran kita, menyerahkan segala hal pada seseorang yang kita percayai dapat sangat melegakan.

Perjalanan sederhana dengan LRT telah mengajarkan saya banyak hal. Pertama, bahwa kebahagiaan tidak selalu terletak pada hal-hal besar dan mewah, melainkan pada hal-hal kecil yang sering kita abaikan. Kedua, bahwa dengan melambatkan ritme kehidupan, kita dapat lebih menghargai keindahan yang ada di sekitar kita. Dan ketiga, bahwa menyerahkan kendali pada situasi tertentu, seperti saat kita naik transportasi umum, dapat memberikan perasaan yang sangat melegakan.

Di tengah hiruk pikuk kota, kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri. Dengan mencari ketenangan dalam hal-hal sederhana, kita dapat menemukan keseimbangan kembali dan menjalani hidup dengan lebih bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun