Bel berbunyi tiga kali, memberi tanda bahwa pelajaran akan dimulai . Siswa yang masih diluar gerbang berlarian agar tidak terlambat masuk ke dalam kelas. Begitulah gambaran keseharian anak anak Indonesia dalam menempuh pendidikan disekolah. Hal ini mulai berkurang ketika pandemi Covid-19 mulai mewabah di Indonesia. Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di Indonesia lebih dikenalkan sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19. Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian Nasional untuk tahun (2020).
 Era industry 4.0 dan society 5.0  dimana teknologi informasi berkembang pesat  dan  mewarnai  setiap  kehidupan manusia. Era revolusi industri 4.0 dimulai dengan berkembangnya internet  of  things yang merambah diberbagai bidang kehidupan masyarakat saat ini. Society 5.0 memiliki konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh Internet of things (IoT) (Hayashi) diubah oleh Artifical Inteligence(AI) (Rokhmah, 2019) (zdemir, 2018) menjadi sesuatu yang dapat membantu masyarakat sehingga kehidupan menjadi lebih baik (Mathews, 2015). Society 5.0 akan berdampak pada semua aspek kehidupan mulai dari kesehatan, tata kota, transportasi, pertanian, industri dan pendidikan (Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pembelajaran di era revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning. Bahkan pendidikan dalam era society 5.0, memungkinkan siswa atau mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot yang sudah dirancang untuk menggantikan peran pendidik. Lantas bagaimana dengan sistem pendidikan di Indonesia?
Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Data Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan secara kumulatif hingga 16 Juli 2021 ada 777 anak di Indonesia meninggal dunia akibat COVID-19. Persentase Angka Kematian Tertinggi (CFR) berada pada kelompok usia 0-2 tahun, diikuti kelompok usia 16-18 tahun dan usia 3-6 tahun. Disisi lain, pendidikan bagi generasi penerus bangsa harus tetap berjalan. Dengan semua hal tersebut memaksa Indonesia maupun negara lainnya mencari solusi bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak didiknya.
Dengan berbagai tantangan tersebut, tidak menyurutkan semangat para pendidik maupun peserta didik dalam menuntut ilmu. Ada kisah dimana seorang mahasiswa yang harus memanjat atap rumahnya demi mendapatkan sinyal, agat bisa mengakses internet, ada juga kisah dimana handphone seorang ayah yang diberikan kepada anaknya agar dapat digunakan dalam pembelajaran. Untuk itu pemerintah harus mengupayakan pembangunan dan pemerataan fasilitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, lalu melakukan pelatihan secara rutin terhadap tenaga pendidik, agar nantinya sistem belajar dan mengajar online tetap memberikan dampak yang signifikan terhadap peserta didik.
Solusi dalam menghadapi hal tersebut adalah dengan mengimplementasi teknologi dalam sistem belajar dan mengajar di era Industri 4.0 dan Society 5.0. Namun, banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapannya di Indonesia. Diantaranya adalah ketidakseimbangan teknologi, keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan teknologi dalam mengajar, terbatasnya sumber daya teknologi yang berfungsi sebagai media belajar dan mengajar, serta kurangnya pemahaman teknologi bagi peserta didik maupun orangtuanya.
 Pandemi Covid-19 memaksa setiap individu untuk berkembang lebih jauh, suka tidak suka harus menyesuaikan diri dengan teknologi yang terus berkembang pesat sesuai dengan era industry 4.0 dan society 5.0. Dari tantangan-tantangan itu, kita harus berani melangkah untuk menjadikan teknologi sebagai kesempatan mentransformasi pendidikan kita. Kabar gembiranya, sekolah sekolah dari tingkat SD sampai dengan Perguruan TInggi mulai secara perlahan-lahan mengimplementasikan teknologi dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Salah satu perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan jarak jauh di Indonesia adalah Universitas Siber Asia (Unsia) yang pada tanggal 24 Agustus mendapatkan lisensi resmi dari pemerintah untuk menjalankan pendidikan jarak jauh jenjang sarjana melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 757/M/2020 tentang Izin Pendirian Universitas Siber Asia. Unsia sendiri menggunakan aplikasi Edlink sebagai media pembelajaran daring dan menggunakan Siakad berkaitan dengan administrasi perkuliahan. Â Â Â Â Â Â
Dengan pesatnya perkembangan teknologi di era industri 4.0 dan society 5.0 harapannya Indonesia dapat perlahan mengejar ketertinggalan tersebut baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya teknologi. Dimasa depan dimungkinkan pengajar dari robot yang sudah memiliki Artificial Intellingence, pembelajaran dengan model 3 dimensi membuat pengalaman belajar jadi lebih menyenangkan, para peserta didik pun tidak perlu hadir ditempat dengan menggunakan teknologi augmented reality yang dapat mensimulasikan sekolah/universitas dari rumah.
Eko Hardiono Aji
Mahasiswa Universitas Siber Asia