Mohon tunggu...
Indah Rahmatika
Indah Rahmatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FEBI Institut Agama Islam Negeri Kudus

⊙⁠.⁠☉

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesetaraan Gender: Perempuan Bisa Memimpin, Kenapa Tidak?

6 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Maharani Febri Aulya, Raihan Musthofa Nazril Arfan, Indah Rahmatika 

Pernah nggak sih kepikiran, kenapa laki-laki dan perempuan sering dipandang beda dalam banyak hal? Nah, di sinilah konsep kesetaraan gender muncul. Intinya, kesetaraan gender itu soal gimana caranya perempuan dan laki-laki punya peluang serta akses yang sama di berbagai bidang. Tapi, bukan berarti perempuan harus jadi persis kayak laki-laki, ya. Kan, secara alami mereka memang beda. Yang penting, negara harus berperan aktif buat ngasih hak dan kesempatan yang setara buat semua, tanpa pandang jenis kelamin (Gultom, 2020). Kenapa sih ini penting? Karena di kehidupan sosial, budaya, atau ekonomi, semua orang berhak punya hak, peluang, dan tanggung jawab yang sama. Misalnya, akses ke pendidikan, kerjaan, kesehatan, sampai urusan ambil keputusan. Gimana jadinya kalau semua itu bisa tercapai? Tentu hidup bakal lebih adil, bukan?

Ada banyak alasan kenapa ketimpangan gender masih ada, misalnya soal pendidikan, pendapatan, akses ke pekerjaan, kontrol sumber daya ekonomi, sampai pengaruh di sektor publik dan swasta (Klasen, dkk. dalam Marsono, 2021). Di Indonesia, ketimpangan gender masih sering terlihat di banyak aspek, kayak pendidikan, kesehatan, pendapatan, kesempatan kerja, dan peran di masyarakat. Tapi, sekarang dengan kemajuan teknologi informasi, interaksi sosial jadi lebih mudah, dan itu bisa ngerubah banyak hal, termasuk masalah gender (Marsono, 2021).

Banyak perempuan sekarang yang bisa jadi pemimpin organisasi atau pegang posisi penting, tapi tetap aja mereka ketemu hambatan, salah satunya stereotip gender. Masih banyak orang yang nganggap kalau laki-laki lebih cocok jadi pemimpin, sementara perempuan dianggap kurang kompeten. Padahal, perempuan itu punya kemampuan yang setara dengan laki-laki. Meskipun gitu, perempuan yang jadi pemimpin sering kali harus kerja lebih keras biar nggak dapat kritik yang kurang adil.

Perbedaan gender itu sering banget jadi penyebab ketidakadilan. Makanya, di Indonesia ada kebijakan yang mengutamakan kesetaraan gender, dengan harapan bisa merubah cara berpikir masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik, orang-orang diharapkan lebih terbuka dan bisa ngasih kesempatan yang sama buat perempuan.

Kesetaraan gender juga penting banget diterapin di semua jenis organisasi. Masyarakat harus paham kalau kontribusi perempuan di bidang apapun sama pentingnya dengan laki-laki. Jadi bukan laki-laki doang yang harus diutamakan. Dengan adanya kesetaraan gender di organisasi, nggak cuma perempuan yang untung, tapi organisasi itu juga bakal mendapatkan manfaat dari keberagaman perspektif dan keterampilan yang lebih luas.

Contoh nyata kesetaraan gender bisa kita lihat di Koperasi Mahasiswa (KOPMA). Di acara Expo 7, perempuan bisa jadi pemimpin utama yang berhasil menjalankan acara dengan sukses. Dengan kemampuan organisasi yang mumpuni dan pemikiran terbuka, pemimpin perempuan ini bisa ngatur tim dan mimpin seluruh rangkaian acara dengan sangat baik. Keberhasilan ini bisa jadi bukti kalau perempuan punya potensi besar buat memimpin acara besar, tanpa terhambat sama pandangan stereotip yang sering kali merendahkan kemampuan mereka. Jadi, apa kita masih meragukan kemampuan perempuan untuk memimpin? Atau, ini saatnya kita ubah pandangan dan kasih ruang lebih buat perempuan dalam dunia kepemimpinan?

Peran perempuan dalam acara ini selain penting buat ngatur jalannya kegiatan, tapi juga buat ngasih inspirasi ke anggota lain, baik laki-laki maupun perempuan supaya bisa berani tampil dan berperan aktif. Kepemimpinan perempuan di KOPMA Expo 7 jadi contoh nyata kalau kualitas kepemimpinan itu tidak bergantung pada jenis kelamin, tapi lebih ke keterampilan, pengalaman, dan semangat kerja keras buat sukses bareng.

Kepemimpinan perempuan di acara tersebut juga menciptakan suasana yang lebih inklusif, di mana setiap orang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang. Kepemimpinan yang mengedepankan kolaborasi dan komunikasi terbuka ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Terlebih lagi, hal ini juga membantu membangun hubungan yang lebih erat antar anggota KOPMA, yang pastinya bikin acaranya berjalan lancar.

Pemimpin perempuan ini juga nunjukin kalau di dunia organisasi, gender bukan faktor penentu apakah seseorang bisa sukses jadi pemimpin. Ketika diberi kesempatan tanpa diskriminasi, perempuan bisa memanfaatkan peluang itu dengan maksimal. Keberhasilan mereka dalam memimpin KOPMA Expo 7 buktiin kalau perempuan nggak cuma bisa kerja efisien, tapi juga bisa menciptakan inovasi dan solusi kreatif buat menghadapi tantangan selama acara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun