Mohon tunggu...
Sharhan Suaib
Sharhan Suaib Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apoteker Nakal

22 November 2015   22:59 Diperbarui: 23 November 2015   04:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"APOTEKER NAKAL"

       Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.

           Secara umum, pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker adalah di bidang pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi. Apoteker dapat bekerja pada instansi pemerintah, institusi pendidikan, industri farmasi/kosmetik/pangan/alat kesehatan, pedagang besar farmasi, penyalur alat kesehatan, rumah sakit, apotek, dsb.

       

           Seorang apoteker yang baru lulus juga disumpah seperti dokter. Sumpah itu dimaksudkan agar seorang apoteker bersungguh-sungguh dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya demi kebaikan manusia. Seorang apoteker dilarang menggunakan pengetahuannya untuk merugikan orang lain. Nama gelar kesarjanaan dan keprofesian seorang apoteker adalah S.Farm., Apt atau S.Si., Apt

     

       Namun kenyataannya masih banyak apoteker yang menyalah gunakan profesinya. Apoteker yang seperti ini bisa kita namakan "apoteker nakal".
Adapun contoh kecil yang sering kita jumpai di masyarakat yaitu masih banyak apotek yang menjual bebaskan obat kepada masyarakat tanpa resep dari dokter, seperti antibiotik. Padahal penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat. Salah satunya, resistensi bakteri terhadap antibiotik yang ada.

Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat, frekuensi pemberian yang keliru, dan waktu pemberian yang terlalu lama atau cepat mengurangi efikasi antibiotik sebagai pembunuh kuman. Terapi yang tidak efektif akan menimbulkan resistensi yang serius. Penggunaan antibiotik tidak rasional yang paling sering ditemukan ialah pada batuk pilek dan diare akut akibat virus.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Apoteker
http://www.iaikalbar.net/29072011/penyalahgunaan-antibiotika-makin-menghawatirkan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun