Namun sayangnya, kereta ini tidak ada gerbong khusus wanita. Sehingga, disarankan jika ibu membawa balita yang masih menyusui disarankan membawa nursuin apron. Sebab waktu itu, aku pernah melihat seorang ibu yang kesulitan harus menyusui anaknya yang lagi tantrum.
Sekitar jam 10.01, KRL Jogja-Solo pun berangkat. Yang bikin aku terkesima selama naik KRL ini ialah pemandangan dari luar jendela. Kalau KRL Jabodetabek menyuguhkan gedung-gedung, nah KRL Jogja-Solo banyak menyugugkan pemandangan sawah dan pegunungan.
Oh iya, KRL Jogja-Solo ini juga cepet banget dan berhenti di setiap stasiun enggak lama. Hanya perlu pembaca ketahui, kalau mau naik KRL ini harus tahu jadwalnya karena kereta ini tidak datang setiap 5-15 menit seperti KRL Jabodetabek.
Sekitar pukul jam 11 lewat, aku pun tiba di Stasiun Solo Balapan. Lalu, foto-foto deh bentar. Kan kapan lagi nih bisa ke Solo, hehehe.
Setelah foto-foto, aku pun tap out. Dan pas lihat sisa saldo tinggal 2.000 Rupiah. Berarti ongkos dari Stasiun Yogya ke Stasiun Solo Balapan menghabiskan 8.000 Rupiah.
Solo traveling singkat di Solo
Jujur, karena ini perjalanan random dan tanpa rencana matang. Maka, destinasi pertama yang aku kunjungi ialah Pasar Klewer.
Setiba di sana, aku pun beli beberapa batik Solo, snack untuk oleh-oleh, dan diakhiri dengan mencicipi es dawet ketan.
Harga pakaian dan makanan di sana pun relatif murah. Dan sekilas, penampakan pasarnya mengingatkanku dengan Pasar Tanah Abang.
Setelah mencicipi es dawet ketan, aku pun menuju Masjid Agung Surakarta untuk salat zuhur.