Saat ini perkembangan penggunaan teknologi yang massif, t entu mempengaruhi para pelaku ekonomi dan konsumen dalam berinteraksi. Lihat saja, kini telah banyak pelaku usaha yang bisninisnya bertransformasi dari konvensional berubah menjadi digital. Namun, sayangnya penguasaan teknologi digital belum sepenuhnya dijalani oleh pelaku usaha.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan UMKM daerah, khususnya di daerah Cirebon, JNE menggandeng Kompasiana menggelar acara JNE Kopiwriting di Olive Bistro pada Rabu, 30 Oktober 2019.
Mengusung tema "Digitalisasi Dorong UMKM Lokal Tembus Pasar Internasional" dikarenakan Cirebon memiliki potensi ekonomi yang kreatif dan lokasinya yang strategis serta ditunjang oleh akses Tol Cipali dan Bandara Kertajati, menjadikan Cirebon memiliki banyak peluang bagi pelaku UMKM.
Dalam acara tersebut, Bapak Drs. Saefudin Jupri, selaku Kabid Koperasi dan UMKM Kota Cirebon mengatakan bahwa jumlah UMKM di Cirebon mengalami peningkatan hingga 1.352 dari tahun 2013-2019. Adapun sektor bisnis yang didominasi oleh produk kuliner, yang pertumbuhannya mencapai 55 persen.
Di antara para pelaku UMKM tersebut, diketahui 12 persen di antaranya memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk mereka. Jupri mengakui, minimnya penguasaan teknologi menjadi salah satu kendala berkembangnya UMKM di Cirebon.
"Tidak semua bisa android dan kendala besar kita disitu. Makannya butuh swasta setidaknya untuk memberi pelatihan usaha di era digital. Mulai dari mengelola sampai pengepakan pengiriman," ujar Jupri.
Karena digitalisasi itu menjadi hal yang penting, terutama untuk pelaku binis. Pihaknya bersama instansi terkait pun melakukan pengembangan UMKM dengan melalui pameran, pelatihan kemasan, digital marketing, pelatihan managemen keuangan, hingga fasilitasi kerja sama dengan pembeli.
Meskipun beberapa UMKM di Cirebon masih minim dalam pemanfaatan teknologi, sebaliknya batik Trusmi sangat memanfaatkan penggunaan teknologi dalam memasarkan produknya.
Mas Choki, Direktur Pemasaran Batik Trusmi menceritakan awal mula Batik Trusmi dapat sukses hingga saat ini, berawal dari pasangan Sally Giovanny yang berjualan kain kafan, yang mana modalnya mereka dapatkan dari hasil uang kado pernikahan. Namun, karena jualan kain kafan tidak menentu, akhirnya pasangan tersebut beralih berjualan kain sebagai bahan untuk batik.
Kegigihan mereka dalam menjalankan bisnis, akhirnya membuat Batik Trusmi meraih 3 rekor muri, yaitu: toko batik terluas, pemakrasa cap batik terbesar dan edukasi pengenalan produk kain batik untuk anak sekolahan hingga wisatawan.
Kesuksesan penjualan Batik Trusmi sendiri pun tidak lepas dari penggunaan teknologi, berbagai langkah pun dilakukan Batik Trusmi guna meningkatkan penjualan, seperti promosi melalui media sosial, kerja sama dengan e-commerce, dan juga website resminya. Sehingga karena usahanya tersebut, Batik Trusmi tidak hanya terkenal di dalam negeri, bahkan produk mereka juga telah terkenal di luar negeri hingga ke Eropa.