Mohon tunggu...
Anjayani 777
Anjayani 777 Mohon Tunggu... Freelancer - Berjuang dan berjuang

Salam hangat untuk kita smw

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lie Dharmawan Sang Dokter Sejati

16 November 2014   15:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:41 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sobat-sobat netizen dimanapun kalian berada, kali ini saya akan berbagi kisah inspiratif yang akan menggugah hati sobat-sobat sekalian. Kisah ini adalah tentang seorang dokter berusia 68 tahun yang memiliki rekam jejak dan dedikasi yang sangat luar biasa bagi masyarakat -- terutama masyarakat miskin dan terpinggirkan. Dokter itu bernama Lie Dharmawan sang dokter sejati. Sedikit cerita tentang masa kecilnya yang berat, ketika Lie kecil harus ditinggalkan oleh ayahnya yang meninggal dunia. Praktis yang menjadi tulang punggung keluarganya adalah sang ibu yang rela banting tulang demi menghidupi Lie dan adik serta kakak nya. Beliau mengerjakan apa saja seperti mencuci baju, membuat kue dan mencuci piring agar kehidupan tetap berjalan. Demi kelangsungan hidup keluarganya, Lie Dharmawan kecil sempat membantu ibunya berjualan kue. Ia begitu kagum dengan perjuangan keras ibunya yang tak pernah menyerah dan putus asa dalam menghadapi sesuatu. Sang ibu juga sering mengasihi orang-orang miskin di sekitarnya. Tekad Lie Dharmawan untuk menjadi dokter datang ketika ia melihat masyarakat disekitarnya sulit untuk pergi berobat ke dokter di rumah sakit, yang disebabkan oleh faktor kemiskinan. Hal ini menyebabkan masyarakat terpaksa pergi berobat ke dukun -- karena biayanya yang lebih murah dan juga sebagai alternatif pengobatan (karena minimnya sarana pengobatan). Sebab lain mengapa Lie Dharmawan ingin menjadi dokter karena ia melihat sendiri adiknya meninggal karena penyakit diare akut dan telambat ditangani oleh dokter. Kedua hal itulah yang membuat lie darmawan bertekad kuat untuk menjadi seorang dokter. Namun apa daya, ketika di sekolah ia menyampaikan cita-citanya yang ingin menjadi dokter, ia hanya mendapatkan tertawaan dari teman-teman seisi kelas, disebabkan karena ia miskin sehingga tidak bisa masuk ke jurusan kedokteran. Namun ia tetap bertekad kuat, kelak ia benar benar membuktikan cita citanya itu. Lie Dharmawan pun sadar bahwa cita citanya untuk menjadi dokter bisa dikatakan sangat berat. Namun seberapa berat masalah jika dengan tekad kuat dan kerja keras pasti akan tercapai karena yang namanya kerja keras tak pernah menghianati pengorbanan, selalu ada hasil manis dari pengorbanan itu. Selain belajar dengan keras, setiap pukul enam pagi hari, ia selalu pergi ke gereja yang berada didekat sekolahnya dan kemudian berdoa dengan doa yang sama yang selalu ia ulang-ulang selama bertahun-tahun.

"Tuhan, aku mau jadi dokter yang kuliah di Jerman"

Di tahun 1965, Lie Dharmawan kemudian lulus SMA dengan prestasi yang cemerlang. Walau begitu, berkali-kali ia mendaftar di fakultas kedokteran yang ada dipulau Jawa, ia tidak pernah diterima. Kesempatan kuliah akhirnya ada ketika ia diterima masuk di fakultas Kodekteran di Universitas Res Publica (URECA) dimana universitas ini didirikan oleh para petinggi organisasi Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia tahun 1958. Namun baru bebrapa hari kuliah, kampusnya dibakar oleh massa. Akhirnya ia tidak dapat melanjutkan kuliuahnya, dan Lie Dharmawan kemudian memutuskan untuk menjadi pekerja serabutan untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya guna membeli tiket ke Jerman untuk melanjutkan cita-citanya.Di usianya yang menginjak 21 tahun, Lie Dharmawan pun mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di Berlin Barat, Jerman namun tanpa dukungan beasiswa. Dengan tekad yang kuat ia akhirnya diteriman di fakultas Kedokteran Free University, Berlin Barat. Dan untuk memenuhi biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya, Lie Dharmawan kemudian bekerja sebagai kuli bongkar muat barang. Selain itu, Lie juga bekerja di sebuah panti jompo yang salah satu tugasnya adalah membersihkan kotoran orang tua berusia 80 tahunan. Lie Dharmawan tetap berprestasi sekalipun sibuk bekerja, sehingga ia mendapat beasiswa. Beasiswa itu semuanya ia gunakan untuk biaya sekolah adik-adiknya. Tahun 1974, Lie berhasil menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar M.D. (Medical Doctor). Empat tahun setelahnya, Lie sukses menyandang gelar Ph.D. Melalui perjuangan tanpa kenal lelah selama sepuluh tahun, Lie akhirnya lulus dengan membanggakan dimana ia lulus empat spesialisasi -- yakni ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah. Cita cita semasa kecilnya akhirnya tercapai.Selama enam bulan Lie bekerja di Semarang kemudian ke RS Rajawali, Bandung. Tahun 1988, Lie berkarir di RS Husada, Jakarta hingga saat ini. Kegiatan sosial pertama Lie sebagai seorang dokter bedah di Indonesia dilakukan saat mengoperasi secara cuma-cuma seorang pembantu rumah tangga tahun 1988. Selanjutnya, Lie juga terus mengupayakan bedah jantung terbuka (bedah di mana jantung dihentikan dari pekerjaannya untuk dibuka kemudian diperbaiki). Bedah semacam ini melawan arus karena butuh peralatan yang lebih canggih dan mahal, namun harus dilakukan dalam operasi skala besar. Tahun 1992, Lie akhirnya sukses melangsungkan bedah jantung terbuka untuk pertama kalinya di rumah sakit swasta di Jakarta itu. Jangankan berobat, jika makan sehari-hari pun sulit. Kesadaran ini menerpa batin Lie begitu kuat hingga akhirnya bersama Lisa Suroso (yang juga aktivis Mei 1998) mendirikan sebuah organisasi nirlaba di bidang kemanusiaan dengan nama doctorSHARE atau Yayasan Dokter Peduli—sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan medis dan bantuan kemanusiaan. DoctorSHARE bekerja didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan etika medis. DoctorSHARE memberikan pelayanan medis secara cuma-cuma di berbagai wilayah Indonesia. Selain pengobatan umum di berbagai sudut Indonesia, program awal DoctorSHARE adalah pendirian Panti Rawat Gizi) di Pulau Kei, Maluku Tenggara. Dr Lie Darmawan tidak pernah lupa kata-kata Ibunya sejak kecil yang ia pegang terus sampai ia berhasil menjadi dokter dengan keahlian empat spesialis bedah.

"Lie, kalau kamu jadi dokter, jangan memeras orang kecil atau orang miskin. Mungkin mereka akan membayar kamu berapapun tetapi diam-diam mereka menangis di rumah karena tidak punya uang untuk membeli beras".

Perlu diketahui, saat ini Dr Lie tengah sibuk dengan kegiatannya di Rumah Sakit Kapal (RSA) yang didirikannya pada tahun 2013. Rumah Sakit terapung itu telah berlayar ke berbagai pulau di pelosok Indonesia (yang tak terjangkau oleh pemerintah). Sampai saat ini sudah 1600 lebih pasien dari berbagai pelosok Indonesia yang sudah diobati oleh sang dokter. Dan perlu sobat-sobat ketahui, semua pengobatan itu GRATIS alias tanpa biaya sepeserpun. Sang dokter sangat kekeuh untuk melayani masyarakat tanpa mengejar materi. Pengabdian yang luar biasa tersebut tak lepas dari andil sang ibu yang telah memberikan inspirasi bagi sang dokter yang hebat ini. Semoga menjadi inspirasi bagi sobat-sobat semua. Salam kreatif! (Kunjungi: SharedOne.org)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun