Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... -

manis, murah senyum, suka petualangan alam

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Legitnya Sejarah Gula, Lezatnya Seafood Pantai Drini

16 September 2011   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sih yang tidak kenal gula, produk manis yang dihasilkan dari pengolahan air tebu itu? Tapi berapa banyak yang sudah bertandang ke Museum Gula ? Lokasinya sekitar 5 km dari tempat kelahiranku Klaten, tepatnya di JL Klaten-Jogja Km 5 Plawikan Jogonalan Klaten-Jawa Tengah.

Museum Gula didirikan pada tanggal 11 September 1982 atas prakarsa H. Soepardjo Roestam yang pada saat itu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Museum ini didirikan untuk menyongsong Konggres Gula Sedunia ke XIX di Jakarta pada Tahun 1986 yang menetapkan Pabrik Gula (PG) Gondang Baru dan Museum Gula Jawa Tengah sebagai tempat untuk dikunjungi para peserta kongres sekaligus objek penelitian.

Cukup membayar tiket masuk Rp 5.000,- per orang, kita sudah bisa memanjakan mata dengan berbagai foto-foto dan alat-alat perkebunan serta produksi gula jaman dahulu yang diharapkan dapat memperkaya pengetahuan para pengunjungnya.

Di ruangan pertama kita disuguhi master plan pemukiman pabrik gula Baturaja I dan foto-foto pabrik-pabrik gula yang berjaya pada jamannya. Awalnya di Jawa Tengah ada sekitar 50 pabrik gula, namun pada masa penjajahan Jepang banyak yang dihancurkan dan beralih fungsi untuk keperluan perang Jepang hingga akhirnya tersisa 13 pabrik. Akibat bertambahnya penduduk yang mendorong berkurangnya lahan pertanian serta menipisnya pasokan bahan baku tebu,5 pabrik gula akhirnya terpaksa berhenti beroperasi. Saat ini hanya ada 8 pabrik gula yang masih melakukan proses produksi, salah satunya adalah PG Gondang Winangoen yang terletak di sebelah kiri Museum. Di ruangan ini kita juga dapat melihat maket bukaan lahan dengan sistem Reynoso penemuan Don Alvaro Reynoso yang diterapkan di Jawa pada tahun 1863.

Di ruangan berikutnya, terpampang beberapa foto tentang budidaya tebu dengan sistem Reynoso dengan keterangan di bawahnya yang masih menggunakan bahasa Belanda. Selain itu terdapat lemari besar dimana tersimpan berbagai peralatan perkebunan yang digunakan di jaman itu  seperti garpu ladang bermata dua, pancir, sabit, pacul dan sebagainya.

Di ruangan ke tiga terdapat berbagai jenis tebu yang diawetkan dalam tabung-tabung besar. Ada PS30, PS 56, Bz 132, Bz 134, dan ada pula awetan berbagai hama tanaman tebu seperti tikus, kumbang penggerek batang, penggerek pucuk serta uret. Selain itu berbagai jenis gulma juga dipajang di situ terdiri atas tumbuhan tuton, leng-lengan, patikan, romotan, alang-alang, lulangan dan grinting. Kita juga dapat melihat berbagai alat penyemprot hama dan alat-alat penggiling tebu.

Melangkah ke ruangan di sebelah kanan, berdiri tegak sebuah lemari kaca yang berisi aneka peralatan laboratorium kuno. Ada mikroskop jaman baheula, timbangan, labu vakum, bezink glas dan ada beberapa botol kecil yang berisi gula bermutu tinggi sesuai standar Belanda pada jaman itu.Selanjutnya terdapat maket PG Tasikmadu yang diperbaharui pada tanggal 20 Mei 1926. Di ruangan terakhir kita bisa melihat berbagai mesin yang berhubungan dengan administrasi kantor semacam mesin hitung Marchant tahun 1911, mesin tulis Underwood, mesin jumlah Dalton, dan sempoa. Di dinding kanan berderet foto para pejabat yang pernah memimpin PG Gondang Winangoen dan foto pendiri PG Colokmadu serta PG Tasikmadu,Kangdjeng Goesti P.A.A. Mangkoenagoro de Vierde.

Keluar dari Museum Gula, perjalanan dilanjut sekitar 51 km arah ke selatan atau 1,5 jam bila menggunakan mobil pribadi. Di sana telah menanti keindahan Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang dan Pantai Drini yang meski letaknya berdampingan namun masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Keempatnya berlokasi di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Hanya dengan membayar tiket Rp. 2.000,- kita bisa menikmati panorama indah dari keempat pantai itu sekaligus. Wow !

Pantai Baron merupakan pantai pertama dalam gugusan pantai ini. Sepanjang perjalanan menuju ke sana kita akan  disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan berupa bukit-bukit karang yang ditumbuhi pohon jati. Sangat eksotis, alami, dan menyegarkan mata. Jalan yang berkelok-kelok dan naik-turun pun turut menghadirkan kesan tersendiri.

Pantai Baron diapit oleh dua bukit di kanan-kirinya dan merupakan titik temu air laut dengan air tawar dari sungai yang bermuara di satu sudut pantai. Di sini kita dapat berenang sepuasnya namun harus tetap waspada dan hati-hati karena ombak di Pantai Baron cukup besar . Setelah puas berenang di laut, kita bisa mandi di muara sungai yang airnya sangat segar dan relatif bebas polutan. Pasir berwarna coklat kehitaman menghampar di sepanjang pantai. Anak-anak bisa bermain pasir sepuasnya tanpa takut tersapu ombak. Di atas pasir berdiri payung-payung besar berwarna-warni yang disewakan bagi para pengunjung agar tidak terlalu tersengat sinar matahari. Di belakangnya terdapat berderet perahu-perahu milik para nelayan yang sedang istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun