Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... -

manis, murah senyum, suka petualangan alam

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengalahkan Takut, Menjelajah Bawah Laut

11 November 2011   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:48 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya setiap kali melihat laut yang indah dan begitu luasnya, aku sedikit kecewa karena hanya bisa memandang dari kejauhan. Hanya sebatas berlari-lari dipantai ,bermain-main dengan ombak dan bermain pasir. Besar keinginan untuk bisa berenang di tengah lautan, melihat indahnya panorama di bawah permukaan laut dan melayang-layang bebas di dalamnya tapi rasa ketakutan ternyata lebih dominan menguasai diriku.

Sampai akhirnya sebuah pertemuan unik dengan salah seorang pendiri organisasi pelatihan alam bebas Yayasan Kapinis, Kang Wawan, berhasil mendorongku untuk merealisasikan hal yang sangat kudambakan itu. Berkat bimbingan beliau, akhirnya aku bisa berenang di tengah lautan dan menyelami keindahan bawah laut.

Awalnya pelajaran menyelam dilakukan di kolam renang yang mempunyai kedalaman 6 meter atau disebut juga dengan level Open Water. Tahapan ini wajib ditempuh oleh seorang calon diver untuk mendapat sertifikat tingkat pertama atau bintang satu. Pelajaran pertama adalah snorkeling (selam permukaan) atau skin diving yaitu kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan masker, snorkel dan fin (sepatu kaki katak).

Masker yaitu jendela buat kita untuk melihat dunia bawah air, memungkinkan kita melihat lebih jelas karena ada rongga udara antara lensa dengan mata yang terbuat dari silicone. Snorkel membantu kita untuk bernafas dipermukaan air tanpa perlu mengangkat kepala kita dari air bentuknya berupa selang berbentuk huruf J dengan pelindung mulut di bagian ujung sebelah bawah. Bahan snorkel merupakan kombinasi silicon, neoprene dan plastik. Bagian ujung atas terbuat dari plastik, bagian bawah dan mouthpiece terbuat dari silicone atau karet neoprene dengan panjang  tidak lebih dari 17 inchi atau 42 cm. Sedangkan fin berfungsi membantu kita bergerak di air lebih cepat.

Pertama kali belajar snorkeling, terasa kaku karena setiap hari kita terbiasa menghirup udara dan menghembuskannya melalui  hidung, sementara snorkeling menuntut kita bernafas melalui mulut.Begitu juga awal menggunakan fin, akan terasa berat dan aneh karena kaki jadi terasa panjang, namun lama kelamaan akan terbiasa.

Setelah belajar snorkeling, barulah kita belajar diving di kolam renang. Adapun alat yang diperlukan pada saat diving terdiri dari tangki scuba, rompi apung (Bouyancy Compesator device) dan sabuk pemberat. Materi pelajaran diving di kolam renang  antara lain cara merakit peralatan selam sampai siap digunakan, cara memakainya, menggunakan mouth piece, dan masker clearing cara membersihkan masker di dalam air serta simulasi diving di laut, termasuk belajar mengatur bouyancy (daya apung).  Juga menentukan seberapa banyak logam pemberat yang akan digunakan apabila diving di laut dan ketrampilan lain yang sangat berguna pada saat kita menyelam di laut.

Setelah pelajaran di kolam renang dinilai cukup, tibalah saat yang dinantikan berupa snorkeling dan diving di laut lepas. Di laut kita akan mempraktekkan penyelaman yang sesungguhnya dengan berbekal ketrampilan yang telah kita peroleh pada saat latihan di kolam renang, serta kita harus menempuh ujian akhir untuk mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi ini sebagai tanda bahwa kita telah menempuh pendidikan dasar menyelam dan layak untuk melakukan aktivitas scuba diving.

Saat snorkeling, pemandangan bawah air bisa kita lihat sambil berenang dengan wajah menghadap ke permukaan air dan bernafas melalui snorkel. Snorkeling ini bisa dilakukan juga oleh orang yang tidak bisa berenang, biasanya dibantu dengan rompi pelampung agar tubuh tetap mengapung di air. Walaupun aku sudah bisa berenang, pada saat pertama snorkeling di laut tetap merasa takut. Terutama bila terpikir bagaimana cara beristirahat apabila kita merasa lelah di laut yang tak bertepi itu,belum lagi kengerian bila mengingat kedalaman laut yang tidak terukur.

Pada saat pertama kita bersnorkeling, setiap kali terjun ke laut biasanya kita selalu mencari coral yang tinggi untuk dijadikan pijakan apabila terasa lelah atau capek. Namun setelah tahu teknik beristirahat di tengah laut dan melihat betapa indahnya kehidupan di bawah laut yang merupakan habitat terumbu karang, bulu babi, dan coral yang beraneka warna; maka ketakutan itu akan sirna dengan sendirinya. Bahkan selain istirahat kita juga bisa mengobrol  di tengah laut atau menyelam ke dalam air (duck dive) sembali mengejar-ngejar ikan yang berwarna- warni.

Kita tidak boleh menyelam sendirian, minimal harus berdua, hal ini untuk menjaga keselamatan penyelam karena bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diharapkan keduanya dapat saling membantu. Ada beberapa bahaya yang harus diperhatikan saat kita berada di kedalaman air maupun pada saat naik ke permukaan yaitu squeeze, vertigo/pening, keracunan nitrogen, dan penyakit dekompresi. Pencegahan bisa dilakukan dengan cara selalu melakukan equalizing atau pepping, yakni turun tidak terlalu cepat, tidak menyelam terlalu lama, dan naik ke permukaan laut tidak boleh terlalu cepat.

Tempat-tempat diving yang pernah saya kunjungi adalah Pulau Menjangan dan Pulau Tulamben (Bali), juga rangkaian pulau di kawasan Kepulauan Seribu- Jakarta seperti Soft Coral, Pulau Karya, APL, Semak Daun, Pulau Pramuka, Pulau Tidung, dan Karang Sempit. Selalu ada hal-hal baru yang khas di tempat diving itu. Misalnya di Pulau Tulamben, kita akan dimanjakan oleh karang hidup dan sponges berwarna terang yang menutupi hampir seluruh permukaan bangkai kapal perang USS Liberty yang selama puluhan tahun teronggok begitu saja di bawah air. Masih ada pula ribuan ikan beraneka jenis  yang berbaur dengan  kita tanpa rasa takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun