Menulis memang terlihat sepele dan sederhana. Namun sebenarnya dibalik guratan pena, susunan kata, kesatuan kalimat, rentetan angka dan huruf berbagai peradaban telah silih berganti. Sebagian tumbang menyisahkan informasi dan identifikasi yang akurat. Sebagian lain musnah begitu saja sebab tidak ada data dan nihil informasi tulis.
Bagi sebagian orang, menulis adalah kegiatan yang sangat menjenuhkan karena di dalam kegiatan tersebut sering didapatkan masalah seperti kesulitan menemukan ide, dan mengolahnya menjadi kata-kata.
Dalam menulis kita membutuhkan banyak bahan referensi atau sumber untuk mencari data. Hal tersebut seringkali membuat kita menemukan hal-hal baru baik informasi maupun kosakata sekaligus menambah pengetahuan si penulis.
Menulis bukanlah kegiatan instan yang bisa lancar dilakukan hanya dalam sekali waktu. Butuh waktu secara terus menerus agar lebih mematangkan tulisan kita. Kegiatan pengumpulan data, penyuntingan dan revisi agar hasil tulisan sesuai dengan yang diinginkan. Hal itu membuat kita lebih bisa mengatur waktu dengan baik.  Seperti ungkapan seorang penulis asal Inggris Charles Bixton, "Kau tidak akan pernah menemukan waktu untuk segala sesuatu. Jika kau menginginkan waktu, kau harus menciptakannya."
Saya juga tertarik dengan dua pendapat penulis senior negeri ini, Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan,Â
"Orang boleh pandai setinggi langit tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
"Karena kau menulis, suaramu tidak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari."
Felix Y. Siauw juga mengatakan, "Berbicara itu mudah namun sulit dipertanggung jawabkan. Menulis lebih sulit namun lebih mudah dipertanggung jawabkan."
Ahmad Syauqi seorang penulis Mesir mengatakan, "Jika anda meninggalkan harta warisan benda, tidaklah kekal. Tetapi jika anda mewariskan karya tulisan, nama anda akan abadi."
Helvy Tiana Rosa juga mengatakan, "Saya menulis bukan hanya untuk dunia, tetapi juga demi akhirat saya."