Pandangan sinis, bentuk penjauhan merupakan hal yang seringkali dirasakan oleh orang-orang yang berusaha tampil beda. Maksud dari tampil beda disini adalah menggunakan pakaian yang "minim" seperti menggunakan celana pendek ataupun baju tidak berlengan. Â
Apabila melihat orang yang menggunakan pakaian seperti itu, umumnya akan menjadi "sorotan" bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Tidak hanya sorotan, namun juga beberapa kalimat yang secara tidak langsung menuduh orang tersebut memiliki pekerjaan serta latar belakang yang buruk. Â
Walaupun pada kenyataannya cara berpakaian seseorang tidak ada yang salah. Namun situasi tersebut akan lebih sering dijumpai di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan budaya dan agama yang terdapat di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritasnya adalah penduduk muslim.Â
Berdasarkan data dari ibtimes.id, Indonesia adalah negara muslim terbesar sebesar 87,2% penduduk Indonesia yang beragama muslim. Dengan mayoritas penduduk muslim tersebut, maka berpakaian lebih tertutup merupakan hal yang sering ditemui di Indonesia.
Salah satu Dimensi dari Hofstede yaitu budaya Kolektivisme. Budaya kolektivisme memiliki masyarakat yang hidup dengan kepentingan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan individu (Samovar, 2017).Â
Indonesia lebih memiliki sifat budaya kolektivisme yang tinggi, hal tersebut dikarenakan masyarakat Indonesia lebih sering melakukan segala aktivitas secara bersama-sama dan lebih mementingkan kepentingan kelompok.Â
Hal tersebut dapat kita lihat bahwa masyarakat Indonesia lebih suka bergotong royong dalam mengerjakan suatu hal, dan bermusyarawarah saat menentukan sebuah keputusan secara bersama.
Hal tersebut menyebabkan budaya yang ada di Indonesia akan lebih melekat di kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh yaitu dari cara berpakaian, masyarakat Indonesia akan lebih merasa menaruh perhatian yang lebih apabila ada seseorang yang tampil berbeda dalam sebuah kelompok masyarakat.
Pandangan, persepsi, dan aksi-aksi non verbal yang didapat tersebut muncul karena adanya high context di masyarakat Indonesia. Komunikasi atau pesan yang high context merupakan komunikasi yang sebagian besar informasi sudah dimiliki oleh orang (Samovar, 2017).Â
Masyarakat yang sudah terbiasa melihat cara berpakaian yang lebih tertutup dan juga ajaran agama yang mengajarkan untuk selalu menggunakan pakaian yang tidak memperlihatkan aurat. Masyarakat akan merasa aneh dan juga memiliki persepsi yang cenderung negatif.
Masyarakat juga akan memberikan respon seperti memandang orang yang berbeda tersebut, lirikan, penjauhan  dan bentuk pesan non verbal lainnya.Â