Mohon tunggu...
Shania Situmorang
Shania Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

You Only Live Once

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming, Wisata Corona di Indonesia

30 Maret 2021   10:29 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:33 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : elwecartoon.id / LAGI

Di era pandemi Covid-19 mengharuskan warga dunia untuk membatasi adanya interaksi dengan individu lain, begitu pula dibatasinya kegiatan- kegiatan yang mengharuskan warga untuk datang ke ruang publik. 

Lebih parahnya negara- negara di dunia sempat melakukan lockdown, dimana warganya tidak dapat keluar rumah ataupun berkumpul, serta berhenti beroperasinya transportasi umum, tutupnya pertokoan dan juga pemberhentian kegiatan publik seperti sekolah, kantor, dan lainnya. 

Dalam hal ini juga termasuk tutupnya pintu masuk pariwisata di seluruh negara di dunia. Tetapi apa yang terjadi di Indonesia menyebabkan culture jamming karena adanya postmodernisme.

Postmodernisme dan Culture Jamming

Postmodernisme pertama kali dikenalkan oleh Jean-Francois Lyotard pada tahun 1970-an dalam bukunya yang berjudul " The Postmodern Condition: A Report of Knowledge". 

Jean mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme (Maksum, 2014, Hal. 305-306). 

Buchari (2008) menuliskan postmodernisme adalah abad, zaman era, generasi dan periode, atau paham dan aliran dengan berbagai persoalannya. Postmodernisme ini merupakan sebuah kritik dari modernisme. Dari kritik ini maka keluarlah istilah culture jamming.


Culture jamming sendiri hadir pada tahun 1980 sampai 1990an yang merupakan suatu bentuk baru politik representasi. Pada praktiknya culture jamming ini yaitu memberikan pesan melalui media massa, seperti iklan, meme , ataupun karya lain melalui sindiran artistik. Orang-orang yang melakukan kegiatan culture jamming ini kerap disebut jammers. Para jammers melakukan kegiatan ini biasanya untuk menyindir isu yang sedang ada di negara maupun dunia, seperti isu politik, sosial, dan juga isu lingkungan, serta isu lainnya. Penyebaran pesan dari jammers sendiri terlihat unik dan dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat, seperti mengedit gambar logo, sebuah foto dengan caption, ataupun dari sebuah gambar/ cartoon seperti komik.

Wisata di Indonesia

Pada awal gemparnya corona di dunia, setiap negara menjadi memberi perhatian lebih agar virus itu tidak masuk ke wilayah negaranya. Tetapi pada masa itulah negara Indonesia menolak masuknya virus corona ke Indonesia, dimana dilansir oleh kompas.com bahwa banyaknya pernyataan dari pejabat negara bahwa virus tidak dapat masuk ke Indonesia. Dari pernyataan yang beredar di Indonesia dimana warga Indonesia punya imun yang kuat karena mengonsumsi berbagai jamu ataupun ramuan tradisional.


Walaupun belum masuk virus covid-19 di negara selain China tetapi, negara dunia telah menutup pintu masuk ataupun pariwisata di negara mereka. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Indonesia. Adanya dana insentif yang diberikan pemerintah untuk menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. "Terdiri dari alokasi untuk airlines dan (travel) agent diberikan diskon khusus ataupun semacam insentif totalnya Rp 98,5 miliar. Kemudian ada untuk anggaran promosi Rp 103 miliar dan juga untuk kegiatan turisme sebesar Rp 25 miliar dan (media relation) dan influencer sebanyak Rp 72 miliar," ucap Airlangga (Kompas.com, 2020). Dana yang banyak itu dikeluarkan pemerintah untuk pertahanan ekonomi dari pariwisata di Indonesia, tetapi apakah itu harus dilakukan sedangkan adanya virus yang melanda dunia terkhusus Indonesia.


Peran pemerintah ini memberikan reaksi yang berbeda pada masyarakat. Ada masyarakat yang senang karena dapat berwisata dengan modal yang murah, dimana banyaknya penurunan harga seperti pada maskapai pesawat, dan berbagai penginapan. Tetapi banyak juga yang berpendapat berbeda dimana ditengah pandemi sudah seharusnya kita menjaga- jarak, apalagi di Indonesia dimana tidak diadak lockdown menyeluruh senegara, hanya di kota- kota besar saja. Pendapat ini di ilustrasikan oleh jammers lewat elwecartoon.id dalam postingannya yang berjudul LAGI “BU”

Sumber : elwecartoon.id / LAGI
Sumber : elwecartoon.id / LAGI

Pemerintah tidak memperketat arus masuk wisatawan ke Indonesia. Bahkan menyewa buzzer promosi wisata, menurunkan tiket pesawat dan kemudahan-kemudahan lain untuk menarik kunjungan wisatawan. Hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara lain yang membatasi kunjungan ke negara mereka. Seperti Arab Saudi yang membatalkan kedatangan jamaah umroh Indonesia.

“BU” sendiri adalah butuh uang. Dalam hal ini jammers yang merasa aneh dengan peran pemerintah pada era pandemi ini, dimana bukanya terjadi jaga jarak tetapi menjadi ajang pariwisata Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun