Mohon tunggu...
Shania PutriLestari
Shania PutriLestari Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Trunojoyo Madura

Feminist

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Indonesia

20 Desember 2023   23:03 Diperbarui: 21 Desember 2023   01:13 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat situasi pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda, anak-anak pribumi mendapat pendidikan terbatas. Mereka mendapat pembelajaran berhitung, menulis seperlunya dan memperhatikan status sosial siswa. Para koloni juga memberikan pembelajaran bahasa belanda dan minimnya pembelajaran tentang budaya lokal Indonesia. Mereka mendapat pendidikan tidak secara cuma-cuma tetapi dengan tujuan untuk menjadi pembantu dalam urusan perdagangan Belanda. Olehnya, Pendidikan bagi warga pribumi dikemas secara materialis, intelektual dan  sesuai tujuan belanda. Dari sini dapat kita lihat belanda tidak semata hanya ingin mensejahterakan pribumi melalui politik etis, tetapi juga ingin mendapat keuntungan lebih dari hasil bumi Indonesia. Rakyat Indonesia mengalami alienasi atau keterasingan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Semua bentuk keterasingan tersebut harus dihilangkan demi mewujudkan rakyat Indonesia yang utuh dan merdeka.

Berikut penjelasan secara singkat perjalanan pendidikan Indonesia di zaman kolonial hingga masa kini.

  • Perjalanan pendidikan di indonesia diawali dengan pendidikan zaman kolonial di tahun 1854. Belanda membentuk sekolah untuk mendidik calon pegawai yang akan dipekerjakan memenuhi kekurangan tenaga pekerja dan untuk kepentingan kolonial seperti bidang ekonomi dan administrasi. Pribumi hanya mendapat Pendidikan yang seperlunya saja seperti membaca, menulis dan menghitung. Ketika mereka mendapatkan ilmu pengetahuan, mereka akan dipekerjakan untuk  mengelola bisnis Belanda "sekolah bumi Putera" menyediakan 3 kelas untuk mendidik pembantu dalam mendukung usaha Belanda.
  • 1920 munculnya cita-cita baru atau perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran dari gerakan nasionalis di Indonesia yang menuntut perubahan khususnya di bidang pendidikan. Gerakan ini menciptakan semangat solidaritas antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat Indonesia.
  • 1922 lahirnya taman siswa di Jogyakarta sebagai gerbang kemerdekaan, kebebasan kebudayaann bangsa. Ki Hajar Dewantara peran penting  dari perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Keberadaannya dalam menentang penjajahan Belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Dengan mendirikan perguruan tersebut ia bercita-cita agar bangsa Indonesia merdeka lahir batin. Salah satu Semboyannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan). 

Perjalanan panjang dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Dimulai dari Pendidikan masa penjajahan kolonial Belanda hanya terbatas pada kelompok terpilih dan berfungsi untuk mendukung kepentingan Belanda, sementara kurang menanamkan semangat nasionalisme dan nilai-nilai ketuhanan. Kini pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia serta membentuk manusia yang Merdeka berkat perjuangan Ki Hadjar Dewantara dan para pelopor gerakan nasionalis di Indonesia.

KHD sebagai pelopor pendidikan Indonesia merumuskan lima asas pendidikan yang dikenal dengan "panca darma”. Panca Dharma yang terhimpun dalam konsepsi adalah: asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. 1. Memberi (Kemerdekaan) dan kebebasan kepada peserta didik, namun yang terbatas oleh tuntutan (Kodrat alam) yang hak atau nyata, dan diarahkan menuju arah (Kebudayaan) agar kebudayaan dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup, diri dan masyarakat, maka perlulah menggunakan dasar (Kebangsaan) yang selaras dan tidak bertentangan dengan dasar (Kemanusiaan).

Kurikulum Merdeka yang saat ini diterapkan dalam pendidikan Indonesia selaras dengan pemikiran KHD. Proses pembelajaran menerapkan pentingnya kemandirian peserta didik dalam menentukan pilihan mereka di kemudian hari dengan kemampuan alami peserta didik dan memberikan kemandirian. Tetapi Kebebasan  ini  diatur  dan  memiliki batasan tertentu melalui pemantauan guru. Sehingga peserta  didik tetap  dalam  koridor yang  sejalan  dengan  tujuan pendidikan untuk  membangun karakter dan pribadi luhur bangsa.

Gerakan transformasi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bermanfaat untuk memajukan bangsa tanpa membedakan agama, etnis, suku, budaya, latarbelakang  serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan. Pendidikan yang diberikan tidak hanya membentuk manusia cerdas yang diukur melalui nilai angka, tetapi hal penting lainnya adalah karakter, moral, akhlak, berbudaya, setara, mampu mengembangkan potensi diri sendiri, mampu beradaptasi sehingga dapat menjadi pribadi yang unggul memiliki nilai demokratis.

Sebagai guru di masa depan, satu Langkah konkrit yang perlu dilakukan para guru untuk mendalami dan menerapkan pemikiran KHD dalam pembelajaran sebagai berikut:

  • Memperbanyak berbagai sumber atau referensi buku yang relevan yang nantinya guru dapat dengan matang menerapkan beberapa pemikiran KHD yang disesuaikan dengan kondisi pendidikan dan peserta didik saat ini.
  • Mempelajari filososfi pendidikan indonesia, melihat cakupan pembahasan yang membahas tentang sikap, pengetahuan, dan keterampilan individu dalam memaknai dan menghayati dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) sebagai filosofi pengembangan Pendidikan Nasional. Dengan mempelajari dasar Pendidikan KHD kita dapat menjadikan pemikiran KHD sebagai acuan mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada anak sesuai dengan keberagaman konteks sosial budaya dan nilai-nilai luhur Indonesia serta menghindari pendidikan yang bercorak otoriter, karena hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam pencapaian tujuan Pendidikan.

sumber :

Angga, Febriyatko, dkk. 2023. Titik Temu Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Basa Vol. 3, No. 1.

Kusmanto, Benedictus dan Widodo A. Sri. 2016. Pola Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Managemen Pendidikan - Vol. 11, No. 2

Susilo, Sigit. 2018. Refleksi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam  Upaya Mengembalikan Jati Diri Pendidikan Indonesia. Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 No.1

Youtube : https://youtu.be/M90E2vT7zF4 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun