Mohon tunggu...
SHANDY NOVILYA
SHANDY NOVILYA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hello

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Wayang Golek Cepak Santri, Eksistensi, dan Entitas Pengembangan Budaya di Tegal

20 April 2021   14:37 Diperbarui: 20 April 2021   15:45 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya TegalKi Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya Tegal-dokpri

Talang, Tegal (30/3/2021), mahasiswi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) PGSD UMS tahun 2021 (Shandy Novilya Purwanti) melaksanakan kegiatan KKL sesuai dengan arahan dari program studi PGSD. Kegiatan KKL pada tahun ini memiliki konsep yang berbeda dari kegiatan KKL sebelumnya karena terdapat dua pilihan yaitu KKL Kelompok yang terdiri maksimal hanya 3 mahasiswa dan KKL Individu. 

Kegiatan KKL yang dilakukan seperti ini dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang tidak memperbolehkan banyak mahasiswa untuk berkerumun. Untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi penyebaran virus Covid-19, maka Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan KKL kepada mahasiswa dengan tema “Mengekspos Budaya Khas Daerah Asal Mahasiswa”.

Mahasiswa harus melaksanakan kegiatan KKL dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan dilarang membawa senjata tajam. Kegiatan KKL yang dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 ini diusahakan harus berada di sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa itu sendiri. Salah satu mahasiswa PGSD UMS mengikuti kegiatan KKL ini di Sanggar Putra Satria Laras, Desa Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kegiatan KKL dengan menyesuaikan tema yang telah ditetapkan, membuat mahasiswa PGSD UMS mengangkat budaya tentang eksistensi wayang golek cepak santri dan entitas pengembangan budaya tentang wayang golek cepak santri di Tegal.

Menurut Ramdhani dan Hafiz (2017), wayang golek ialah salah satu kesenian Indonesia yang memiliki fungsi estetika, hiburan, dan nilai moral yang ditujukan kepada masyarakat. Wayang golek berasal dari kayu yang diukir membentuk suatu tokoh dengan bentuk tiga dimensi. Wayang golek santri berasal dari wayang golek cepak yang ditampilkan dengan nuansa islami. Wayang golek santri merupakan salah satu kesenian budaya yang ada di Tegal, baik di wilayah kabupaten maupun kota. Wayang golek santri berhasil dijadikan sebagai keunikan budaya Tegal di wilayah lokal maupun nasional karena kehandalan Ki Enthus Susmono dalam membuat karya yang baru.

Awalnya ditujukan kepada santri, namun sekarang ditujukan kepada masyarakat khalayak umum untuk memperbaiki kehidupan agama, budaya, ekonomi, maupun politik pada masyarakat menjadi lebih baik. Wayang golek santri terus berkembang sebagai suatu karya budaya dengan memiliki berbagai fungsi dan kegunaannya. Wayang yang telah dikembangkan oleh alm. Ki Enthus Susmono, dilanjutkan oleh satu anak laki-lakinya yang bernama Haryo Susilo atau sering disebut dengan Ki Haryo Enthus Susmono. Dalam kepiawaiannya memainkan wayang golek santri semenjak kelas 6 SD dan dilanjutkan pada tahun 2018 setelah Ki Enthus Susmono wafat, dalang muda atau dalang milenial yang disebut oleh kalangan kaum muda, Ki Haryo Enthus Susmono sangat disenangi oleh masyarakat maupun pecinta kesenian di wilayah Tegal bahkan luar Tegal.

Ki Haryo memainkan wayang golek lakon Lupit-dokpri
Ki Haryo memainkan wayang golek lakon Lupit-dokpri
Sanggar yang menjadikan wayang golek santri semakin terkenal berasal dari Sanggar Putra Satria Laras yang berlokasi di Desa Bengle, Kabupaten Tegal. Sanggar ini berdiri pada bulan April tahun 2020 dan diresmikan pada tanggal 25 November 2020 oleh Bupati Tegal Ibu Dra. Hj. Umi Azizah. Berkembangnya teknologi yang semakin pesat, membuat kesenian wayang golek mulai ditinggalkan. Masyarakat yang kurang tertarik dengan hadirnya wayang, membuat sanggar ini memiliki inovasi dan semangat yang lebih besar dalam mengembangkan budaya dengan membuat wayang golek cepak santri untuk dihadirkan kepada masyarakat. Eksistensi wayang golek cepak santri dengan membawakan lakon atau tokoh Lupit dan Slentheng membuat masyarakat terhibur dan semakin dikenal oleh masyarakat luas karena tetap menerapkan nilai keagamaan yang biasa dilakukan oleh santri.

Wawancara dengan Ki Haryo Enthus Susmono-dokpri
Wawancara dengan Ki Haryo Enthus Susmono-dokpri
Menurut Ki Haryo, wayang golek cepak santri biasanya dipentaskan pada saat hari besar Islam (Rajab, Isra’ Miraj, Muharraman, Maulid Nabi), pernikahan, khitanan, akhirussanah, bahkan peresmian acara penting dengan diiringi musik pengiring yaitu gamelan jawa dengan menggunakan nada-nada lagu timur dan nuansa keislaman. Topik yang dibawakan saat pementasan wayang santri berlangsung yaitu bergantung pada saat acara apa yang sedang berlangsung, misalnya cerita “Lupit Ketemu Jodoh” yang biasanya dipentaskan di acara pernikahan. Nilai moral yang terdapat dalam berbagai topik saat pementasan wayang golek cepak santri yaitu melalui lakon atau tokoh yang dikembangkan supaya masyarakat atau penonton dari berbagai kalangan dapat terhibur dan nilai moral yang disampaikan dapat diserap atau diingat dalam kehidupan sehari-hari.

Ki Haryo Enthus Susmono memaparkan bahwa menjaga eksistensi wayang golek cepak santri yang dikenal sebagai entitas budaya Tegal dengan cara membuat film atau sinema tentang wayang golek cepak santri. Perkembangan teknologi yang sangat cepat juga harus dimanfaatkan oleh seluruh dalang untuk tetap mempertahankan keiksistensian wayang golek cepak santri maupun wayang lainnya karena kebanyakan pemuda sudah terbiasa dengan hidup di dalam teknologi. Apabila dunia wayang tidak terjun ke dalam dunia teknologi, terlebih lagi di masa pandemi covid-19 seperti ini, maka eksistensi wayang golek cepak santri pun dapat luntur. “Kebudayaan tidak akan rugi apabila ditinggalkan oleh manusia, namun manusia sendiri yang akan rugi apabila meninggalkan kebudayaan”-papar Ki Haryo Enthus Susmono.

Wayang Golek Cepak sebelum dicat-dokpri
Wayang Golek Cepak sebelum dicat-dokpri
Entitas pengembangan budaya Tegal dilakukan oleh Ki Haryo Enthus Susmono dengan cara menggaet pemuda mulai dari karang taruna, KNPI, pemuda Anshor, pemuda Nadhlatul Ulama, pemuda Muhammadiyah, maupun pemuda lainnya yang peduli ataupun menyukai budaya wayang golek cepak santri untuk bergabung dalam komunitas relawan budaya Tegal. Hal ini dilakukan supaya terdapat interaksi antara kebudayaan dengan pemuda. Ki Haryo menuturkan bahwa dirinya sebagai seorang dalang dalam komunitas relawan budaya Tegal yang tetap memegang wayang golek santri untuk memberikan pemahaman kepada pemuda atau masyarakat yang tergabung dalam komunitas dapat memahami situasi masyarakat, negeri, pemerintahan, dan kesejahteraan masyarakat, serta betapa pentingnya kebudayaan yang harus tetap dilestarikan. Program kerja pada komunitas relawan budaya Tegal yang sedang berlangsung yaitu pembuatan naskah tentang sejarah Desa Sidamulya untuk pementasan wayang golek cepak santri di Desa Sidamulya, Kecamatan Warureja.

Ki Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya TegalKi Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya Tegal-dokpri
Ki Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya TegalKi Haryo Enthus Susmono bersama Relawan Budaya Tegal-dokpri
Pelaksanaan kegiatan KKL di Sanggar Putra Satria Laras dengan mengangkat budaya wayang golek cepak santri telah dilaksanakan oleh mahasiswa dan mendapatkan respon yang sangat positif oleh Ki Haryo Enthus Susmono maupun dosen pembimbing. Wayang golek cepak santri memiliki nilai budi pekerti luhur, saling menyayangi, menjaga tutur kata dan dibawakan secara lucu sehingga dapat menghibur masyarakat. Menjaga keeksistensian wayang golek cepak santri dalam entitas pengembangan budaya yaitu dengan membuat sinema wayang santri yang dibagikan melalui laman youtube, facebook, dan instagram. Adanya komunitas relawan Tegal juga dapat mengembangkan budaya Tegal khususnya wayang golek cepak santri. Sanggar Putra Satria Laras milik Ki Haryo menjadi tempat untuk melestarikan budaya Tegal yang digandrungi dan disenangi oleh masyarakat Tegal. (Shandy Novilya Purwanti, A510170118, PGSD UMS)

Foto Bersama dengan Ki Haryo Enthus Susmono-dokpri
Foto Bersama dengan Ki Haryo Enthus Susmono-dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun