Berkaitan dengan Jabatan atau Profesi:Â Kejahatan terjadi dalam konteks pekerjaan atau bisnis, seperti korupsi, penggelapan dana, atau manipulasi pasar.
Terselubung dan Sistematis: Biasanya melibatkan teknik kompleks dan sulit dideteksi, sering kali menggunakan celah hukum atau kepercayaan yang diberikan oleh publik atau organisasi.
Contoh Kejahatan White-Collar
Korupsi:Â Penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik untuk keuntungan pribadi.
Penipuan Keuangan (Fraud): Seperti manipulasi laporan keuangan perusahaan untuk menarik investasi.
Penggelapan Dana (Embezzlement): Penyalahgunaan dana perusahaan oleh orang dalam.
Insider Trading:Â Pemanfaatan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi di pasar saham.
Money Laundering:Â Pencucian uang ilegal untuk menyamarkan sumbernya.
Relevansi White-Collar Crime di Indonesia
1. Konteks Sosial dan Ekonomi di Indonesia
Fenomena white-collar crime di Indonesia sangat relevan karena melibatkan individu dengan status sosial tinggi, seperti pejabat publik, pengusaha besar, atau eksekutif perusahaan. Korupsi, penggelapan, suap, dan tindak pidana ekonomi lainnya yang terjadi di Indonesia sering kali dilakukan oleh kelompok ini, yang memiliki akses ke sumber daya negara dan kekuasaan. Dalam banyak kasus, pelaku white-collar crime di Indonesia berusaha untuk memanfaatkan kedudukan mereka demi keuntungan pribadi, yang dapat merugikan ekonomi dan kepercayaan publik terhadap institusi negara (Friedrichs, 2007). Oleh karena itu, fenomena white-collar crime sangat relevan dalam konteks Indonesia, terutama karena tingginya prevalensi korupsi yang terjadi di berbagai tingkat pemerintahan dan sektor swasta.