Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menawarkan filosofi yang mendalam untuk memahami dan mengelola diri, yang sangat relevan dalam upaya mencegah korupsi dan membangun transformasi kepemimpinan. Melalui ajaran Enam "SA" (Sebutuhnya, Seperlunya, Secukupnya, Sebenarnya, Semestinya, dan Seenaknya), Ki Ageng memberikan pedoman praktis untuk menjaga keseimbangan batin, memperkuat integritas, dan mengelola kehidupan dengan bijaksana.Â
Prinsip ini mengakar pada kesadaran untuk mengendalikan keinginan, memahami batas kebutuhan, serta menempatkan diri sesuai tatanan yang benar. Dalam konteks korupsi, filosofi ini menekankan pentingnya kejujuran, rasa cukup, dan pengendalian diri, yang menjadi fondasi untuk mencegah tindakan penyimpangan.
Transformasi kepemimpinan dimulai dari pengelolaan diri dan batin. Ajaran Ki Ageng Suryomentaram membantu individu untuk mengenal dirinya secara mendalam, menata pikiran dan hati, serta bertindak dengan prinsip moral yang kuat. Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan dan godaan, ajaran ini relevan untuk menciptakan pemimpin yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.Â
Dengan menerapkan Enam "SA," seseorang dapat melatih kedisiplinan diri, mengasah kesadaran batin, dan mewujudkan kehidupan yang harmonis, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya menjadi strategi dalam memberantas korupsi, tetapi juga membangun budaya kepemimpinan yang berlandaskan nilai luhur.
WHAT
(Penjelasan tentang Ki Ageng Suryomentaram)
Ki Ageng Suryomentaram (1892--1962) adalah seorang filsuf Jawa yang dikenal karena pemikirannya dalam bidang psikologi dan kebijaksanaan hidup. Ia lahir sebagai seorang bangsawan dari Keraton Yogyakarta dengan nama asli Raden Mas Sudarmana, namun kemudian memilih meninggalkan status bangsawannya untuk mendalami kehidupan rakyat biasa.Â
Fokus utama pemikirannya adalah bagaimana mencapai kebahagiaan melalui pemahaman diri (sangkan paraning dumadi) dan pembebasan dari hawa nafsu.Â
Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram adalah ajaran filsafat Jawa yang menekankan pentingnya kesadaran diri (eling), pengendalian nafsu, dan keseimbangan batin. Dalam pandangan beliau, manusia harus mampu mengenal dirinya sendiri untuk mencapai kebahagiaan sejati, yang disebut sebagai pancadriya rasa. Ki Ageng percaya bahwa konflik dan kejahatan, termasuk korupsi, berakar pada ketidakseimbangan batin manusia yang dikuasai oleh ambisi dan nafsu berlebihan.
Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram mengandung ajaran yang mendalam, penuh dengan filosofi hidup yang membimbing individu menuju kehidupan yang seimbang dan bermoral. Ajaran ini lebih dari sekedar panduan spiritual; ia memberikan dasar bagi pembentukan karakter yang kuat, jujur, dan bertanggung jawab.Â
Empat aspek utama dalam ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram adalah Pengenalan Diri (Pangawikan), Pengendalian Diri (Laku), Kebahagiaan Sejati (Rasa Seneng Sejati), dan Harmoni dengan Alam dan Orang Lain. Setiap aspek memiliki tujuan dan relevansi yang sangat besar dalam kehidupan pribadi dan sosial.