“Berarti pergaulan kamu bagus dong.”
“Alhamdulillah kak,’ katanya sambil tersenyum.
Dan jaga malam itu menjadi jaga paling tidak terasa buatku. Aku asik mengobrol sampai teman yang akan menggantiku jaga datang. Dan tentu sebelum pulang aku langsung menajlankan tujuan utamaku. “Boleh minta linenya.”
“Boleh kak.” Wajahnya tersenyum merah.
Aku pamit adanya dan hari itu pulang dengan perasaan yang segar dan hati yang tenang.
Dan seminggu setelah itu aku hanya meng add id linenya namun belum kubalas. Perasaan takut mengisi jiwaku, takut bila ini berjalan lancar, kami jadian dan hanya berakhir dengan kalimat ‘kita putus’. Yang namanya trauma memang kadang membuat kita menjadi berpikir ulang untuk melakukan sesuatu yang sama.
Aku ingat benar hari itu, hari minggu. Dan aku tidak punya hal yang perlu untuk kulakukan. Sambil berbaring di kasur kosan dengan wajah menengadah ke atas, aku tiba-tiba teringat dia, Desna. Aku buka handphoneku lalu melihat line id desna mutiara di line. Apa aku mulai saja chatnya’ bathinku.
Dan dengan coba berpikir positif aku usahakan apa yang aku niatkan itu, semoga ada jalan baik.
Hey
Aku Cuma menulis satu kata yang biasa aku pakai saat memulai obrolan.
Hey juga kak.