Mohon tunggu...
Shana Adina Zafira
Shana Adina Zafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya orang yang suka mencoba hal baru, dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Film

Review film "How To Make before Grandma Dies", Membuat Penonton Serentak Banjir Air Mata dengan Alur Cerita yang Sederhana

15 September 2024   11:45 Diperbarui: 15 September 2024   11:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber: Jadwalnonton.com

Film How To Make Millions Before Grandma Dies merupakan sebuah film produksi negara Thailand yang disutradarai dan ditulis oleh Pat Boonnipat dengan durasi film 2 jam 7 menit. Film ini dirilis pada tahun 2024 dan film ini berhasil tembus hingga 3.039.605 penonton dengan hanya 22 hari penayangan. Film yang bergenre keluarga ini membuat Sebagian para penonton menguras seara emosioal dan merasa relate. Film ini terinspirasi dari hubungan antara seorang cucu laki – laki bernama M (Billkin Putthipong) dengan neneknya yang Bernama nenek Amah. Keduanya mempertontonkan bagaimana warisan harta itu bukan segalanya.

Cerita film How To Make Before Grandma Dies

Film ini bergerak sejak karakter M yang mempunyai karakter keras kepala, dan memutuskan menjadi seorang gamers setelah putus sekolah, ia baru mengetahui bahwa neneknya mengidap penyakit kanker usus dan akan merawatnya. Awalnya memang M seperti terpaksa dan ogah – ogahan untuk merawat nenek Amah, sampai pada akhirnya Dimana karakter M melihat sepupunya mendapat warisan setelah merawat kakeknya dengan sepenuh hati saat sedang sakit sampai kakek itu meninggal. Pada saat itu M langsung tergerak dan berfikir untuk memanfaatkan kesempatan berharap akan mendapat imbalan yang sama seperti sepupunya yaitu mendapat warisan dari nenek Amah.

Karakter M melakukan pendektan awal dengan sang nenek dengan mengunjungi rumahnya dan memberitahu nenek Amah kalau ia akan tinggal dirumahnya untuk menjaga dan membantunya berjualan setiap hari, nenek Amah awalnya sudah merasa curiga dengan kedatangan cucu laki- lakinya itu yang menurutnya tidak sewajarnya. Lama kelamaan setelah beradaptasi dengan Amah nya yang rewel dan banyak maunya, mulai terlihat kalau sang nenek memang membutuhkan pertolongannya. Terlebih kondisi Amah kian memburuk seiring berjalannya waktu dan divonis dokter hidupnya paling lama hanya setahun lagi. Tapi Amah masih saja menjalankan kesehariannya berjualan bubur di pinggir rel kereta sejak pagi.

Anak laki-laki Amah, Kiang (Sanya Kunakorn) dan Soi (Pongsatorn Jongwilas) terlihat memiliki motif yang sama dengan M. Paman M, Soi seringkali meminta uang kepada ibunya karena ia terlilit utang, sedangkan Kiang yang lebih mapan malah ingin ibunya tinggal dengan keluarganya. Untungnya M tidak terhasut dengan bujukan kedua pamannya itu untuk tidak merawat neneknya, dan malah menjalankan apa yang ia lakukan sehari - hari. Tiap hari dengan tekun, M mengantar Amah untuk kemoterapi, berjualan bubur, bahkan memandikannya di rumah. Sampai ia sadar kalau ia menyayangi Amahnya lebih dari segalanya, dan bahkan tidak memikirkan uang sama sekali. Momen - momen itu yang membuat rasa ingin menguasai warisan berubah menjadi kasih sayang yang terluapkan. M pada akhirnya sadar, ketulusan adalah akar dari cinta dan hal tersebut sebenarnya lebih kaya dibandingkan harta warisan.

Cerita bertele-tele dan sedikit membosankan di menit awal film

Sayangnya  pada menit awal film dimulai terasa sedikit membosankan karena film terasa diam saja tidak adanya percakapan dan membuat bertanya – tanya maksudnya gimana?, kenapa tiba – tiba kesini?. Selain itu di beberapa bagian film ini ada scene yang kesannya terlalu bertele-tele. Misalnya, ketika Pat pindah ke rumah nenek dan menjalani keseharian. Ada beberapa momen yang tampaknya bisa dipotong karena tidak terlalu penting.

Kelebihan dari film

Menurut saya kesederhanann alur cerita yang dikemas dari film ini sendiri tetapi akan terasa sangat relate dengan kehidupan bagi sebagian penonton sehingga terasa seperti masuk dalam momen tersebut sampai banjir air mata. Emosional dari para pemain juga dapet banget membuat penonton terhanyut dalam karakter masing – masing contohnya pada saat para tokoh menangis tanpa suara.

Harta bukanlah tentang materi

Di balik segala kekurangan dan kelebihannya, film How To Make Before Grandma Dies mengajarkan kita bahwa ada hal-hal yang perlu dan tak perlu ditangisi dalam sebuah fase duka. Kita bisa belajar dari karakter M, bahwa cinta bisa mengalahkan harta. Dan membuat kita sadar orang terpenting dalam hidup kita adalah orang tua atau nenek kita sendiri. Di film ini mengingatkan kita untuk menghabiskan waktu dengan orang – orang yang dicintai juga mengingatkan dengan kenangan bersama nenek kita yang telah meninggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun