Mohon tunggu...
Susana Ajja
Susana Ajja Mohon Tunggu... lainnya -

Aku,dengan segala kekurangan & kelebihanku,berusaha tetap kuat,tegar&mandiri tanpa melupakan kodratku.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku, Kopi, & Bapak...

29 November 2012   04:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Urip iku mung sedelok ndhuk,,paribasan wong lelungan sing leren ngombe,,yo anggep ae sing mbok ombe saiki ki KOPI”

“Hidup itu cuma sebentar nak..(perempuan) ,,ibarat orang bepergian yang sedang istirahat minum,ya anggep saja yang kamu minum sekarang itu kopi.”

Tegukan pertama kopi pahit ini mengingatkan ku akan nasihat Bapak semalam..Sosok Bapak yang pendiam sering kali membuat kami anak-anaknya merindukan petuahnya yang penuh wibawa…Dari diamnya kami belajar mendengarkan,,dari senyumnya kami belajar arti kesabaran,,dan dari guratan halus dikeningnya yang kian terlihat walau berusaha keras ia sembunyikan mengajarkan bahwa hidup ini tidak mudah,keras,dan butuh diperjuangkan…Ahh…bercerita tentang mu membuatku jatuh rindu,,rindu saat kau belai kami anak-anakmu satu persatu,,rindu suara mu saat mengaji usai subuh,,rindu duduk disampingmu dibawah atap langit yg berhiaskan bintang di pekarangan,,rindu membicarakan apa saja..mulai dari hujan,hasil panen,banyaknya warga yang sedang hajatan,sampai cinta…Bapak…andai pun aku terlahir kembali dan diberi kesempatan memilih,aku tetap memilih kaulah yang jadi Bapak ku…Bapak…aku sayang Bapak…

Kuhela nafasku sebelum keteguk kopi pahitku yang ke dua….kali ini bayangan wajah Bapak menjauh,berganti sesak penat permasalahan hidup yang tak tahu dimana ujung penyelesaian nya…

Duh Gusti….bisikku lirih tertunduk…

Kupandangi  kopi pahit dihadapanku sekali lagi,sebelum akhirnya keteguk kopi pahit itu untuk yang ke tiga kalinya…Mataku mulai terbuka…Syaraf-syaraf di otak ku pun rasanya mulai terbangun…Benar yang orang pintar katakan bahwa kopi itu paling enak saat 10 menit setelah di buat…

Kali ini aku tersenyum,bukan gila, bukan pula lupa akan apa yang sedang kuhadapi, kunikmati  tegukan kopi pahitku yang ke empat,,,Kopi ini memang pahit,tapi aromanya sungguh nikmat,,dan manfaat sesudahnya tak jarang mampu mengalahkan jimat-jimat  dukun kramat…

Kuhirup sekali lagi wangi khas nya,,kunikmati sekali lagi tegukannya,,kali ini yang ke lima,lalu ke enam,seterusnya sampai kosong cangkir kecil di depanku..

Begitulah caraku menikmati kopi pahit sore  itu….

Hidup memang tidak selamanya,waktu yang sebentar itu pun kadang dihiasi lara,seperti halnya kopi pahit ini,,ia ada untuk dinikmati,,hidup juga untuk dihadapi,saat hidup terasa pahit,anggap saja sedang minum kopi pahit,toh pada akhirnya kita akan segar kembali kan?? Sebagaimana hidup yang tidak selamanya,Lara kehidupan juga ada masanya…

~”~

#pengen nulis di Freez,tapi account saya belum terverifikasi,semoga secepatnya bisa verifikasi. :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun