Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Al-birr adalah husnul khuluq (akhlak yang baik). Sedangkan al-itsm adalah apa yang menggelisahkan dalam dirimu. Engkau tidak suka jika hal itu nampak di hadapan orang lain." (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2553]
Dari Wabishah bin Ma'bad radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, 'Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan dan dosa?' Aku menjawab, 'Ya.' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan itu adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tentram kepadanya, sedangkan dosa itu adalah apa saja yang mengganjal dalam hatimu dan membuatmu ragu, meskipun manusia memberi fatwa kepadamu.'" (Hadis hasan. Kami meriwayatkannya dalam dua kitab Musnad dua orang imam: Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi dengan sanad hasan)
An-Nawwas merupakan salah seorang sahabat yang berasal dari Syam. Beliau menyatakan keislamannya bersama dengan ayahnya, lalu tinggal di Madinah selama 1 tahun. Beliau meriwayatkan sekitar 17 hadis. Adapun Wabishah masuk Islam pada tahun 9 Hijriah. Beliau menetap di Kufah lalu pindah ke Syam dan wafat pada tahun 89 Hijriah. Hadis yang diriwayatkannya berjumlah sekitar 11 hadis.
Membaca hadis ini, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting, di antaranya adalah:
- Perihal mukjizat Nabi Muhammad yang bisa mengetahui maksud dan tujuan kedatangan sahabatnya meskipun sahabatnya belum mengutarakan apa-apa. Hal ini terlihat dari hadis yang diriwayatkan oleh Wabishah.
- Istilah al-birr yang dijelaskan definisinya oleh Nabi Muhammad sebagai akhlak yang baik. Sedangkan al-itsm didefinisikan sebagai apapun yang membuat diri tidak tenang dan tidak ingin diketahui orang lain. Dalam terjemah Al-Qur'an versi Kemenag 2019 al-birr diartikan sebagai kebajikan sedangkan al-itsm diartikan sebagai kejahatan, dosa, dan bohong.
- Ketika kita dalam keadaan tidak yakin terhadap perilaku yang akan kita lakukan, apakah baik ataukah buruk, maka rumusnya adalah bahwa segala kebaikan menenangkan hati sedangkan kejahatan membuahkan kegelisahan. Ibnu Umar berkata: "Al-Birru amrun hayyinun wa wajhun thalqun wa lisanun layyin." (Kebajikan adalah perkara yang mudah, wajah yang berseri (sedap dipandang), dan lidah yang lembut).
- Istafti qalbak (mintalah fatwa kepada hatimu) mengandaikan bahwa hati manusia memiliki kecenderungan kepada kebenaran. Itulah yang menyebabkan seorang penjahat tidak menginginkan anak cucunya tidak berperilaku yang sama dengan dengan dirinya. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa perilakunya tidak pantas dilakukan, apalagi diwariskan. Dalam Asy-Syams: 8, Allah Swt. menyatakan: "Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha."(Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya).
Sumber:
Al Bugha, Musthafa Dieb, dan Misthu, Muhyiddin, Al Wafi Syarah Hadis Arba’in Imam An Nawawi, terj. Wakhid, Rokhidin, Qisthi Press, Jakarta, 2014
Mahyay, Muhammad Abdur Razzaq, Syarhul Arba’in An Nawawiyyah, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa auladih, Surabaya, t.t.
www.maktabahalbakri.com/3933-siapakah-sahabat-nabi-saw-yang-bernama-nawwas-bin-saman/
www.maktabahalbakri.com/3934-siapakah-sahabat-nabi-saw-yang-bernama-wabishah-bin-mabad/
www.manhajuna.com/biografi-singkat-periwayat-hadits-dari-kalangan-sahabat-bag-iii/
www.rumaysho.com/21822-hadits-arbain-27-minta-fatwa-pada-hati-tentang-kebaikan-dan-dosa.html