Kepemilikan saham MAC mayoritas berada di tangan MHI. Tetapi, sesuai statusnya sebagai perusahaan shareholding, beberapa korporasi besar Jepang lainnya duduk bersama-sama sebagai pemegang sahamnya. Sebut saja, dua sosok raksasa otomotif Toyota Motor Corporation dan Mitsubishi Corporation, serta Sumitomo Corporation dan Mitsui & Co. termasuk di deretan nama-nama pemegang saham MAC.
Berawal dari pembentukannya, MAC tetap konsisten mempraktikkan prinsip diferensiasi. Di sini, MAC terlihat sungguh-sungguh mengenali keunggulan komparatif dan batas-batas kemampuan mereka sebagai manufacturer pesawat terbang. Sehingga, MAC sebatas berkeinginan mengisi kebutuhan pesawat jet regional berkapasitas di bawah 100 penumpang.
Tetapi, sesuai pengakuan CEO Teruaki Kawai, MAC memang belum berpengalaman membuat pesawat penumpang komersial sebelumnya. Sehingga, program pengembangan MRJ justru merupakan pengalaman pertama bagi MAC. Desain awal MRJ pada mulanya juga diusulkan berkapasitas 75 dan 88 penumpang.
Teruaki pernah menjawab seorang pewawancara, bahwa survei kebutuhan pesawat jet baru berkapasitas 100 penumpang secara keseluruhan dapat mencapai sekitar 5.000 pesawat hingga sepanjang lebih dari 20 tahun ke depan. Di tengah dinamika perkembangan industri penerbangan dan ketatnya persaingan antar-pabrikan pesawat terbang dunia, tekad MAC tidak pernah surut untuk bersaing dengan Embraer SA (Brazil) dan Bombardier (Kanada) di kelas jet regional komersial berkapasitas 70-90 penumpang.
Bahkan, MAC sangat percaya diri sehingga berani memasang target tinggi untuk merebut 50% pangsa pasar kelas tersebut. Pada saat yang lain, seorang petinggi Bombardier pernah juga menyampaikan tekad yang sama.
Sementara itu, pabrikan ATR (pemilik saham mayoritasnya adalah Airbus) tetap bersaing memperebutkan pangsa pasar pesawat berkapasitas tersebut pada kategori turboprop. Pesawat Regio R80 produksi Indonesia kelak semakin meramaikan persaingan di kelas ini.
Kabar baiknya, batas-batas perbedaan kinerja mesin jet dan mesin turboprop kini semakin tipis berkat kemajuan teknologi mesin turboprop. Sehingga, pasar sebenarnya memiliki dua pilihan yang setara dan sebanding. Efisiensi dan keekonomisan biaya operasional merupakan dasar pertimbangan terpenting bagi para operator industri penerbangan.
Kawasan Asia hingga sekarang pun masih difavoritkan oleh kebanyakan pabrikan pesawat terbang dunia. Di kawasan ini terdapat pangsa pasar terbesar yang paling aktif di dunia. Order tracker Flightglobal kiranya menunjukkannya sesuai rilis mereka baru-baru ini dari perhelatan Paris Air Show 2015. Entahlah, apakah keyakinan MAC sebagian berasal dari unsur kedekatan budaya dan pengenalan kawasan yang relatif lebih baik daripada para pesaingnya?