Mohon tunggu...
Shalza Julita K. M. P
Shalza Julita K. M. P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra

Hanya seorang manusia yang sedang belajar Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Munggahan Warisan Budaya Suku Sunda

15 Oktober 2021   13:11 Diperbarui: 15 Oktober 2021   13:41 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk masyarakat sunda tentu munggahan adalah hal yang paling sering di dengar jikalau bulan Ramadhan tiba. Lalu apa itu munggahan? Munggahan adalah tradisi budaya masyarakat sunda untuk menyambut Ramadhan, dalam satu atau dua hari menjelang sebelum Ramadhan. 

Munggahan berasal dari bahasa sunda yaitu unggah yang artinya naik, maksudnya adalah untuk naik menjadi pribadi yang lebih baik atau lebih tinggi derajatnya, karena akan memasuki bulan suci Ramadhan. Tradisi munggahan memang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. 

Tak lain dan tak jauh, tujuannya untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun sebelumnya, dan di harapkan selama bulan suci Ramadhan tersebut menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu juga agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Biasanya masyarakat sunda khusunya di Provinsi Jawa Barat melakukan munggahan dengan berbagai cara. Salah satunya berkumpul bersama keluarga menjelang Ramadhan, sahur bersama atau makan bersama, lalu memanjatkan doa-doa bersama untuk menyambut bulan suci Ramadhan dan tanda bersyukur karena telah dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. 

Adapun yang melakukan munggahan dengan cara berziarah ke makam orangtua atau ulama pendahulu.

Ketika munggahan tiba, cenderung jalanan akan ramai karena banyak orang yang berlalu lalang untuk pulang kampung berkumpul dengan keluarga. 

Tradisi munggahan ini hanya dilakukan dalam satu tahun sekali, sehingga masyarakat sunda menganggap bahwa belum sah rasanya jika belum melakukan tradisi munggahan. Munggahan juga menjadi wadah silaturahmi bagi keluarga yang jauh hanya untuk sekedar berkumpul bersama keluarga.

Pandemi sudah menduduki negara kita kurang lebih 1 tahun, karena protokol kesehatan yang menghimbau masyarakat agar di rumah saja tradisi munggahan pun menjadi kian luntur. 

Namun masih ada beberapa masyarakat yang tetap melakukan tradisi munggahan ini. Semoga kebiasaan yang terjadi secara turun-temurun ini bisa terus menjadi tradisi yang melekat di budaya sunda. 

Jika pandemi sudah berakhir mungkin saja tradisi munggahan ini akan ramai kembali dilakukan oleh masyarakat. Para generasi muda pun sudah seharusnya menjaga adat kebiasaan di tanah sunda agar tidak punah dan tetap melekat dengan budaya sunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun